Opini  

Filosofi ‘Dad Hia Ted Sua’ dalam Politik Kepulauan Sula

Oleh: Anto Basahona

___________

FILOSOFI Dad Hia Ted Sua, yang bermakna “Jadi Satu Bangun Sula”, merupakan salah satu nilai kearifan lokal yang telah lama mengakar dalam masyarakat Kepulauan Sula. Filosofi ini mengajarkan pentingnya persatuan, kerja sama, dan gotong royong dalam membangun daerah. Dalam konteks politik, terutama menjelang Pilkada, filosofi ini seharusnya menjadi pedoman bagi para kandidat dan tim kampanye dalam menyampaikan gagasan serta berinteraksi dengan masyarakat. Sayangnya, yang sering terjadi adalah kampanye yang diwarnai dengan ujaran kebencian, fitnah, dan saling menjatuhkan, baik oleh kandidat maupun tim suksesnya. Fenomena ini justru bertentangan dengan semangat Dad Hia Ted Sua dan berpotensi merusak persatuan masyarakat.

Pilkada seharusnya menjadi ajang demokrasi yang sehat, di mana para kandidat bersaing secara fair dan beretika. Ujaran kebencian yang dilontarkan dalam kampanye tidak hanya mencederai semangat demokrasi, tetapi juga berpotensi memecah belah masyarakat yang selama ini hidup rukun. Perbedaan pilihan politik seharusnya tidak menjadi alasan untuk merusak kerukunan yang telah dibangun bertahun-tahun. Filosofi Dad Hia Ted Sua mengingatkan kita semua, baik kandidat maupun pemilih, bahwa tujuan utama politik adalah untuk membangun, bukan menghancurkan.

Sebagai pengawas dalam Pilkada, Bawaslu memiliki tanggung jawab besar dalam mengawal jalannya kampanye. Bawaslu harus memastikan bahwa semua pihak, baik tim kampanye maupun kandidat, mematuhi aturan yang ada, termasuk menghindari ujaran kebencian dan provokasi. Peran ini sangat penting untuk menjaga agar Pilkada di Kepulauan Sula tetap berjalan damai dan demokratis. Di sisi lain, masyarakat juga perlu diberikan edukasi tentang pentingnya memilih berdasarkan gagasan, visi, dan misi, bukan berdasarkan sentimen pribadi atau hasutan dari pihak tertentu.

Dalam kondisi Kepulauan Sula yang masih menghadapi berbagai tantangan seperti infrastruktur yang kurang memadai, layanan kesehatan yang terbatas, serta kesulitan dalam menciptakan lapangan pekerjaan, para kandidat harus mengedepankan solusi-solusi nyata yang bisa diimplementasikan. Alih-alih saling menghina, mereka seharusnya memanfaatkan kampanye untuk memaparkan program kerja yang akan membawa perubahan positif bagi masyarakat. Menghadapi tantangan yang kompleks, Sula membutuhkan pemimpin yang mampu bersatu dengan masyarakat dan memiliki visi ke depan, bukan pemimpin yang memperuncing perbedaan.

Kandidat bupati dan wakil bupati harus menyadari bahwa peran mereka bukan hanya sebagai pemimpin politik, tetapi juga sebagai penjaga persatuan. Dengan meneladani semangat Dad Hia Ted Sua, para kandidat diharapkan bisa menciptakan kampanye yang damai dan positif, di mana fokus utama adalah memajukan Sula, bukan memperuncing konflik. Persatuan adalah kunci untuk mencapai kemajuan daerah, dan para kandidat harus menjadi contoh teladan dalam menjaga nilai-nilai tersebut. Kembali kepada filosofi Dad Hia Ted Sua, masyarakat dan para pemimpin di Kepulauan Sula diingatkan bahwa hanya dengan persatuan kita bisa membangun Sula yang lebih baik. Pemimpin yang kuat adalah pemimpin yang mampu mengedepankan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau kelompok. Kampanye yang sehat dan berbasis solusi bukan hanya akan memperkuat posisi calon di mata masyarakat, tetapi juga akan memastikan bahwa proses demokrasi berjalan dengan baik dan bermanfaat bagi seluruh warga Kepulauan Sula.

Dengan demikian, menjaga persatuan melalui filosofi Dad Hia Ted Sua harus menjadi fokus utama dalam setiap tahapan Pilkada. Masyarakat, tim kampanye, kandidat, serta Bawaslu harus bersama-sama berkomitmen untuk menciptakan Pilkada yang damai, adil, dan berorientasi pada solusi. Hanya dengan persatuan, Kepulauan Sula bisa bangkit dan mencapai masa depan yang lebih baik. (*)