Tak Kantongi Izin, PT Intim Kara Diduga Rusaki Sungai Ake Toniku Halmahera Barat

JAILOLO, NUANSA – Warga Desa Tabadami, Kecamatan Jailolo Selatan, Kabupaten Halmahera Barat, dikejutkan dengan aktivitas galian C diduga tanpa izin yang membongkar tembok alam dinding sungai (kali kabi) atau sungai Ake Toniku yang dilakukan oleh PT Intim Kara dan subkontraktor.

Warga Desa Tabadamai, Supardi Nasir, mengatakan warga setempat dikagetkan dengan pembongkaran tembok alam dinding sungai Ake Toniku. Pasalnya, kata dia, lokasi yang biasanya dijadikan tempat rekreasi atau tempat wisata itu sudah diporak-porandakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

“Kami sampaikan ini kepada pemerintah desa, seolah-olah ini bukan masalah. Karena sampai saat ini belum ada responsif atas kerusakan lingkungan yang dibuat hingga batuan dan pepohonan terbengkalai bak tak-karuan,” kesalnya, Sabtu (11/10).

“Sekali lagi kami akan melakukan pelaporan atas perbuatan yang merusak lingkungan, karena dampak ini akan kami rasakan di kemudian hari,” sambungnya.

Ia menjelaskan, selain oknum sub-kon proyek blackwater yang ada di Desa Toniku, ada juga perusahaan PT Intim Kara yang sampai saat ini masih aktif beroperasi dan melakukan bongkar muat galian batuan di dalam sungai Ake Toniku atau area timur kali kabi.

“Kami sesalkan atas kejadian ini, sebab badan sungai yang mengalir ke hulu kini telah menjadi lebar tanpa normalisasi badan sungai alias dengan sendiri melebar. Akibatnya debit air keluar ketika curah hujan semakin lebat di pegunungan yang berdampak banjir,” ujarnya.

Lebih lanjut, kata dia, adapun area yang sering terdampak banjir adalah Desa Toniku, Dusun Tabanga II, Desa Tabadamai dan Desa Rioribati.

“Kami harap, warga Desa Tabadamai dapat melakukan pelaporan atas tindakan yang tidak dapat ditoleransi ini. Sebab menabrak manajemen penanganan proyek dan melewati ketentuan yang diatur oleh Undang-undang Lingkungan Hidup,” tegasnya.

Ia manambahkan, galian C batuan diduga tanpa izin itu diambil untuk proyek penangkis/pemecah ombak di Desa Toniku.

“Itu dong ambil material batu di kali dong bawa kalao di Desa Toniku, dong bikin penangkis ombak. Tapi batu itu tidak sesuai spack, kan penangkis ombak. Kan harus pakai batu utuh, bukan batu pecah. Itu dong ambil batu pecah,” tandasnya. (gon/tan)