TERNATE, NUANSA – Sistem pengelolaan parkir di Bandara Baabullah Ternate, dikeluhkan pengunjung. Keluhan marak terjadi ketika pihak ketiga selaku pengelola parkir bandara mewajibkan pengunjung membeli kartu E-parking. Selain sosialisasi penerapan kartu E-parking tidak massif, praktiknya juga disoal banyak pihak. Bagaimana tidak, meskipun menggunakan kartu E-parking, tetapi tidak ada bukti pembayaran karcis di pintu masuk dan pintu keluar bandara alias tidak ada truk pembayaran.
Tidak sedikit pengunjung yang kecewa berat ketika diwajibkan membeli kartu E-parking. Mereka yang tidak memiliki kartu, dilarang masuk ke bandara. Alhasil, kendaraan, baik itu motor atau mobil yang membawa penumpang, terpaksa menurunkan penumpang di bagian luar pintu masuk bandara. Ada dua jenis kartu yang ditawarkan, yakni satu kartu seharga Rp 100 ribu dengan saldo Rp 65 ribu, kemudian ada juga kartu seharga 50 ribu dengan saldo Rp 15 ribu.
Belum lama ini, seorang warga Jakarta yang kunjungan ke Ternate beberapa hari, sempat melampiaskan kekesalannya. Ia menumpangi salah satu kendaraan yang mana sopirnya belum memiliki kartu. Pihak pengelola mewajibannya untuk membeli kartu. Warga Jakarta itu kemudian membelinya. Setelah membeli, ia bertanya ke beberapa petugas bandara, apakah kartu itu berlaku juga di daerah lain. Karena tidak berlaku di daerah lain, maka orang itu membuang kartu tersebut di halaman bandara. Selain itu, penataan kendaraan di halaman parkir juga dianggap semraut. Pengelola diharapkan lebih peka atas penataan parkir di bandara.
Sarif Hidayat selaku pengelola parkir bandara yang dikonfirmasi Nuansa Media Grup (NMG) menjelaskan, siapapun yang masuk bendara harus menggunakan kartu, baik itu hanya mau mengentar keluarga atau jemput orang yang baru tiba di Ternate. “Karena sistem yang kita pakai hanya gunakan kartu E-parking. Kami sudah lama lakukan sosialisasi. Kartu itu bukan hanya digunakan di bandara, tetapi juga di tempat lain di Kota Ternate,” katanya.
Sedangkan terkait dengan keluhan penataan kendaraan yang amburadul, kata dia, sejauh ini belum ada keluhan dari pengunjung, apakah ada yang kehilangan helm atau lainnya. “Pernah ada kejadian datang lapor ke kami tapi itu helm tertukar, dan dia salah menaruh di orang lain punya motor, ketika kami cek di lapangan ternyata pihak punya helm ada di situ,” tambahnya.
Terpisah, Kepala BP2RD Kota Ternate, Jufri Ali mengatakan, sosialisasi penggunaan kartu di bandara belum massif, sehingga masih banyak pihak yang belum tahu. Jika tidak ada kartu, maka pengunjung harus membayar cash Rp 12 ribu. “Saya juga akan konsultasikan soal tunggakan mereka ke BP2RD yang belum dilunasi. Saya akan cek sudah berapa bulan tunggakan mereka,” tutupnya. (udi/tan)