Opini  

Utamakan Moral dan Etika, Bukan Jabatan

Oleh: Jufri S. Hanafi
Kader HMI Komisariat Syariah IAIN Ternate

__________________________

PEMIMPIN harus mengetahui prinsip pentingnya bagi sosok pejabat atau pemimpin dalam menjalani tugasnya untuk kemaslahatan terhadap masyarakatnya.

sepenggal hadist menjelaskan “Apabila kalian melihat pemimpin kalian yang kalian benci maka bencilah perbuatannya dan janganlah kamu berteguh untuk taat”.

Sudah semestinya menjadi pemimpin jangan seperti penzolim, artinya bahwa. Sebagai manusia sudah sepantasnya bermanfaat bagi manusia yang lain, ini bukan persoalan memberi lalu memunafikan kembali seakan-akan harapan itu hanyalah pemanfaatan belaka.

Menjadi pemimpin harus mengutamakan etika, sebab pemimpin dapat membangun kepercayaan, meningkatkan integritas, dan melayani masyarakat dengan baik sudah menjadi tanggung jawab penuh oleh sosok pemimpin tersebut. Hal serupa dengan argumentasi yang di bangun oleh Sujanto Adi dalam bukunya ‘Moral dan Etika Kepemimpinan’. Pentingnya moral dan etika dalam kepemimpinan sebagai landasan bagi goob governmace.

Hal ini tidak berbanding lurus dengan pemimpin dalam kehidupan sekarang, pasalnya etika diabaikan demi jabatan untuk kepentingan semata. Menurut Dra. Dewi RS Hargiyanto bahwa, etika yang berlandaskan etika di kantor atau di instansi mempengaruhi citra instansi dan individu.

Sosok pejabat/pemimpin, memiliki keharusan membantu serta melayani masyarakat dan menghindari konflik kepentingan dan memastikan keputusan yang adil, hal ini menjadi alasan etika diutamakan. Malcolm X menjabarkan, pemimpin yang tidak menghormati rakyatnya tidak layak memimpin. Artinya menghargai dan menghormati hak martabat masyarakat itu salah satu sosok pemimpin yang baik.

Jika seseorang telah dipercayakan dan diamanahkan oleh rakyat harus memiliki integritas yang jelas. Miris jika tidak ada yang dimaksud maka dampaknya makin terlihat, jabatan tanpa etika dapat memicu kerusuhan sosial dan konflik. Selain itu juga kepercayaan rakyat sudah melebur bahkan hilang seketika, karena masyarakat kehilangan kepercayaan kepada pemimpin dan lembaga.

Jadi, menjadi pemimpin harus memahami yang namanya empati, menghormati kebutuhan masyarakat sekitarnya. Jangan menganggap kebutuhan masyarakat sebagai upaya pemanfaatkan bagi pemimpin agar terlihat empati. Untuk itu Mahatma Gandhi menekankan “Seorang pemimpin harus menjadi pelayan masyarakat, bukan penguasa”.

Nelson Mandela mengatakan “Pemimpin yang baik tidak memerintah, melainkan melayani”. Hal tersebut juga ditulis oleh Abraham Lincoln “Pemerintah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”. Artinya pemerintah atau seorang pemimpin harus menghormati hak dan kepentingan rakyat.

Mengimplementasikan dalam kehidupan sebagai pemimpin/pejabat, yang perlu diperhatikan adalah Pendidikan Etika. artinya mengintegrasikan pendidikan etika dalam kurikulum pelatihan, kemudian komitmen pemimpin juga perlu dibentuk. Pemimpin harus menjadi contoh dalam menerapkan etika. Sebab sesuai apa yang dikatakan oleh Bung Karno bahwa “Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mendengarkan suara rakyat”. (*)