Opini  

Semangat STQH ke-28 Wujudkan Al-Quran dan Hadist sebagai Kompas Birokrasi Pemerintah Kota Ternate 

Oleh: Naufandi Hadyan Saleh 

________________________________

MELALUI laman resmi milik Pemerintah Kota Ternate yang berjudul “Wali Kota Buka STQH ke-28 Tingkat Kota Ternate“ menjadi penanda STQH XXVIII 2025 sah untuk dimulai. Kegiatan yang berlokasi di Benteng Oranje tersebut merupakan ajang tahunan yang bernuansa religi. STQH ke-28 Kota Ternate 2025 mengusung tema “Alquran Sebagai Pedoman Hidup dan Sumber Kebahagiaan.” Terhitung sejak tanggal 17–21 April 2025 adalah durasi dari perlombaan STQH ke-28 tingkat Kota Ternate.

Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadist atau biasa disingkat STQH bukan hanya dipandang sebagai ajang perlombaan Al-Qur’an dan hadits. Lebih dari itu, STQH bagi penulis adalah momentum mencetak para hufadz (penghafal Qur’an) dan muhadits (ahli hadist) dari Kota Ternate yang akan membuat Ternate menjelma sebagai negeri thoyyibatun wa rabbun ghofur sesuai dengan QS. Saba’ ayat 15.

Wali Kota Ternate, Dr. M. Tauhid Soleman, M.Si dalam sambutannya mengatakan “STQH bukan sekadar ajang perlombaan membaca dan menghafal ayat-ayat suci Al-Qur’an dan hadist. Namun lebih dari itu, STQH adalah upaya nyata kita membumikan nilai-nilai Al-Qur’an di tengah kehidupan masyarakat.” Sambutan wali kota tersebut bagi penulis adalah harapan dan uji komitmen Pemerintah Kota Ternate dalam mendukung kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengembangan Al-Qur’an dan hadist.

Setidaknya dari meriah dan lancarnya pelaksanaan STQH ke-28 tahun 2025 menjadi bukti keseriusan Pemerintah Kota Ternate dalam mendukung kegiatan yang bernuansa religi, utamanya bernuansa Islami.

Secara pribadi, menurut penulis alangkah lebih baik Pemerintah Kota Ternate-lah yang harus menjadi front liner atau garda terdepan dalam mewujudkan misi mulia tersebut. Membumikan Al-Qur’an dan hadist harus dimulai dari lingkup Pemerintah Kota Ternate, khususnya pada kehidupan birokrasi. Pemerintah-lah sebagai pihak utama sekaligus penggerak sebelum memberikan instruksi kepada masyarakat.

Pada tulisan kali ini penulis ingin memberikan sumbangsih pandangan tentang nilai-nilai Al-Qur’an dan hadist sebagai kompas Pemerintah Kota Ternate dalam melaksanakan roda aktivitas birokrasinya.

Penulis hanya membagikan sedikit dari saking banyaknya ayat Al-Qur’an dan hadist yang bisa dijadikan sebagai kompas birokrasi Pemerintahan Kota Ternate di bawah kepemimpinan Bapak Dr. Tauhid Soleman dan Bapak Nasri Abubakar.

Spirit QS. An-Nahl Ayat 90

Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an surah An-Nahl ayat 90 “Innallaha ya’muru bil-adli wa ihsan”, yang artinya sesungguhnya Allah memerintahkan kita untuk berbuat adil dan berbuat kebaikan. Ayat di atas sangatlah masyhur (terkenal), bahkan setiap jumat para khatib tak pernah absen mengingatkan kita dengan ayat ini di penghujung khutbahnya. Ahmad Taufik mengatakan An-Nahl ayat 90 merupakan kritik sistemik terhadap struktur ketidakadilan yang mengakar di dalam struktur sosial.

Selain itu, ia juga menjelaskan interpretasi ayat ini adalah perintah universal yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Keadilan dalam prespektif ini tidak hanya sekadar konsep abstrak, melainkan prinsip dinamis yang harus dipraktekkan di setiap relasi sosial, baik vertikal maupun horizontal.

Jika ditarik dalam kehidupan birokrasi tentu jabatan yang diemban seseorang tidak boleh dijadikan sebagai alat untuk menindas ataupun sebagai kendaraan duniawi yang membuat dirinya merasa lebih tinggi dari strata sosial dibanding yang lain.

Seseorang yang memegang jabatan tertentu haruslah tetap saling menghargai, menghormati, dan tidak melakukan sikap semena-mena kepada orang lain, sebab fasilitas yang diberikan negara seperti kendaraan dinas, rumah dinas, ataupun tunjangan kinerja adalah tanggung jawab yang melekat pada seorang pejabat agar dapat memberikan secercah keadilan kepada seluruh pekerja yang berada dalam lingkup birokrasi pemerintahan.

Tak lupa pula dalam kehidupan birokrasi, pimpinan wajib mengapresiasi kinerja dari setiap pegawai yang dinilai sangat progresif sekalipun ia lahir dari kalangan staf biasa ataupun golongan tertentu. Di sinilah kepiawaian seorang pimpinan diuji dalam rangka mengkorelasikan antara ucapan dan perbuatannya membumikan nilai-nilai Al-Qur’an dan hadist.

Spirit QS. As-Saf Ayat 2-3

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah As-Saf ayat 2-3 “Ya ayuhal ladzina amanu lima taqulu ma la taf’alun. Kabura maqtan indallahi an taqulu ma la taf’alun”, yang memiliki arti wahai orang-orang beriman kenapa engkau mengatakan sesuatu yang kamu sendiri tidak melakukannya. Sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa saja yang tidak kamu kerjakan. Ayat ini jelas mengindikasikan sebuah peringatan yang kiranya bisa menjadi bahan evaluasi sekaligus muhasabah bagi kita semua, tak terkecuali kepada pegawai pemerintahan.

Sudah menjadi hal yang lumrah tatkala melihat seorang pimpinan menyampaikan instruksi-instruksi kepada staf yang berada di bawahnya baik berupa peringatan maupun pekerjaan. Sering kali juga terpampang di banyak media pejabat publik seperti gubernur, wali kota maupun bupati menggelorakan sebuah slogan agar menjadi pegawai yang berdedikasi tinggi, tanggung jawab, dan tidak korupsi.

Namun faktanya justru berbanding terbalik. Pada banyak media, telinga publik seakan terbiasa mendengar adanya pimpinan pemerintahan yang harus berakhir di balik jeruji besi akibat dari nihilnya korelasi antara perkataan dan perbuatan. Seseorang yang menjadi pimpinan dalam struktur birokrasi selalu dituntut menjadi uswah (teladan) bagi seluruh staf yang ia pimpin.

Saat seorang pimpinan hendak memberikan instruksi kepada staf di bawahnya untuk bekerja dengan integritas yang tinggi maka pimpinan tersebutlah yang lebih dulu mencontohkannya. Begitu-pun juga saat seorang pimpinan menginstruksikan staf di bawahnya untuk disiplin seperti tidak terlambat masuk kantor maka dirinyalah yang lebih dulu datang tepat waktu. Ini juga berlaku saat seorang pimpinan memberikan instruksi dan peringatan agar tidak korupsi maka pimpinan tersebutlah yang harus mengedepankan nilai-nilai kejujuran di setiap langkah dan geraknya.

Memang hal-hal sederhana seperti inilah yang acap kali sering dihiraukan oleh kebanyakan dari mereka yang berkecimpung dalam dunia birokrasi, sebab menurut penulis dunia birokrasi akan mendapati dampak yang signifikan tatkala ia mulai membumikan nilai-nilai Al-Qur’an dan hadist pada aktivitas pemerintahannya.

Spirit Hadist Belajar Qur’an

Nabi bersabda dalam salah satu hadisnya “Khairukum man ta’alamal quran wa al’lamahu”, yang artinya sebaik-baik dari kalian (manusia) adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya. Hadist ini mengisyaratkan bahwa sebaik-baik manusia bukanlah ia yang paling baik parasnya, bukan juga yang paling baik pangkatnya atau lebih-lebih lagi yang paling baik jabatannya, melainkan ia yang paling baik pemahaman Al-Qur’an.

Lewat momentum STQH tentu kita semua berharap setiap dari mereka yang berada pada dunia birokrasi dapat menjadikan Al-Qur’an dan hadist sebagai kompas atau petunjuk jalan, sebab Al-Qur’an pada hakikatnya adalah kitab suci yang memuat kiat-kiat sukses menjalani kehidupan, termasuk kehidupan birokrasi pemerintahan.

Langkah ini dapat terejawantahkan lewat program-program pengembangan Al-Qur’an. Menurut penulis, Pemerintah Kota Ternate harus merancang program kewajiban membaca, mempelajari, dan mengajarkan Al-Qur’an pada hari-hari tertentu di setiap OPD. Hal ini dirasa penting sekaligus ajang pembuktian Pemerintah Kota Ternate dalam membumikan Al-Qur’an.

Terhitung sejak tulisan ini dipublikasikan, ajang STQH ke-28 tahun 2025 tingkat Kota Ternate telah usai digelar. Namun penulis berharap ajang ini bukanlah akhir dari semangat mempelajari Al-Quran dan hadist, melainkan titik awal menggelorakan spirit Al-Qur’an dan hadist di kehidupan kita sehari-hari. Tak lupa pula penulis sampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Pemerintah Kota Ternate yang telah sukses menggelar ajang bergengsi sekaligus momentum refleksi pemahaman Al-Qur’an dan hadist. Kepada setiap peserta, penulis sampaikan selamat dan sukses. Semoga dengan keberkahan Al-Qur’an dan hadist menjadikan kita sebagai pribadi-pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. (*)