Daerah  

Kilas Balik Sejarah Moti Lewat Konfederasi Kopitam

Konfederasi Kopitam bertajuk merajut peradaban Moti.

TERNATE, NUANSA – Kegiatan Moti Basuara 1322 yang digagas Komunitas Orang Moti (Oti) Production berkolaborasi dengan Makin Cakap Digital sukses digelar. Kegiatan ini dipusatkan di Kelurahan Moti Kota, Kecamatan Moti, Kota Ternate, Sabtu (12/8).

Konfederasi Kopitam adalah salah satu rangkaian kegiatan Moti Basuara 1322 bertajuk “Merajut Peradaban Moti”. Acara ini dihadiri sejumlah narasumber, yakni Sultan Tidore Husain Sjah, Habib Zaky, Sofyan Daud, Abubakar Abdullah, Herman Oesman dan A. Malik Ibrahim.

Sultan Tidore, Husain Sjah, dalam kesempatan itu mengapresiasi kegiatan tersebut, lantaran menjadi sebuah gagasan event kebudayaan yang digagas Oti Production.

Menurutnya, Moti pernah menorehkan sejarah ketika Moloku Kie Raha bertikai untuk memperkokoh kekuasaannya hingga hal itu berlangsung lama, namun ada kesadaran Moti membuka diri untuk 4 kesultanan datang membicarakan nasib sepanjang dunia ini.

“Sampai saat ini saya membayangkan kalau Moti Verbon atau persekutuan itu tidak dibangun, kita ini tidak lagi jadi orang moti yang berada di bawah naungan NKRI. Kalau 4 sultan ini dengan kerelaan hati mau duduk bercerita, andai kata 4 kesultanan ini tidak punya kesadaran untuk membicarakan nasib maka mungkin saat ini kita sudah jadi warga negara lain,” katanya.

Untuk mengubah Moti, maka warga Moti harus mampu menangkap spirit Moti Verbon kala itu, karena 4 sultan yang dengan segala keterbatasan saat ini sudah mampu menjelajahi pemikirannya jauh ke depan.

“Untuk itu, di momentum kemerdekaan ini kita mengisi dengan hal baik, dengan spirit dan semangat Moti Verbon dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia,” imbuhnya.

Sekretaris DPRD Malut, Abubakar Abdullah, menuturkan kegiatan ini sebagai sebuah gagasan terbaik menyampaikan pesan terima kasih kepada 4 Sultan Moloku Kie Raha, karena dengan begini memberikan pesan bahwa sejarah memiliki spirit kuat sebagai bagian perjuangan untuk percepatan pembangunan daerah.

“Padahal kegiatan ini diinisiasi oleh kelompok yang biasa saja, tapi menurut saya yang dilakukan ini luar biasa. Mari kita terus memberikan semangat kepada mereka,” seru Abubakar.

Sementara, anggota DPRD Malut, Sofyan Daud, menyebut ketidakmampuan dalam memecahkan masalah yang dihadapi lantaran ketidakmampuan mempelajari dan menghayati kebaikan, kearifan dan pencapaian masa lalu.

Ia kemudian mengisahkan kerajaan Goa yang diluluhlantakan oleh Portugis dalam waktu sepekan, kemudian Portugis pindah ke Malaka. Dari kisah itu, Sofyan menegaskan persatuan menjadi kunci utama dan hal itu dibuktikan dengan adanya 4 kesultanan.

“Kegiatan seperti ini untuk merawat ingatan hal baik sambil berpikir ada banyak sumber daya yang bisa menggerakan ke depannya apa yang bisa dilakukan untuk mengembangkan Pulau Moti,” ujar Sofyan

Akademisi UMMU, Herman Oesman mengaku Moti Verbon yang telah mencapai 701 bukan sebuah kebetulan, di mana sesuai dengan sebuah tulisan yang menyebut sebuah perubahan dan peradaban ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor terwariskan dan faktor sumber daya manusia.

Herman pun mengutip pernyataan dari Arnold Toynbee dari 20 peradaban yang diteliti termasuk Moti disebut peradaban yang tertinggal karena dengan waktu 700 tahun lebih bukan hal yang mudah.

“Mengapa Moti bisa bertahan, kemudian Tidore dan Ternate juga sama karena ada spirit yang masih melanda kuat di antara Tidore, Ternate bahkan Moti. Kalau hanya spirit yang kami andalkan tanpa meningkatkan nilai pendidikan itu juga repot, jadi saya melihat khusus Moti ini harus ada sesuatu yang bisa mendorong kreatifitas masyarakat ini tumbuh,” kata Herman.

Praktisi A. Malik Ibrahim menyebut, Moti memiliki sebuah peradaban besar, bahkan sebuah artikel yang ditulis Matulada dari Unhas, di mana dia menyebutkan Moti diambil dari bahasa Arab Al-Maut (pulau karang), Makian disebut Al-Makih (tempat pengolahan) kemudian Tidore At-Tidri (suka bercakap-cakap).

Saihu Oti, Wahyu Taha dan Koordinator Budi Janglaha usai kegiatan menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada seluruh warga, pemuda, tokoh masyarakat, tokoh agama, sesepuh, tim MCD, KNPI, POSSI Malut, dan aparat keamanan.

“Kepada teman-teman media kami juga menyampaikan apresiasi atas dukungannya menginformasikan kegiatan ini. Kepada ibu-ibu di Moti, syukur dofu-dofu sudah memberikan pelayanan terbaik kepada semua tamu yang datang,” tandas Budi Janglaha. (udi/tan)