Warga Kawasi Buka Suara, Krisis Air dan Listrik Akibat Maraknya Sambungan Ilegal Dari Pendatang

Warga Kawasi yang juga Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Reinhard Siar.

NUANSA, LABUHA – Polemik mengenai ketersediaan air bersih dan listrik di Desa Kawasi, Pulau Obi, Halmahera Selatan, akhirnya mendapat penjelasan terang benderang dari warga. Warga Kawasi yang juga Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Reinhard Siar, mengungkapkan gangguan pasokan yang terjadi belakangan ini bukan disebabkan oleh minimnya fasilitas, melainkan akibat maraknya praktik penyambungan ilegal.

Reinhard menyebutkan lonjakan jumlah pendatang yang masuk ke wilayah tersebut telah membebani infrastruktur yang ada, memicu tindakan tidak bertanggung jawab yang merugikan warga lokal.

Terkait distribusi listrik, Reinhard menegaskan pasokan energi sebenarnya sudah sangat memadai, bahkan berlebih jika hanya dihitung berdasarkan data Kartu Keluarga (KK) warga. Namun, situasi berubah ketika arus pendatang semakin tidak terbendung.

“Distribusi listrik sebetulnya merata dan sesuai KK warga lokal pada saat itu. Bahkan bila mengacu ke warga KK lokal saja, sudah berlebih,” ujar Reinhard.

Ia menyayangkan adanya dugaan kuat penyambungan listrik secara ilegal (pencurian arus) yang dilakukan oleh oknum warga pendatang. Hal ini menyebabkan beban mesin pembangkit melonjak tajam hingga melebihi kapasitas.

“Nampaknya ada dugaan penyambungan listrik ilegal, dampaknya mesin genset jadi kebobolan. Sepertinya karena faktor banyaknya jumlah pendatang,” jelasnya.

Masalah serupa juga terjadi pada distribusi air bersih. Reinhard menampik isu bahwa sumber air tidak mencukupi. Menurutnya, jatah air bagi warga penerima manfaat yang terdata sejak awal sebenarnya sangat cukup.

Kelangkaan air yang terjadi di beberapa titik, menurut Reinhard, disebabkan oleh tindakan tidak bertanggung jawab terhadap infrastruktur pipa.

“Kalau untuk warga penerima yang dari dulu, itu cukup bahkan berlebih. Tapi sekarang semakin banyak jumlah pendatang yang melubangi pipa sendiri tanpa diketahui, pemasangan ilegal,” ungkap Reinhard penuh prihatin.

Menghadapi kondisi lingkungan yang makin padat dan semrawut akibat ulah oknum tidak bertanggung jawab, Reinhard mengaku memilih untuk pindah ke lokasi Permukiman Baru Desa Kawasi.

Menurutnya, kawasan hunian baru yang disediakan tersebut menawarkan kualitas hidup yang jauh lebih baik dengan infrastruktur yang tertata rapi.

“Kalau fasilitas umum di permukiman baru sudah lengkap dan nyaman. Saya pindah ke permukiman baru karena nyaman dan pertumbuhan ekonominya baik,” pungkas Reinhard. (red)