google.com, pub-1253583969328381, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Opini  

Gaza Tak Butuh Solusi Dua Negara

Oleh: Mawar Sangadji

Aktivis Remaja 

google.com, pub-1253583969328381, DIRECT, f08c47fec0942fa0

_______________

PEMIMPIN kita menyampaikan dalam pidatonya, “Kita harus memiliki Palestina yang merdeka, tapi kita juga harus menjamin keselamatan dan keamanan entitas Zionis Yahudi. Hanya dengan begitu kita bisa memiliki perdamaian sejati, perdamaian yang nyata, tanpa kebencian dan tanpa kecurigaan. Satu-satunya solusi adalah solusi dua negara.” Solusi dua negara terus didengungkan sebagai solusi atas konflik di Palestina.

KTT Khusus Penyelesaian Damai atas Masalah Palestina dan Implementasi Solusi Dua Negara telah diadakan sehari menjelang Sidang Majelis Umum PBB yang ke-80 (23-9-2025). Pada KTT tersebut lebih dari 150 negara telah mengakui negara Palestina, termasuk Inggris dan Prancis.

PBB secara de facto telah mengakui kemerdekaan Palestina karena lebih dari tiga perempat anggota PBB sudah mengakui kemerdekaan Palestina. Namun, pengakuan secara de jure masih harus diputuskan melalui resolusi Dewan Keamanan PBB, karena selama ini AS selalu memvetonya.

Pengakuan PBB atas negara Palestina tidak membuat entitas Zionis mengurangi serangannya. Hingga Jumat (3/10/2025), Zionis masih terus membombardir Gaza. Total korban meninggal sejak Oktober 2023 hingga kini mencapai lebih dari 65.000 jiwa.

Melegalisasi Penjajahan

Solusi dua negara telah diusung sejak beberapa dekade yang lalu. Solusi ini membagi wilayah antara Sungai Yordan dan Laut Tengah yang sebelumnya milik Palestina semuanya menjadi dua negara, yaitu Yahudi dan Arab (Palestina) berdasarkan peta 1967. Solusi ini merupakan rekomendasi Laporan Peel yang dikirim oleh Inggris pada 1937.

Berdasarkan solusi dua negara, Palestina hanya mendapatkan tanah-tanah tandus, termasuk Gurun Negev, serta wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza. Sedangkan mayoritas garis pantai dan tanah pertanian paling subur di Galilea diberikan kepada Zionis Yahudi. Ini sungguh merupakan kesepakatan yang tidak adil dan sejatinya bukanlah solusi, melainkan legalisasi perampasan tanah Palestina oleh Zionis.

Warga negara Palestina tinggal di wilayah Syam sejak beradab-abad sejak masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khatab. Bebasnya Syam pada 637 M penduduk kota Syam beramai-ramai memeluk Islam. Sejak saat itu umat Islam menjadi penduduk bumi Syam, sedangkan Yahudi baru masuk pada abad ke 19 setelah kongres zionis pertama pada bulan Agustus tahun 1897. Tampak jelas bahwa Resolusi PBB bukan untuk mewujudkan perdamaian sebagaimana slogannya, tapi untuk mewujudkan kepentingan negara-negara Barat (Inggris, AS, dll) melalui penanaman entitas Zionis di jantung dunia Islam yaitu Timur Tengah. Tujuannya adalah untuk bisa menguasai dunia Islam. Jadi konsep dua negara yang PBB usung bukan ditujukan untuk melindungi tanah Palestina dari pencaplok (Yahudi), tetapi justru memberi wilayah secara cuma-cuma bagi Zionis inilah keinginan di balik solusi 2 negara hanya nama tetapi sebenarnya berpihak pada mereka yang ingin merampas tanah kaum muslimin

Yang patut kita prihatin adalah sikap penguasa muslim di negeri ini pada saat muslim sedunia berbondong-bondong memberikan dukungan bagi muslim Palestina. Para penguasa muslim justru menjadi pengikut rencana (makar) AS miris, dengan solusi dua negara. Mereka menyatakan akan mengakui entitas Zionis jika Zionis mengakui Palestina.

Lebih miris lagi, pujian Donald Trump dan Netanyahu terhadap pidato Prabowo pada Sidang Majelis Umum PBB menunjukkan bahwa dukungan Indonesia terhadap solusi dua negara sudah sesuai dengan skenario AS dan Zionis. Trump mengatakan “Pidato yang hebat. Anda melakukan pekerjaan yang luar biasa dengan mengetukkan tangan di meja itu. Anda melakukan pekerjaan yang luar biasa. Terima kasih banyak.” Sedangkan, Netanyahu mengatakan, “Dan saya mencatat, seperti halnya Anda juga pasti mencatat, kata-kata yang penuh semangat yang disampaikan di sini oleh Presiden Indonesia. Ini adalah negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Dan ini juga merupakan pertanda tentang apa yang bisa terjadi di masa depan.”(antaranews.com, 24/9/2025).

Dukungan negeri muslim terhadap solusi dua negara yang dirancang AS dan Zionis merupakan pengkhianatan terhadap para syuhada yang membanjiri bumi Palestina dengan darahnya. Bahkan, sikap mereka merupakan pengkhianatan terhadap Allah Taala dan Rasul-Nya yang memerintahkan untuk menolong saudara muslim lain yang membutuhkan pertolongan.

Terbaru yang terjadi pada bulan Oktober Zionis mencegat 39 kapal Global Sumud Flotilla yang membawa bantuan untuk Gaza dengan mengatakan ada tim Hamas mereka juga menahan 223 aktivis di kapal-kapal tersebut. Lantas, dengan kesombongan dan kebengisan Yahudi yang demikian luar biasa, rakyat Palestina disuruh untuk mengakui negara Yahudi di tanah Palestina. Sungguh tidak masuk akal. Ini seperti menyuruh rakyat Palestina menyerahkan nyawa pada penjajah. Apalagi, entitas Zionis jelas-jelas menolak mengakui negara Palestina.

Solusi Islam

Kunci kebebasan negeri Palestina & juga negeri-negeri muslim yang lain hanya dengan satu-satunya negara yang berani melakukan jihad untuk membebaskan Palestina adalah negara Islam yang dulu dicontohkan oleh Rasul Saw bersama para sahabat, salah satunya Umar bin Khaththab ra. Sejak itu negara Islam selalu menjaga dan melindungi Palestina hingga masa Utsmaniyah runtuh pada 1924.

Selepas runtuhnya negara Islam,  Palestina kehilangan pelindung dan terus-menerus dirongrong oleh Zionis Yahudi hingga hari ini. Tidak ada yang mengirim pasukan Islam untuk membebaskan Palestina sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasul & para sahabat terdahulu. Oleh karenanya, satu-satunya harapan untuk mewujudkan jihad fisabilillah (jihad karena Allah) dalam rangka membebaskan Palestina dari cengkeraman Yahudi adalah dengan mewujudkan Sistem Islam berdasarkan manhaj kenabian yang bersumber langsung dari Allah SWT. Sebab Zionis Yahudi & antek-anteknya tidak mengerti bahasa kemanusiaan tapi mereka mengerti bahasa jihad setelah semua yang mereka lakukan baik itu kepada wanita & anak-anak yang tak berdosa.

Negara yang dicontohkan Rasul Saw yang nantinya tegak akan menghapus batas nasionalisme dan menggabungkan seluruh negeri muslim ke dalam pangkuannya. Selanjutnya akan menghimpun kekuatan militer seluruh negeri muslim tersebut sehingga memiliki militer yang kuat, baik dari sisi personel aktif, personel cadangan, persenjataan, maupun anggaran. Himpunan kekuatan militer ini akan mampu melawan dan mengalahkan Zionis Yahudi dan tuannya, yaitu AS, hingga entitas Zionis lenyap dari bumi Syam.

Negara dalam Islam akan menjadikan pembebasan Palestina sebagai agenda utamanya. Realisasi pembebasan Palestina akan dilakukan sesegera mungkin & tidak akan menunda-nunda pengiriman pasukan jihad ke Palestina. Islam akan memprioritaskan pengiriman militer dari negeri-negeri yang terdekat dari Palestina, seperti Mesir, Lebanon, Yordania, Suriah, negeri-negeri Arab, Turki, Yaman, dll. Sedangkan negeri-negeri yang jauh seperti Indonesia, Malaysia, Pakistan, dll tetap dalam posisi siap siaga sehingga ketika dibutuhkan untuk berjihad ke Palestina sewaktu-waktu bisa langsung diberangkatkan.

Untuk menyukseskan pembebasan Palestina, negara Islam akan menyiapkan anggaran tanpa batas, berapa pun anggaran yang dibutuhkan akan disediakan. Ada tiga pos pemasukan baitulmal yaitu pos fai dan kharaj, pos harta milik umum, dan pos zakat jihad fisabilillah bisa mendapatkan dana dari ketiga pos tersebut.

Jika anggaran kurang karena kas baitulmal habis, sedangkan kebutuhan jihad masih belum terpenuhi, maka bisa mengumpulkan dana dari kaum muslim, baik melalui mekanisme dharibah (pajak) maupun sedekah, keduanya bersifat temporer sebatas kebutuhan jihad. Dharibah dipungut dari umat Islam yang kaya saja, sifatnya wajib. Sedangkan sedekah bersifat sunah.

Salah satu contoh sedekah untuk jihad adalah yang dilakukan Utsman bin Affan ra. Pada perang Tabuk, Utsman bin Affan menanggung segala keperluan dan bekal bagi orang-orang yang tidak memiliki bekal. Beliau juga mempersiapkan seribu unta lengkap dengan tempat menaruh barang dan alas pelana. Selain itu, beliau menyedekahkan sumur miliknya untuk keperluan seluruh umat Islam (Syekh Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir Jilid III, hlm. 42).

Dengan kekuatan politik personel yang memiliki kesadaran Islam yang sahih dan semangat jihad nan membara, juga persiapan militer yang optimal, serta pendanaan yang mencukupi, akan siap menggelorakan jihad fisabilillah membebaskan Palestina di bawah komando sang pemimpin (Khalifah) Pembebasan Palestina tidak lagi berupa retorika basi, tetapi menjadi realitas pasti.

Ini sebagaimana bisyarah Rasulullah saw., “Tidak akan datang hari kiamat sehingga kaum muslim memerangi kaum Yahudi dan membunuh mereka sehingga bersembunyilah orang-orang Yahudi di belakang batu atau kayu lantas batu atau kayu itu berkata, ‘Wahai orang mukmin! Wahai hamba Allah! Ini ada orang Yahudi di belakangku. Kemarilah dan bunuhlah dia.’ Kecuali pohon algharqad (yang tidak berbuat demikian) karena ia termasuk pohon Yahudi.” (HR Bukhari dan Muslim). (*)

google.com, pub-1253583969328381, DIRECT, f08c47fec0942fa0
Exit mobile version