DARUBA, NUANSA – Nelayan tuna di Kabupaten Pulau Morotai menyebut para anggota DPRD Morotai hanya menghabiskan anggaran daerah tanpa memperjuangkan aspirasi rakyat. Hal ini disampaikan oleh sejumlah perwakilan nelayan saat menggelar hearing bersama DPRD, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) serta Dinas Perindagkop di aula kantor DPRD Morotai, Senin (25/8).
Cilfan Djaguna, salah satu perwakilan nelayan menyampaikan bahwa saat aksi perdana, pihak nelayan telah menyampaikan sejumlah masalah ke DPRD. Ia mempertanyakan sudah atau tidaknya aspirasi nelayan itu disampaikan ke pemerintah pusat, setelah para pimpinan dan sejumlah anggota DPRD berulangkali ke Jakarta.
“Setelah hearing dengan anggota DPRD kan ada beberapa pimpinan kan langsung ke Jakarta, kira-kira koordinasi tuntutan nelayan itu disampaikan ke kementrian atau tidak? Jangan cuma bisa menghabiskan anggaran daerah tapi tidak memperjuangkan aspirasi rakyat yang mestinya itu disampaikan ke pihak yang di atas,” tukas Cilfan.
Ia juga meminta para anggota DPRD melakukan peninjauan langsung ke lapangan terkait pencurian ikan di laut Morotai. Selain itu, fungsi koordinasi dengan pihak-pihak terkait juga mestinya dilakukan oleh lembaga wakil rakyat itu.
“Harusnya DPRD juga berkoordinasi dengan pihak provinsi, masa kita rakyat yang harus datang berkoordinasi, di mana tugas dan fungsi anggota DPRD? Mestinya kan harus disampaikan tuntutan nelayan itu, jangan seakan-akan lepas tangan dan tidak punya fungsi sama sekali,” tegasnya.
Senada, Ketua Nelayan Morotai Timur, Yanto Ali, mengatakan saat aksi perdana yang dilakukan oleh nelayan, pihak DPRD telah mengusulkan akan membentuk panitia khusus (pansus) terkait masalah distribusi BBM subsidi untuk nelayan dan maraknya kapal pencuri ikan di perairan Morotai. Namun, yang dijanjikan hanyalah omong kosong belaka.
“Tetapi nyatanya sampai hari ini apa yang sudah dilakukan oleh DPRD Pulau Morotai? Masa kita nelayan yang harus datang (berkoordinasi) ke provinsi dan Jakarta, artinya fungsi pengawasan (DPRD) itu tidak ada, ini kan aneh bin ajaib,” kata Yanto.
“Torang nelayan datang di sini baru ngoni saling buang bola kiri kanan. Kalian ini keterwakilan rakyat secara institusi, jadi jangan cuma diskusi sana diskusi sini,” tegasnya. (ula/tan)