TERNATE, NUANSA – Kasus dugaan kekerasan oleh oknum guru terhadap siswi SMP Negeri 6 Kota Ternate nampaknya masih berlanjut. Lihat saja, siswi kelas VIII SMP Negeri 6 Ternate berinisal S (15 tahun) itu terpaksa dirawat di rumah sakit setelah menjadi korban kekerasan dari gurunya, H. Aksi oknum guru tersebut mendapat sorotan serius dari Dinas Pendidikan Kota Ternate.
Kadis Pendidikan Kota Ternate, Muslim Gani, mengatakan kekerasan yang dilakukan di lingkungan sekolah tidak dibenarkan. Karena itu, pihaknya bakal memanggil oknum guru tersebut untuk dimintai keterangan.
“Pihak korban dan pihak sekolah sudah ada komunikasi bahkan penyelesaian. Tapi sekarang kami harus pastikan anak ini tidak di-bully lagi, maka guru sebagai pelaku akan dipanggil dan akan diberi sanksi seperti apa,” ujar Muslim, Selasa (1/8).
Pihaknya, kata Muslim, meminta kepada pihak sekolah melalui guru bimbingan dan konseling (BK) agar mengidentifikasi siswa-siswa yang kategori selalu membuat masalah di sekolah, agar siswa tersebut mendapat penanganan khusus oleh guru BK.
Dinas pendidikan melalui Bidang Ketenagaan akan membuat program pembinaan penanganan siswa bermasalah agar semua guru memahami mekanisme penanganan siswa yang bermasalah. Sehingga ke depan tidak lagi terjadi masalah antara siswa dan siswa, siswa dan guru maupun pihak lain.
“Memang ada sistem kekeliruan di situ tidak maksimal, karena di sekolah itu ketika anak-anak bermasalah, guru BK harus ada sehingga yang perlu dibuat adalah mekanisme penanganan siswa saat bermasalah,” tegasnya.
Jika masalah ada di siswa, lanjut dia, maka cara penanganannya mulai dari guru ke wali kelas sampai pada ke orang tua siswa. Namun yang terjadi mekanisme penanganan masalah tidak diterapkan di sekolah.
“Kami akan buat program-program pelatihan atau bimtek yang mengarah pada pembinaan anak yang bermasalah, sehingga guru tahu ketika hadapi siswa bermasalah seperti apa yang dilakukan,” jelasnya.
Muslim berkata, guru BK di sekolah harus mengidentifikasi siswa yang bermasalah agar ada penanganan khusus. Selain itu, guru BK juga perlu penguatan sehingga ada peningkatan.
“Tadi saya sudah turun, jangan sampai anak ini terganggu psikis maupun trauma yang pada akhirnya tidak mau sekolah. Itu yang tidak diinginkan,” tuturnya.
“Kita memastikan anak ini tetap balik ke SMP 6, tidak lagi trauma dan dapat intimidasi. Guru juga sudah bertemu dan buat pertemuan dengan pihak sekolah, bila perlu ada peningkatan profesionalisme guru dalam penanganan yang harus dibenahi,” sambungnya mengakhiri. (udi/tan)