Putra Asli Morotai Pimpin Forum BEM DIY, Tekankan Gerakan Progresif dan Solutif 

Faturrahman menerima mandat kepemimpinan Forum BEM se Daerah Istimewa Yogyakarta. (Istimewa)

YOGYAKARTA, NUANSA – Faturrahman Djaguna, putra asal Kabupaten Pulau Morotai, terpilih sebagai Koordinator Umum Forum Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Faturrahman terpilih secara aklamasi dalam keputusan Musyawarah Besar Forum BEM DIY (FBD) yang berlangsung di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Sabtu (19/7).

Faturrahman yang juga Presiden Mahasiswa Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta ini menekankan komitmen membangun gerakan mahasiswa DIY yang progresif, inklusif, dan solutif sebagai poros perubahan sosial, politik, dan pendidikan di era digital dan krisis demokrasi.

“Visi ini bukan sekadar jargon, melainkan refleksi dari keresahan kolektif mahasiswa terhadap situasi daerah dan bangsa, sekaligus harapan besar agar Forum BEM DIY menjadi pusat gerakan yang tak hanya bergerak di jalanan, tetapi juga berakar pada gagasan, data, dan rakyat,” ujar Faturrahman kepada Nuansa Media Grup (NMG), Selasa (22/7).

Menurutnya, DI Yogyakarta bukan hanya simbol kebudayaan, namun juga tanah kelahiran yang banyak melahirkan gerakan rakyat yang monumental. Spirit perjuangan 1998, gerakan pendidikan murah, hingga solidaritas antarkelompok marginal pernah mengakar kuat di kota ini. Namun hari ini, kata Faturrahman, gerakan mahasiswa mengalami disorientasi.

“Saya melihat bahwa urgensi saat ini adalah membangkitkan kembali ‘roh kolektif’ gerakan mahasiswa DIY yang sempat lesu. FBD ke depan harus menjadi simpul penggerak isu, pengontrol kebijakan, dan penghidup ruang dialog yang progresif,” tegasnya.

Lebih lanjut, Faturahman menyampaikan terima kasih atas kepercayaan seluruh BEM yang tergabung di Forum BEM DIY dan menyatakan kepemimpinan ini adalah milik semua pihak.

“Tidak ada gerakan yang besar tanpa kebersamaan, tidak ada perubahan yang nyata tanpa kerja kolektif. Untuk itu, mari kita satukan langkah, mahasiswa DIY harus menjadi kekuatan yang tak hanya mengkritik, tetapi juga merancang masa depan. Kita adalah poros perubahan, bukan penonton dari kerusakan sistem,” pungkasnya. (ula/tan)