TERNATE, NUANSA –Menjalankan ibadah di bulan suci Ramadan bersama keluarga, memang sudah menjadi hal yang paling utama bagi masyarakat di Maluku Utara (Malut). Itu sebabnya, jelang Ramadan, arus mudik di daerah ini terbilang padat. Beberapa hari terakhir, hingga Sabtu (2/4), pelabuhan laut di Kota Ternate dipadati warga yang mudik ke kampung halaman.
Di Pelabuhan Bastiong, Kota Ternate Selatan, terpantau begitu padat dari pagi hingga jelang siang sekira pukul 11.30. Beberapa kapal laut rute beberapa pulau, seperti di Makian, Kayoa, Moti dan pulau lainnya, tampak penuh dengan penumpang. Sebagian warga memiliki menggunakan jasa speedboat di Pelabuhan Semut, Kelurahan Mangga Dua, Ternate Selatan. Warga yang menyeberang menggunakan jasa speedboat di Pelabuhan Semut itu bukan hanya ke Sofifi, tetapi juga ke pulau-pulau lain di wilayah Maluku Utara.
Di Pelabuhan Bastiong, warga yang mudik itu sebagian besar membawa serta kendaraan motornya. Jejeran antrian kendaraan motor yang hendak dinaikkan ke kapal itu terpantau begitu panjang. Mereka sebagian ke Pulau Tidore dan lainnya ke Pulau Makian, Kayoa dan Moti.
Wan, salah satu penumpang Kapal Kayu mengatakan, antrian panjang seperti ini berbeda dengan hari-hari biasanya. Sebab, memasuki momentum Ramadan atau Idulfitri, warga Kota Tidore yang berada di Kota Ternate, serta warga di Pulau Makian, Moti dan Kayoa, akan pulang kampong, sehingga pelabuhan terlihat padat seperti sekarang.
Meski begitu, ia mengapresiasi pemerintahan daerah dalam memberikan pelayanan, terutama akses transportasi laut sehingga perjalanan pun lancar dan tertib. “Mereka telah mengoperasikan 4 unit Kapal Kayu, sehingga akses perjalanan juga sudah lancar,” ujarnya.
Sementara Irfan, penumpang lainnya mengakui untuk pulang kampung, ia bersama rekan-rekannya harus rela antri sejak pukul 08.00 hingga pukul 11.00. Sedangkan untuk sore hari, lanjut dia, antrian akan jauh lebih panjang dari pagi hari.
Di sisi lain, menurutnya pemerintah harus menyediakan pelabuhan yang lebih besar. Sebab ketika Kapal Kayu yang bertandang dari Tidore ke Ternate dan Ternate harus menunggu sebentar, karena bertepatan dengan Kapal Kayu lainnya yang harus mengangkut penumpang dari Ternate.
“Aksesnya sudah lancar bagus. Hanya saja, sandaran Kapal Kayu agak susah. Bisa dilihat sendiri ya Kapal Kayu satu belum keluar, Kapal Kayu yang lain baru mau masuk bersandar ke dermaga, akhirnya sepeda motor yang mau diturunkan juga agak lama. Seharusnya buat dua akses jalur untuk Kapal Kayu di Dermaga ini, yang satu jalur ke luar, dan yang lainnya jalur masuk,” katanya.
Ia menambahkan, pulang kampung sudah menjadi tradisi masyarakat Maluku Utara untuk berbuka puasa pertama bersama keluarga. “Kalau untuk pulang kampung, tentu saja kita ingin berkumpul bersama keluarga, apalagi puasa pertama,” ucapnya.
Selain itu, sambung dia, pilihannya menumpangi Kapal Kayu sebagai sarana transportasi karena tidak menunggu jadwal. Sebab Kapal Kayu tergantung muatan. “Kalau naik Kapal Kayu itu cepat. Karena tergantung muatan, kalau muatan sudah full langsung berangkat,” tambahnya. Sekadar informasi, Kapal Kayu rute pelabuhan Bastiong-Rum dan sebaliknya, tersedia setiap hari. Mulai pukul 07.00 hingga 18.00 WIT. (tr3/rii)