TERNATE, NUANSA – Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) Maluku Utara bersama BEM Universitas Khairun Ternate mengadakan talkshow di gedung Video Converence Fakultas Hukum Unkhair, Kamis (30/1).
Talkshow tersebut menghadirkan tiga narasumber. Mereka adalah eks narapidana terorisme Riny Ilyas, Kasatwil Maluku Utara Densus 88 AT Polri, dan akademisi Unkhair Dr Syahrir Ibnu.
Acara ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa dan masyarakat mengenai bahaya radikalisme serta cara mencegah penyebarannya.
“Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara BEM Unkhair dan FSLDK Maluku Utara, dengan menghadirkan pemateri dari kalangan mantan narapidana terorisme, Densus 88, serta akademisi,” ujar Ketua FSLDK Malut, Farhan Antolongo.
Menurutnya, kampus dipilih sebagai lokasi acara karena merupakan pusat ilmu pengetahuan, terutama bagi mahasiswa sebagai generasi muda yang diharapkan dapat berperan aktif dalam mencegah penyebaran terorisme di Maluku Utara.
“Kampus adalah ruang dialektika dan tempat berbagi ilmu, sehingga mahasiswa perlu memahami secara mendalam mengenai ciri-ciri serta cara mengidentifikasi aksi terorisme,” kata dia.
Sementara itu, Ketua BEM Unkhair, M Fatahudin Hadi, menyambut baik inisiatif ini sebagai langkah penting dalam menangkal paham radikal di lingkungan kampus yang berpotensi memengaruhi mahasiswa.
“Kami dari internal BEM sangat mendukung kegiatan ini sebagai upaya pencegahan terhadap ideologi radikalisme yang berkembang di kalangan mahasiswa Universitas Khairun Ternate,” ujar Fatahudin.
Di sisi lain, Rini Ilyas menyoroti pentingnya literasi digital dan kewaspadaan terhadap propaganda ekstremisme yang kerap menyasar generasi muda melalui media sosial.
“Saya terpapar ideologi terorisme melalui media sosial. Saya tidak pernah bertemu langsung dengan anggota kelompok itu, tetapi akhirnya ditangkap karena tergabung dalam grup terorisme di media sosial,” ujar Rini yang juga eks napiter itu. (tan)