Daerah  

Perkuat City Branding, Ternate Didorong Masuk Jejaring Kota Kreatif UNESCO

Pose bersama usai pelaksanaan workshop pengembangan kota kreatif dan upaya memperkuat city branding. (Udi/NMG)

TERNATE, NUANSA – Pemerintah Kota Ternate melalui Bappelitbangda menggelar Workshop Pengembangan Kota Kreatif dan Upaya Memperkuat City Branding, Sabtu (28/10). Kegiatan ini melibatkan sejumlah komunitas di Kota Ternate.

Kepala Bappelitbangda Kota Ternate, Rizal Marsaoly, mengatakan substansi penyusunan peta jalan kreatif ini untuk mendorong Ternate kota kreatif UNESCO. Karena itu, fokus utama gastronomi yakni memperkuat city branding Ternate kota rempah.

“Dari aspek perencanaan bahwa apa yang menjadi tujuan mendorong Ternate gastronomi sebagai dukungan city branding kota rempah. Ini harus diarahkan secara metode yang baik dan benar agar membutuhkan arah yang tepat,” ujarnya.

Untuk menuju peta jalan kreatif, kata Rizal, hari ini didiskusikan kurang lebih beberapa rekomendasi disampaikan ke Pemkot untuk memberikan masukan ke pemerintah pusat dalam rangka memperkuat city branding melalui makanan dan budaya (gastronomi).

“Target UNESCO dua tahun lagi, sehingga ada tahapan bahwa kota kreatif untuk gastronomi. Pemerintah kota sudah mempersiapkan hingga tahun 2024. Apalagi tim juga ada di Ternate, paling tidak workshop ini melahirkan beberapa poin-poin yang siap menjadi catatan rekomendasi Ternate gastronomi,” tegas Rizal.

Sementara itu, Konsultan City Branding Kota Rempah Ternate, Arief Budiman, mengatakan rekomendasi ini disampaikan perlu untuk disimak terutama pemerintah. Artinya pembangunan jalan akan berjalan maksimal ketika ada komitmen semua pihak, terutama masyarakat (komunitas kreatif).

“Karena pada intinya penyusunan peta jalan kreatif persoalan kesepakatan menuju apa yang dirancang, bagaimana sinkronisasi suara-suara dari masyarakat. Sebab itu, pemerintah punya fungsi yang sangat strategis yakni menjadi regulator supaya meminimalisir konflik yang bergesekan,” ujarnya.

Menurutnya, pemerintah menjadi integrator atau penyatuan semua elemen masyarakat dan potensi yang ada di Ternate. Pemerintah juga berperan sebagai fasilitator, karena Ternate sumber daya rempah dari sisi story, namun aktor paling penting pada proses pengembangan adalah sumber daya manusia.

“Prinsip epos/etik itu digali dari sejarah Kesultanan Ternate untuk menjadi pegangan bagi setiap manusia ke depan, sebab perjalanan bukan sekadar depan tapi mendunia. Sehingga sebuah pesan untuk Ternate memiliki akar kebudayaan secara meluas,” ucapnya.

Rempah bukan sekadar produk tapi juga budaya, sejarah dan cara pandang masyarakat Ternate ke depan. Melalui Workshop ini, ia berharap mampu menyatukan elemen untuk wajah Ternate ke depan yang sebenarnya.

“Berdasarkan hasil diskusi untuk menuju kota kreatif dunia, maka jalan yang ditempuh adalah jalan gastronomi terutama segala hal yang menyangkut potensi rempah di Ternate baik kuliner dan khasiat. Salah satu cara diplomasi dengan kota lain se-Indonesia itu gastronomi harus berbasis rempah-rempah,” tuturnya.

Ia menambahkan, gastronomi akan jadi lokomotif di semua bidang termasuk pengembangan sektor lain. Misalnya, di Maluku Utara ada empat kesultanan. Dengan begitu, akan menjadi motor penggerak di masa yang akan datang. (udi/tan)