Opini  

Pendidikan untuk Indonesia Emas

Oleh: Rafsan R Daraim
Mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Maluku Utara

_____

INDONESIA adalah bangsa dengan visi Indonesia emas 2045. Hal ini bukan tanpa alasan, dimulai dari 2020-2030 nanti Indonesia akan di hadapkan dengan bonus demografi, di mana generasi usia produktif (15-64 tahun) akan lebih banyak dari pada usia nonproduktif (65 tahun ke atas). Hal ini tentunya jadi peluang besar bagi bangsa untuk menuju Indonesia emas 2045 jika digodok dengan baik. Seperti halnya negara-negara maju saat ini, mereka telah lebih dulu mendapati bonus demografi dan memanfaatkan itu,, sehingga menjadi negara maju seperti sekarang ini. Dan di antara negara-negara tersebut, ada negara dari Asia yang sukses dan bertahan hingga kini menjadi raksasa Asia, bahkan menyaingi negara-negara Eropa. Sebut saja Jepang, Korea dan Tiongkok. Peluang demografi itu diperhatikan dengan baik oleh pemerintahnya dengan memperbaiki aspek layanan kesehatan, pendidikan dan sosial ekonomi negaranya, sehingga peluang itu membawa negaranya maju dan kuat seperti sekarang. Lalu apakah mungkin Indonesia yang memiliki indikator yang lengkap dengan bonus demografi dan alam yang kaya mampu menjadi Negara Maju sesuai visi Indonesai emas 2045?.

Menyikapi bonus demografi yang sedang kita hadapi ini tentunya semua pihak harus jeli untuk mempersiapkan dan mengembangkan SDM yang unggul, agar peluang ini tidak berbalik menjadi bumerang bagi bangsa. Sebab kesuksesan adalah sebuah keberuntungan dan rahasia dari keberuntungannya adalah bertemunya peluang dengan kemampuan diri. Lalu apakah generasi muda Indonesia wabilkhusus generasi muda di Maluku Utara dapat menyambut dan mampu merealisasikan visi besar Indoneisa emas 2045?.

Maluku Utara adalah daerah yang kecil namun sangat kaya dengan hasil alamnya, terutama dalam bidang pertambangan mineral. Hal ini menjadikan Indonesia termasuk 10 besar negara penghasil tambang di dunia. Besarnya potensi pertambangan di Maluku Utara menjadikan Maluku Utara provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia yang tidak kurang dari dua digit. Dikutip dari laman Sekretariat Kabiner RI, pertumbuhan ekonomi Malut mencapai 27,74 persen tahun 2022. Sedangkan yang terbaru pada tahun 2024 tumbuh 11,88 persen secara tahunan. (Dikutip dari BPS Maluku Utara).

Hal ini tentunya membawa dampak yang sangat baik bagi ekonomi Maluku Utara. Namun, ada hal lain yang dilupakan dan tidak pernah diperbincangkan sehingga ini akan menjadi bom waktu 40-50 tahun mendatang. Banyaknya tenaga kerja yang diserap oleh pertambangan Maluku Utara nampaknya membawa efek menurunnya minat bersekolah dan melanjutkan studi bagi generasi muda Maluku Utara. Pikiran untuk cepat mendapat kerja secepatnya berpenghasilan menjanjikan mengakibatkan minimnya minat lanjut studi. Bagaimana tidak, bermodalkan ijazah SMA bahkan SMP saja sudah bisa melamar kerja ke pertambangan yang ada dengan nominal gaji 3 jutaan, bahkan lebih dari itu tiap bulannya. Dibandingkan dengan sekolah atau berkuliah, ini merupakan pilihan yang menjanjikan. Dampaknya, tidak lebih dari 20 persen saja total lulusan dari sekolah-sekolah di Maluku Utara yang mau melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Peminat kampus-kampus di Maluku Utara juga cenderung menurun tiap tahunnya.

Dari fakta lapangan yang demikian, seharusnya pemerintah memberi perhatian khusus bagi sektor pendidikan jika ingin bonus demografi ini kelak tidak menjadi beban bagi bangsa. Hari ini ongkos pendidikan yang makin menggila rasa-rasanya akan makin memperburuk perbaikan generasi. Belum lagi masalah akses pelayanan umum yang berbelit-belit semakin membuat masyarakat masa bodoh dengan kondisi dan hanya memikirkan bagaimana cara mendapatkan makan. Pemerintah seharusnya mencipatakan layanan publik yang sehat dan mudah, terutama sektor pendidikanlah yang akan mempersiapkan SDM untuk menjemput visi Indonesia Emas 2045 agar tidak tercipta The Lost Generation seperti halnya negeri sakura Jepang. (*)