TERNATE, NUANSA – Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Maluku Utara (Malut), khususnya di Kota Ternate masih marak terjadi. Tidak sedikit korban KDRT (istri) mengadu ke polisi. Sebagian besar kasus KDRT diselesaikan dengan cara mediasi. KDRT terjadi atas dasar dua motif, yakni faktor perselingkuhan dan faktor ekonomi.
Berdasarkan data yang dihimpun Nuansa Media Grup (NMG), KDRT terjadi karena perselingkuhan memang lebih mendominasi. Hingga kini pemerintah belum memiliki cara jitu untuk menekan angka KDRT dan perselingkuhan. Pemerintah hanya sebatas mencatat dan menjadikannya sebagai data untuk kepentingan presentasi.
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Kota Ternate mencatat, ada puluhan kasus KDRT di Kota Ternate. PPPA juga mengakui, bahwa KDRT terjadi karena alasan perselingkuhan dan faktor ekonomi. Ketika terjadi perselingkuhan dan faktor ekonomi rumah tangga yang tidak stabil, yang muncul bukan sebatas KDRT, tetapi bahkan penelantaran. “KDRT memang masih tinggi. Berbeda dengan kekerasan seksual di Ternate yang mulai menurun,” jelas Kepala Dinas PPPA Ternate, Marjorie S. Amal.
Di Kota Ternate, KDRT terjadi hampir menyebar di setiap kelurahan. PPPA mencatatnya setelah mendapat laporan dari LSM Daurmala dan Polres Ternate. PPPA berjanji akan melakukan berbagai cara untuk mengurangi angka kasus KDRT. Salah cara mengatasi itu adalah pembentukan Satuan Tugas (Satgas) kelurahan. Satgas ini harus mampu medeteksi terjadi kekerasan rumah tangga di setiap kelurahan, kemudian melaporkan ke tingkat di atasnya dan selanjutnya dilakukan penanganan.
Sementara itu, Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Maluku Utara, Syaiful Bahry menjelaskan, dalam kajian psikologi hukum, selingkuh juga termasuk dalam salah satu faktor penyebab perceraian. “Coba kita lihat penelitiannya Khairul (2012) bahwa perselingkuhan pada umumnya banyak terjadi pada keluarga yang kurang berkomunikasi secara terbuka dengan lancar dan harmonis, sikap egois dari masing-masing individu,” jelasnya.
Ia menambahkan, selain itu, perselingkuhan terjadi karena emosi yang tidak bisa terkontrol atau kurang stabil serta tidak ada yang mengalah ketika ada masalah, dan tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan internalnya, juga menjadi penyebabnya. “Selajutnya, istri tidak bisa beradaptasi dengan suami, begitu juga sebaliknya, suami pun tidak bisa beradaptasi dengan istri. Nah, inilah peyebabnya,” tutup Koordinator Presidium Komunikas Jarod Maluku Utara.(udi/rii)