TERNATE, NUANSA – Cuaca ekstrem di wilayah Maluku Utara (Malut) diprediksi terjadi hingga akhir Juli 2022 ini. Pancaroba, begitu cuaca ini disebut, terjadi di seluruh wilayah Maluku Utara. Ini sesuai prediksi BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Babullah Ternate.
“Pada awal Agustus itu diperkiran masuk kemarau. Jadi, pancaroba masih bisa bertahan hingga akhir Juli. Dalam beberapa hari kedepan masih terjadi cuaca ekstrem setelah berakhirnya kondisi panas dalam beberapa hari. Setelah itu akan terjadi hujan dengan intensitas sedang dan lebat,” jelas Koordinator Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Babullah Ternate, Setiawan Sri Raharjo.
Menurutnya, dalam situasi cuaca yang buruk sekarang ini, tinggi gelombang bisa tiga meter. Itu terjadi di perairan Taliabu. Sedangkan di perairan Ternate dan beberapa wilayah di Maluku Utara, tinggi gelombang berkisar 0,5 – 1,25 meter. Sedangkan untuk potensi gelombang tinggi yang signifikan di bagian selatan yaitu perairan Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Kepulauan Sula dan Pulau Taliabu karena penguatan monsun Australia.
“Ini karena faktor pergeseran gerak semu matahari menuju wilayah utara yang memicu terbentuknya pusat tekanan rendah di bagian utara dan akhirnya menimbulkan belokan angin yang mengakibatkn penguatan labilitas udara semakin kuat terbentuk awan konvektif,” jelasnya.
Setiawan berharap kepada instansi terkait mitigasi bencana agar siaga mengantisipasi dampak cuaca ekstrem. Masyarakat juga diminta agar tetap waspada terjadinya longsor. “Untuk nelayan, terutama di perairan Obi, Sula dan Taliabu agar waspada, tetap memperhatian kondisi cuaca saat melaut,” tutupnya menyarankan. (kov)