Opini  

Zionis Yahudi Makin Biadab, Kebutuhan Akan Khilafah Makin Mendesak

Oleh: Atari Sena

_____________________

DI tengah eskalasi konflik yang terus berlangsung, tindakan yang dilakukan oleh entitas Zionis Yahudi semakin menunjukan sifat biadab yang tidak berperikemanusiaan. PBB melaporkan sejak Palestina mengalami krisis kelaparan yang semakin memburuk, hampir 1.400 warga Palestina kehilangan nyawa mereka saat mencari makanan. Ironisnya, mereka yang mengantri bantuan makanan yang dikelolah oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF), sebuah organisasi yang didukung oleh Israel dan Amerika Serikat untuk menyalurkan bantuan makanan di Utara Rafah, pun sering kali memakan korban. Padahal Israel sendiri mengklaim adanya jeda militer harian untuk distribusi bantuan.

Banyak bukti yang mendokumentasikan kebiadaban Zionis Yahudi. Salah satunya yaitu investigasi dari The Guardian pada 9 Agustus 2025, menunjukan pola seranagan sistematis Israel terhadap situs distribusi makanan, dengan bukti visual, peluru, rekam medis, dan kesaksian yang menunjukan tembakan tak pandang bulu.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sejak 7 Oktober 2023 hingga Juli 2025 tercatat lebih dari 60.000 orang tewas dengan sekitar setengahnya merupakan perempuan dan anak-anak. Peristiwa tragis ini menyebabkan penderitaan besar bagi warga Palestina dan menimbulkan rasa duka yang teramat dalam di hati banyak orang di seluruh dunia, terutama umat Muslim.

Berbagai aksi solidaritas untuk Palestina terus bergulir di seluruh dunia, menunjukan dukungan dan pembelaan kuat dari masyarakat. Namun, hal ini berbanding terbalik dengan sikap para pemimpin dunia yang justru memilukan. Banyak di antara mereka, termasuk pemimpin negeri-negeri Muslim, memilih diam bak setan-setan yang bisu atau bahkan tetap bergandengan tangan dengan penjajah Zionis Yahudi. Hal ini disebabkan oleh ketidakpahaman akan akar persoalan Palestina, serta cinta berlebihan terhadap kekuasaan dan kedudukan, sehingga membutakan mata dan hati para pemimpin. Mereka lupa akan ikatan persaudaraan berdasarkan iman, yang seharusnya menjadi landasan utama dalam menyikapi penderitaan saudara-saudara mereka di Palestina.

Mirisnya lagi, para pemimpin negeri-negeri muslim hari ini justru menerima usulan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang solusi dua Negara atau “two-state solution” yang dianggap sebagai solusi dalam menyelesaikan persoalan Palestina. Padahal gagasan ini sejatinya justru secara halus melegalkan penjajahan Israel terhadap Palestina. Solusi absurt yang ditawarkan PBB tidak akan mampu dan tidak akan pernah menjadi solusi untuk menyelesaikanpersoalan Palestina, melainkan mengalihkan perhatian umat untuk mewujudkan solusi yang hakiki.

Perlu diketahui bahwa isu Palestina tidak sebatas masalah kemanusian. Pada dasarnya, persoalan ini merupakan isu politik yang hadir melalui kebijakan politik, sehingga harus dilawan dengan langkah-langkah dan gerakan politik yang setara.

Dalam konteks ini, kebutuhan akan Khilafah sebagai solusi hakiki semakin mendesak. Khilafah bukan sekadar institusi politik, tetapi sebuah sistem pemerintahan Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah, yang mampu menyatukan umat, menegakkan keadilan, dan melawan kezaliman. Sejarah tidak pernah berbohong bahwa Khilafah pernah menjadi perisai kokoh bagi umat Islam, melindungi hak-hak mereka dan menghadapi ancaman eksternal. Kini, di tengah agresi Zionis yang semakin brutal, Khilafah menjadi panggilan mendesak untuk mengembalikan kejayaan dan persatuan umat.

Namun, mewujudkan Khilafah menuntut upaya besar yang terorganisir dan kesadaran kolektif. Para pengemban dakwah memegang peran penting dalam membangun kesadaran umat akan solusi hakiki ini. Mereka harus terus menggaungkan seruan untuk kembali kepada ajaran Islam, memperkuat opini umum bahwa pembebasan Palestina hanya dapat tercapai melalui jihad dan jihad hanya bisa dilakukan dengan tegaknya Khilafah. Upaya penyadaran ini harus dilakukan dengan penuh keistiqamahan, mengikuti thariqah Rasulullah SAW, melalui dakwah yang konsisten, pendidikan yang mencerahkan, dan penguatan hubungan dengan Allah SWT agar pertolongan-Nya segera tiba.

Para pengemban dakwah juga harus meningkatkan kemampuan mereka dalam membangun kesadaran umat, baik melalui penyampaian fakta-fakta atas kebiadaban Zionis maupun dengan menjelaskan urgensi Khilafah sebagai solusi. Dukungan umat yang dilandasi kesadaran akan mendorong mereka untuk terus bergerak, menuntut penguasa negeri-negeri Muslim agar kembali kepada tuntunan Islam. Dengan langkah ini, umat tidak hanya menuntut keadilan untuk Palestina, tetapi juga mewujudkan kehidupan Islam yang hakiki di bawah naungan Khilafah.

Tindakan biadab Zionis Yahudi adalah pengingat pahit akan perlunya persatuan dan kekuatan umat Islam. Khilafah bukan sekadar impian, tetapi keharusan yang mendesak untuk mengakhiri penindasan dan menegakkan hukum Allah. Dengan keistiqamahan, kesadaran, dan perjuangan yang terarah, umat Islam dapat melangkah menuju pembebasan Palestina dan tegaknya Khilafah, sesuai dengan jejak Rasulullah SAW untuk menghidupkan kembali kejayaan Islam. Wallahualam bisawab. (*)