Opini  

Kematian adalah Takdir

Tamin Hi. Ilan Abanun.

(Untuk mu almarhum si kecil (Farjan) kami berdoa)

Oleh: Tamin Hi. Ilan Abanun

Dosen Ilmu Politik UMMU

 

Peristiwa yang paling niscaya untuk diingkari adalah kematian. Meski demikian,  kenyataannya kematian menjadi salah satu bentuk kiamat kecil yang nantinya akan dialami oleh setiap makhluk hidup, seperti halnya yang terjadi pada diri si kecil Farjan saat ini.

Si kecil Farjan yang berusia 16 tahun ini dilaporkan diterkam buaya saat sedang memancing di Danau Tolire Kelurahan Takome, Kecamatan Ternate Barat, Selasa (2/8). Peristiwa ini terjadi sekira pukul 17.30 WIT. Korban diketahui bersama lima orang temannya memancing di danau tersebut, tiba-tiba seekor buaya menerkam korban. Sementara lima temannya menyelamatkan diri dan melaporkan ke warga setempat.

Sungguh peristiwa yang sangat memilukan dan memiriskan hati bagi semua insan manusia yang mendengar dan melihatnya, lebih terkhusus Ibu dan bapak si korban beserta keluarganya.

Quraish Shihab, dalam Menjemput Maut: h. 9).. menyebutkan bahwa Sejatinya manusia dalam hidup ini, ibarat seorang musafir yang beristirahat sejenak. Entah, di bawah pohon yang rindang ataukah di kolong langit di bawah teriknya panas dan curahan hujan, namun yang pasti perjalanannya akan terus berlanjut. Detik demi detik terus berganti, suka tidak suka detik hidup kita di dunia ini akan berakhir.

Kutipan di atas mengisyaratkan kepada kita semua bahwa cepat atau lambat takdir baik maupun buruk akan menghampiri kita. Akibatnya timbul berbagai bentuk ekspresi perasaan pada diri seseorang. Misalnya, gelisah, khawatir, bahkan takut akan kematian.

Peristiwa kematian itu sangat menakutkan, manusia hanya bisa berusaha, bekerja keras, berikhtiar dan berdoa untuk menunda kedatangannya, tetapi tidak bisa bersembunyi atau menghindar darinya. Sehingga kemudian banyak orang yang eggan bahkan tidak mau memikirkan kematian, karena ia adalah sebuah ketetapan yang pasti terjadi (Komarudin Hidayat, Psikologi Kematian: h.138).

Begitu juga yang ditegaskan Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman dalam surah Al-Anbiya ayat 35: yang Artinya: “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami”. Pada ayat tersebut, Allah tidak menyebutkan secara jelas kapan dan dimana kematian seseorang akan terjadi. Sehingga waktu dan tempat inilah yang kemudian menjadi sebuah keniscayaan yang tidak dapat diketahui manusia.

Sikap keluarga korban dan sikap khalyak sebagai Muslim Saat Ditinggal Orang yang Terkasih, rasa sedih adalah perasaan yang normal. Tingkat kesedihan yang dialami keluarga korban saat ini tak bisa dilukiskan dengan kalimat apapun, yang jelas kesedihan mendalam dan rasa kehilangan menyelimuti perasaan dan hati kita. Oleh karena itu, yang dianjurkan dan diajarkan dalam Islam dalam menghadapi musibah apapun terutama kematian yang menimpa keluarga terkasih kita, tidak lain adalah keimanan kita.

Ustadz Rafiq menyampaikan, bahwa ada berbagai macam bentuk musibah berupa kematian yang terjadi, tentu kita tidak bisa menebak kapan waktunya, bagaimana caranya, di mana tempatnya atau siapa korbannya. Hal yang harus kita siapkan adalah keimanan dalam hati.

“Karena melalui keimanan inilah orang yang saling mengasihi (insyaallah) akan kembali disatukan di surga kelak,”

Demikian pula dalam Alquran surah at-Thur ayat 21 Allah berfirman yang artinya: “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.”

Para ulama juga menjelaskan, jika seorang anak ditempatkan di surga yang tinggi sementara orang tuanya berada di surga yang lebih rendah, maka si anak dapat menarik orang tuanya ke derajat surga yang tinggi tanpa mengurangi amal shalih si anak tersebut. Begitupun Sebaliknya.

Hal yang terpenting adalah, pastikan bahwa kedua pihak sama-sama memiliki keimanan. Bahkan seorang anak bayi yang masih dalam keadaan fitrah (muslim) dia pun dapat mengantarkan ibunya ke surga.

Dalam sebuah hadits dijelaskan dari Mu’adz bin Jabal dari Nabi, beliau bersabda: yang artinya: “Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, sungguh anak yang meninggal dalam kandungan ibunya akan menarik ibunya dengan tali pusarnya ke surga, jika ia bersabar.” (HR. Ibnu Majah: 1598) “Sudahi, akhiri tangisan atas kepergian keluarga. Selagi kita meninggal dengan membawa keimanan, insyaallah akan kembali dikumpulkan di surga.

Oleh karena itu, dalam hubungannya dengan kematian si kecil Farjan ini, tentu Kesedihan bisa datang dalam berbagai bentuk seperti  Kesulitan memikirkan hal lain selain kematian orang tercinta, Merasakan kerinduan yang sangat mendalam terhadap orang yang dicintai setelah mereka meninggal, Sulit menerima bahwa orang yang dicintai sudah tiada, Merasakan kepahitan berkepanjangan karena kehilangan, Merasa hidup tidak memiliki arti, Sulit mempercayai orang lain, Kesulitan mengingat memori-memori positif tentang orang tercinta, dan Merasakan kesedihan yang semakin memburuk. Inilah yang yang tidak bisa dihindari oleh keluarga terdekat si kecil Farjan saat ini.

Namun kita harus ingat bahwa apapun yang kita akan lakukan saat ini, tidak mungkin mengembalikan jasad si kecil Farjan yang terbujur kaku tersebut dalam keadaan hidup lagi. Si kecil Farjan kini telah tiada, semuanya tinggal kenangan yang hanya bisa dikenang oleh ibu dan bapak Farjan, adik dan kakak Farjan, teman-teman Farjan serta lainnya.

Sebagai keluarga terkasih dari si kecil Farjan Saat ini adalah menerima kematian ini sebagai takdir yang harus dijalani tanpa keluhan apalagi meratapinya dalam waktu yang lama. Selanjutnya yang mesti dilakukan oleh keluarga  terdekat Farjan dan kita semua saat ini adalah memulihkan diri

dan berdoa. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah menerima kejadian tersebut, karena pemulihan adalah cara penting agar kita merasa lebih baik secara mental dan fisik. Innalillahi Wainnailaihi Rojiun. Semoga jasad si kecil Farjan secepatnya dapat dievakuasi sehingga secepatnya dikuburkan. Si kecil Farjan tidak merasa sakit lagi, dia sudah kembali dan sudah tenang di sisi Allah SWT.

Semoga Allah SWT menerima amal ibadah dan mengampuni segala dosa dan memberikan tempat terbaik untuk almarhum (Farjan) disisinya. Dan bagi keluarga yang ditinggalkan semoga diberikan ketabahan dan kesabaran menghadapi ujian ini.

Sebagai penulis dan mewakili pembaca tulisan ini, kami turut berduka yang sangat mendalam atas meninggalnya si kecil Farjan,  Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan keikhlasan.

Allahummaghfirlahu warhamhu wa’aafihi wa’fu’anhu. Wahai Allah, ampunilah dia (almarhum Farjan), kasianilah dia, sejahterakanlah dia dan ampunilah segala dosa dan kesalahannya. Dan kepada orang tua si kecil Farjan beserta keluarga tercinta, semoga kalian diberikan kekuatan menghadapi ujian ini.

Ingatlah bahwa sesungguhnya Allah SWT tidak akan memberi cobaan di luar batas kemampuan manusia. Selamat Jalan si kecil Farjan. Tidak ada seorangpun yang tahu apa yang akan diusahakannya besok. Dan tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Luqman: 34). Untuk si kecil Farjan, doa kami selalu menyertai mu, semoga surga Allah SWT ditetapkan untuk mu. Aamin.(*)