Oleh: Anto Basahona
___________
KASUS tragis yang merenggut nyawa Calon Gubernur (Cagub) Maluku Utara Benny Laos dan rombongannya dalam insiden ledakan speedboat yang ditumpangi mengangkat kembali sorotan tajam terhadap fasilitas kesehatan di Kabupaten Pulau Taliabu. Benny Laos mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Umum (RSU) Pulau Taliabu. Terlepas dari ajal adalah kuasa Tuhan, juga lebih dari itu karena keterbatasan fasilitas kesehatan yang tidak memadai dan minimnya obat-obatan. Kasus ini hanyalah satu dari sekian banyak contoh nyata betapa mendesaknya pembenahan sektor kesehatan di daerah ini, yang seharusnya sudah lama menjadi prioritas utama pemerintah daerah.
Fenomena serupa juga terjadi di Kabupaten Kepulauan Sula. Rumah sakit umum di sana juga sering kali gagal memberikan layanan yang layak, menyebabkan banyak nyawa melayang, bukan karena kecelakaan yang tidak bisa dihindari, tetapi karena ketidakmampuan fasilitas kesehatan untuk merespons dengan cepat dan memadai. Ketidaktersediaan obat, peralatan medis yang usang, tenaga medis yang tidak terlatih secara profesional, dan fasilitas yang tidak memadai mencerminkan ketidakseriusan pemerintah dalam menangani sektor kesehatan.
Bagaimana mungkin di era modern, di mana kesehatan seharusnya menjadi prioritas utama pemerintah, fasilitas kesehatan di dua kabupaten ini masih begitu memprihatinkan? Masyarakat di Pulau Taliabu dan Kepulauan Sula seolah dipaksa untuk menerima kenyataan pahit bahwa nyawa mereka hanya seharga keterlambatan obat atau alat medis yang rusak. Berapa banyak lagi korban yang harus berjatuhan sebelum pemerintah menyadari bahwa kesehatan adalah investasi jangka panjang yang jauh lebih penting daripada menghamburkan anggaran untuk hal-hal tidak urgen, seperti festival pesta pora dan kegiatan seremonial lainnya?
Bukan rahasia lagi, anggaran yang seharusnya dialokasikan untuk peningkatan pelayanan publik, termasuk sektor kesehatan, sering kali dialihkan untuk kepentingan yang tidak langsung menyentuh kebutuhan dasar masyarakat. Betapa ironi ketika anggaran besar dihabiskan untuk acara seremonial, sementara rumah sakit kekurangan obat-obatan dasar. Kesehatan masyarakat dikesampingkan demi kepentingan pencitraan dan politik yang hanya bertahan sesaat, sementara nyawa manusia terus berjatuhan akibat kelalaian yang sama berulang kali.
Evaluasi dan perbaikan yang menyeluruh perlu segera dilakukan. Rumah sakit di Taliabu dan Sula tidak bisa terus dibiarkan dalam kondisi kritis seperti ini. Pemerintah daerah harus memprioritaskan anggaran untuk kesehatan, memperbaiki fasilitas medis, menyediakan tenaga medis yang kompeten, serta memastikan obat-obatan selalu tersedia dengan cukup. Nyawa manusia tidak boleh dianggap sepele dan dipertaruhkan hanya karena ketidakmampuan pemerintah untuk menempatkan prioritas yang tepat.
Ini bukan hanya persoalan administrasi atau teknis semata, tetapi masalah kemanusiaan yang mendesak. Sudah waktunya pemerintah menghentikan pemborosan anggaran untuk hal-hal yang tidak perlu dan memfokuskan perhatian pada hal yang benar-benar urgen: keselamatan dan kesehatan masyarakat. Tidak ada yang lebih berharga dari nyawa manusia. Pemerintah harus segera melakukan evaluasi menyeluruh dan mengalihkan anggaran dari hal-hal yang tidak perlu menuju peningkatan kualitas fasilitas kesehatan. Sudah terlalu banyak nyawa yang menjadi korban dari ketidakpedulian ini, dan tangisan rakyat sudah terlalu lama diabaikan. Jika pemerintah tidak segera bertindak, kita hanya tinggal menunggu korban berikutnya jatuh, dan itu adalah sebuah kegagalan yang tidak termaafkan. (*)