Oleh: Selsius Pulotenga
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Maluku Utara
_______
TENTU hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah dalam penanggulangan kenakalan remaja, sebab remaja adalah generasi masa depan yang akan menentukan nasibnya sendiri demi terwujudnya kecerdasan bangsa, dan negara akan lebih baik ke depan jika pemerintah nasional maupun daerah selalu melihat dan memberikan ruang kreativitas baru sehingga anak remaja merasa ada perhatian, terlebih khusus di bidang pemberdayaan dan pengembangan, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sesuai zaman Revolusi Industri 5.0 saat ini.
Lagi-lagi peran keluarga sangat dibutuhkan dalam hal ini orang tua mestinya sudah jauh hari mereka mengambil peran untuk mengajarkan atau membina sehingga dapat mencegah terjadinya kenakalan remaja yang tidak diinginkan, tapi berdasarkan pengamatan penulis bahwa kebiasaan orang tua dengan bahasa sederhana, belum pas waktunya untuk mengajak berbicara (berdialog) karena alasan umurnya masih 5-6 tahun.
Lanjut, lagi-lagi lingkungan sebagai faktor pendukung tumbuhnya pola pikir. Nah, tentunya lingkungan juga sebagai dasar setiap orang yang mampu berkembang atau tidak tergantung pribadi remaja. Jika lingkungan itu lebih didominasi oleh permainan games, Facebook dan ditambahkan lagi minuman keras serta pesta pora, maka yang pasti anak remaja tersebut akan menjadi generasi yang ahh sudah lah, ah itu nanti sajalah, (pragmatis).
Masa remaja merupakan periode transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu mengalami perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional yang akan mempengaruhi perilaku mereka. Beragam perubahan tersebut membuat remaja menghadapi berbagai masalah yang kompleks, baik masalah yang berhubungan dengan dirinya sendiri maupun masalah dengan lingkungannya.
Menurut Santrok (2003) tindakan kenakalan yang dilakukan oleh remaja merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk mengurangi beban tekanan jiwa. Pada taraf tertentu, tindakan yang dilakukan oleh remaja tersebut bisa menjadi perilaku yang agresif, impulsif, maupun primitif.
Harapan penulis, mestinya peran tiga kunci utama yaitu pemerintah, masyarakat/orang tua dan lingkungan sebagai faktor pendukung bisa membangun sebagai akselerasi demi terbentuknya konstruk berfikir remaja ke depan yang lebih baik, sehingga mereka tidak hilang kompas pengetahuan yang cemerlang dan selalu diselimuti dengan percaya diri, rendah hati dan mengutamakan pendidikan demi masa depan anak kelak. (*)