Opini  

Sejarah Perkembangan Pelabuhan Sofifi: Antara Cinta dan Harapan 

Oleh: Nasrullah La Madi
Pemuda Sofifi

____________________

SECARA geografis Maluku Utara merupakan daerah kelautan yang ditaburi dengan pulau besar seperti Halmahera, pulau sedang seperti Morotai, Bacan, Obi, Taliabo dan Mangoli, serta pulau-pulau kecil seperti Hiri, Ternate, Maitara Tidore, Mare, Moti, Makian, Kayoa, Bacan, Gebe, Aru, Batang Dua, Sula, dan masih banyak lagi pulau-pulau yang belum diberi nama dan tidak berpenduduk (Amal, 2010:4). Sebagai pusat Ibu Kota Maluku Utara, keberadaan Sofifi sangat strategis dalam menghubungkan beberapa kota seperi Ternate dan Tidore. Oleh karena itu, pembangunan pelabuhan dan sarana transportasi laut sangat penting. Secara sosial-ekonomi, Sofifi menjadi transit area bagi mobilitas manusia dan barang untuk keluar dan masuk ke Provinsi Maluku Utara. Dari segi pemerintahan, Sofifi merupakan pusat administrasi pemerintahan. Oleh karena itu, sebagai provinsi kepulauan tentunya pelabuhan dan sarana transportasi laut menjadi hal yang penting sebagai pintu gerbang Provinsi Maluku Utara.

Atas dasar semangat kekeluargaan pada tahun 1975 masyarakat Sofifi telah membangun Pelabuhan Sofifi yang diberi nama dermaga. Saat itu, masyarakat Sofifi telah sadar akan pentingnya pelabuhan sebagai bentuk mobilisasi hasil alam yang hendak dijual di Ternate dan Tidore. Walau dengan berbagai keterbatasan baik kondisi fisik pelabuhan yang masih tergolong kecil, serta fasilitas pendukung seperti gudang barang, lahan parkir dan fasilitas pendukung lain yang belum memadai tidak menghambat semangat masyarakat saat itu. Tujuan dibangunnya pelabuhan secara gotong royong oleh masyarakat Sofifi saat itu menurut salah satu penggasan yakni Bahrudin Haji mengatakan pelabuhan yang dibangun dimanfaatkan masyarakat Sofifi untuk mengangkut hasil pertanian seperti pisang, kopra, cengkih, dan pala untuk dijual di Ternate. Selain itu, menurut salah satu tokoh masyarakat Sofifi Talib Abbas (almarhum) pernah menuturkan bahwa pembangunan pelabuhan Sofifi didasari dengan satu pesan tetua yakni “Bulo Se Kasuba Masobaro Papa Se Tete”. Pesan tersebut menjadi simbol kekuatan agar pelabuhan Sofifi sebagai tempat mencari rezeki masyarakat Sofifi terus diberkahi oleh Allah SWT. Semangat kekeluargaan dibalut pesan petuah menjadi kekuatan yang harus dipelihara oleh masyarakat Sofifi. Talib Abbas (almarhum) menambahakan pesan tersebut sebagai wujud harapan dan do’a agar pelabuhan yang telah dibangun dapat dijaga dan dirawat oleh anak cucu yang tumbuh besar di tanah baru maalu.

Cinta Masyarakat Membangun Pelabuhan Sofifi

Dalam perkembangannya, sebuah pelabuhan sangat membutuhkan ketersediaan infrastruktur dan pengelolaan yang baik demi berkembangnya aktivitas bongkar muat barang dan naik turun penumpang. Kondisi fisik Pelabuhan Sofifi sejak dibangun pada tahun 1975 cukup menyita perhatian pemerintah desa dan masyarakat Sofifi, sebab berdirinya Pelabuhan Sofifi harus menggunakan anggaran dari swadaya masyarakat, khususnya masyarakat yang memiliki kapal motor kayu dan yang berdomisili di sekitar pelabuhan. Pelabuhan Sofifi pada saat pertama kali dibangun menggunakan peralatan seadanya (manual). Sebagai contoh, tiang pelabuhan ditanam tanpa menggunakan mesin penggali lubang tiang pancang. Pada awal dibangun, tiang pancang Pelabuhan Sofifi menggunakan batang pohon kelapa dengan lantai papan kayu. Ukuran Pelabuhan Sofifi kurang lebih 50×2,5 meter dengan kedalaman air sekitar 5 (lima) hingga 6 (enam) meter. Pelabuhan dapat menampung dua kapal motor kayu sekaligus dengan panjang kurang lebih 20 meter dengan kedalaman 1-1,5 meter dan bermuatan rata-rata 5-6 ton. Adapun areal untuk penumpang dan barang berukuran 50 meter (Wawancara Ade Yusuf).

Pada tahun 1982 dilakukan perbaikan pelabuhan. Panjang pelabuhan yang semula hanya 50 meter diperpanjang menjadi 65 meter, sedangkan lebar yang semula 2,5 meter ditambah menjadi 4,5 meter. Tiang pancang yang semula menggunakan batang kelapa diganti dengan tiang pancang dari kayu badengan (bangka) yang lebih kuat ketika berada di dalam air. Pelabuhan dapat menampung 4 (empat) kapal motor kayu sekaligus dengan ukuran rata-rata 25 meter dengan kedalaman 1,5-2 meter dan bermuatan rata-rata 7-8 ton. Dalam aktivitas bongkar muat barang posisi sandar kapal motor kayu berada pada bagian sisi kiri dan kanan pelabuhan. Pelabuhan Sofifi saat itu memiliki fasilitas areal lapangan penumpang dan barang seluas kurang lebih 150 meter². Fasilitas lain yang tidak terdapat di Pelabuhan Sofifi adalah gudang barang dan ruang tunggu untuk penumpang serta fasilitas penerangan listrik. Kondisi demikian membuat masyarakat menampung barang-barang bawaannya di tengah-tengah lapangan dan ditutup dengan terpal untuk menghindari barang dari air hujan dan embun pada malam hari. Adapun untuk penerangan pelabuhan digunakan lampu strongking (petromaks) jika bongkar muat barang dilakukan pada malam hari. Kondisi demikian berlangsung hingga tahun 2003.

Seiring dengan perkembangan di pelabuhan dan fasilitas pendukungnya, pemerintah merasa perlu untuk memperbaiki manajemen pelabuhan. Oleh karena itu, pada tahun 2005 pemerintah Kota Tidore Kepulauan mengambil alih pengelolaan manajemen pelabuhan. Selanjutnya pada tahun 2006, pemerintah Kota Tidore Kepulauan membangun fasilitas terminal di Pelabuhan Sofifi dengan penambahan ruang tunggu, lahan parkir, WC dan kamar mandi, serta penerangan listrik melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2006 (Surat Keputusan, 2006). Pada saat itu jumlah kapal motor kayu di Pelabuhan Sofifi yang semula berjumlah 9 buah menurun hingga tersisa 1 (satu) buah. Kondisi demikian membuat pelabuhan dibanjiri oleh speedboat yang beraktivitas di pelabuhan sejak tahun 2003. Surutnya kapal motor kayu tidak terlepas dari masuknya kapal feri di Sofifi pada tahun 2006 yang memiliki jalur pelayaran sama dengan kapal motor kayu.

Harapan Berkembangnya Pelabuhan Speedboat Sofifi 

Sejak dibangun tahun 1975 Dermaga Sofifi hanya dimanfaatkan oleh masyarakat Sofifi dan sekitarnya dengan dibuatkannya kapal motor kayu untuk mengangkut penumpang dan hasil alam yang dibawa menuju pasar Ternate dan Tidore. Namun sejak terjadi pemekaran wilayah Sofifi pada tahun 1999, Dermaga Sofifi mulai dikenal secara luas. Hal tersebut berdampak dari pembangunan akses jalan darat antar provinsi ke Kabupaten Halmahera Timur (Haltim), Halmahera Tengah (Halteng), dan Halmahera Utara (Halut). Pelabuhan Sofifi terus mengalami perkembangan saat masyarakat mulai membeli Speedboat untuk dijadikan angkutan penumpang. Membuat pelabuhan Sofifi semakin ramai. Keramaian pelabuhan Sofifi semakin bertambah ketika terjadi pemindahan trayek angkutan darat oleh Organda Halut yang awalnya ke Jailolo (Halmahera Barat) dipindahkan ke Sofifi pada 14 September 2006. Dengan pemindahan trayek tersebut maka mobil angkutan beroperasi dari Halut menuju Sofifi dan sebaliknya.

Dengan pemindahan trayek tersebut maka terdapat 113 mobil yang beroperasi dari Halut ke Sofifi dan sebaliknya. Sejak saat itu perlahan-lahan Pelabuhan Sofifi menjadi semakin ramai dengan penumpang yang melakukan penyeberangan dari Sofifi ke Ternate dan Sofifi ke Tidore. Petugas pelabuhan saat itu bahkan kewalahan untuk mengurus penumpang serta mobil-mobil yang tiba di terminal Sofifi karena jumlah speedboat masih sedikit dan lahan parkir mobil belum tersedia.

Melihat kondisi Pelabuhan Sofifi yang semakin ramai, maka pada tahun 2006 dibangun beberapa fasilitas di Pelabuhan Sofifi seperti ruang tunggu, talud, lahan parkir, WC dan kamar mandi, serta penerangan listrik oleh pemerintah Kota Tidore Kepulauan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2006 (Surat Keputusan, 2006). Sekalipun di Pelabuhan Sofifi telah berdiri beberapa bangunan yang dibangun oleh pemerintah Kota Tidore Kepulauan, namun masih terdapat kekurangan fasilitas, terutama lahan parkir yang belum memadai dan ruang tunggu yang tidak mampu menampung seluruh penumpang yang datang dari beberapa kabupaten/kota. Selain itu, kapasitas pelabuhan juga sangat kecil dan kondisi fisik pelabuhan sangat diragukan kekuatannya karena semua bangunan menggunakan material kayu. Oleh karena itu, pada tahun 2010 pemerintah Kota Tidore Kepulauan membangun kembali Pelabuhan Sofifi dengan bentuk fisik pelabuhan semi permanen menggunakan tiang beton dan lantai papan tersebut dari kayu besi. Pelabuhan Sofifi merupakan pelabuhan penumpang dan barang dengan skala regional.

Arus keluar masuk barang di Kecamatan Oba Utara melalui Pelabuhan Sofifi juga sangat penting. Komoditi tertentu seperti cengkih, pala, kopra, pisang, ubi, dan sayur-sayuran yang dibawa ke pasar Ternate dan Tidore diangkut melalui Pelabuhan Sofifi. Begitu juga barang yang diangkut dari Kota Ternate dan Tidore, kebanyakan dibongkar di Pelabuhan Sofifi. Meskipun demikian, pemerintah daerah belum memberi perhatian yang semestinya kepada Pelabuhan Sofifi. Hal itu dikarenakan keadaan geografis Sofifi yang terpisah dari Kota Tidore Kepulauan.

Pada awalnya Pelabuhan Sofifi dikelola oleh pemerintah Desa Sofifi hingga tahun 2005. Dalam pengelolaannya pemerintah desa memang belum menerapkan manajemen pelabuhan yang baik. Untuk memperlancar aktivitas pelabuhan dengan manajemen yang baik, pemerintah Kota Tidore Kepulauan mengambil alih pengelolaan pelabuhan sejak tahun 2006. Pergantian manajemen tersebut dimaksudkan untuk lebih memajukan Pelabuhan Sofifi dalam berbagai hal.

Pelabuhan Sofifi mendorong perkembangan sarana transportasi di Maluku Utara. Hal itu membawa dampak positif dan negatif. Di satu sisi, sarana transportasi yang semula hanya berupa kapal motor kayu kemudian berkembang dengan hadirnya speedboat dan kapal feri, sehingga ada beberapa pilihan alat transportasi. Di sisi lain, kehadiran speedboat dan kapal feri di Sofifi menyebabkan jumlah kapal motor kayu yang melakukan bongkar muat barang di Pelabuhan Sofifi semakin berkurang. Pada tahun 2010, kapal motor kayu yang beroperasi di Pelabuhan Sofifi tinggal tersisa satu buah hingga sekarang sudah diganti dengan speedboat.

Kehadiran Pelabuhan Sofifi sejak tahun 1975 hingga saat ini tidak terlepas dari usaha dan dukungan dari masyarakat Sofifi. Masyarakat sadar bahwa kehadiran pelabuhan menjadi lahan peningkatan ekonomi. Sejak kehadiran Pelabuhan Sofifi hampir 80% mata pencarian masyarakat Sofifi beralih pada pelayanan transportasi laut speedboat. Perkembangan pelabuhan Sofifi di tahun 1975 hingga sekarang disebabkan beberapa faktor. Pertama, faktor geografis, yaitu keberadaan Sofifi yang tepat di tengah pulau Halmahera yang dekat dengan Ternate dan Tidore. Hal itu membuat masyarakat Halmahera yang ingin melakukan perjalanan ke Kota Ternate dan Tidore kebanyakan melewati Pelabuhan Sofifi. Kedua, Sofifi merupakan Ibu Kota Provinsi Maluku Utara, sebagai wilayah administrasi Provinsi Maluku Utara kebanyakan pegawai yang tinggal di Ternate dan Tidore menyeberang saat hari kantor melalui pelabuhan Sofifi. Hal itu membuat Pelabuhan Sofifi selalu ramai dengan aktivitas pegawai. (*)