JAILOLO, NUANSA – Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat menyatakan dukungan terhadap pertambangan emas PT Tri Usaha Baru (TUB) yang rencana beroperasi di Kecamatan Loloda Tengah. Karena itu, Bupati James Uang meminta Dinas PUPR segera menyelesaikan pekerjaan ruas jalan Kedi-Jangailulu. Ini dilakukan untuk mempermudahkan akses PT TUB ke ibu kota Halmahera Barat.
“Jadi pihak PT TUB tidak merasa nyaman lagi lewat Halmahera Utara, yaitu lewat Desa Roko, Kecamatan Galela Utara. Sehingga dimintakan untuk ruas jalan Kedi-Jangailulu dipercepat sehingga mereka tidak lagi ke Tobelo, tetapi ke Jailolo,” ujar James.
Ia mengaku, dukungan terhadap PT TUB ini diputuskan melalui pertemuan yang dimediasi oleh Pemprov Maluku Utara bersama pihak terkait. Pertemuan ini dihadiri Gubernur Maluku Utara, perwakilan Pemkab Halmahera Utara, Pemkab Halmahera Barat, serta tokoh masyarakat dari Loloda Tengah.
“Kegiatan operasional tambang diperkirakan mulai pada bulan Oktober 2025 jika tidak ada hambatan yang berarti,” ucap James.
Menurutnya, keberadaan tambang emas PT TUB di wilayah Loloda merupakan aset strategis yang perlu diamankan oleh negara. Ia pun menyoroti potensi kontribusi terhadap pendapatan asli daerah (PAD), mengingat saat ini Halmahera Barat sedang mengalami krisis keuangan.
“Kalau tambang ini sudah beroperasi, maka tahun depan kita bisa bernapas lega. Saat ini kita hanya mengandalkan dana alokasi umum (DAU), karena dana bagi hasil (DBH) tidak rutin diberikan oleh pemerintah pusat dan PAD pun stagnan,” ujar James.
Ia menambahkan, keberadaan tambang ini membawa manfaat nyata bagi masyarakat lingkar tambang, terutama dalam hal penyerapan tenaga kerja lokal. Pemerintah juga telah meminta perusahaan untuk tidak membangun mes karyawan agar masyarakat dapat memperoleh manfaat ekonomi melalui usaha rumah kos dan penyediaan logistik.
Selain itu, PT TUB disebut membelanjakan kebutuhan makanan hingga Rp30 juta per hari. Namun, karena keterbatasan akses jalan, pembelian masih dilakukan di wilayah Halmahera Utara. Oleh karena itu, Pemkab Halbar mendorong percepatan pembangunan ruas jalan Kedi-Jangailulu agar distribusi logistik bisa mengalir melalui wilayah mereka.
Di sisi lain, James menyayangkan ada pihak-pihak yang sengaja memprovokasi dan menolak aktivitas pertambangan di Halbar.
“Yang memprovokasi masyarakat itu justru bukan orang Loloda. Mereka dari luar daerah yang mencoba menggiring opini negatif terhadap proyek ini,” katanya.
Selain tambang emas, Halmahera Barat juga memiliki potensi panas bumi (Geothermal) yang sedang dikembangkan. Pengeboran titik panas dijadwalkan dimulai pada Oktober 2025. Tahun ini, pemerintah daerah telah melakukan studi banding ke PT Geodipa Patuha di Bandung dan mendapatkan laporan bahwa proyek Geothermal tidak memberikan dampak negatif, justru memberikan kontribusi CSR sebesar Rp300 miliar per tahun kepada Kabupaten Bandung.
Ia menegaskan bahwa investasi seperti tambang dan energi panas bumi adalah salah satu jalan untuk memajukan daerah. Ia juga mengakui bahwa setiap proyek investasi tentu memiliki dampak, baik positif maupun negatif.
“Tidak mungkin suatu daerah bisa maju tanpa adanya investasi. Dampak lingkungan pasti ada, tapi manfaat ekonominya jauh lebih besar jika dikelola dengan baik,” pungkasnya.
Dengan izin investasi PT TUB yang berlaku selama 20 tahun dan klaim bahwa kadar emas di Nolu lebih bagus dari tambang di NHM, Pemkab Halmahera Barat berharap proyek ini menjadi tonggak penting kemajuan ekonomi daerah. (adi/tan)