LABUHA, NUANSA – Dalam rangka memperingati Hari Bebas Kantong Plastik Internasional, Organisasi Burung Indonesia bekerja sama dengan Komunitas Pelestarian Satwa Sibela (Kompas) Halmahera Selatan akan menggelar Festival Satwa Liar Maluku Utara.
Ketua panitia, Ikram Senen, mengatakan festival ini bertujuan untuk mengampanyekan keanekaragaman hayati burung di Maluku Utara serta meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya perlindungan burung paruh bengkok. Selain itu, festival ini juga bertujuan mengembangkan jejaring konstituen konservasi dan mempromosikan keanggotaan Burung Indonesia.
Kegiatan ini bertajuk ‘Merayakan Keanekaragaman Burung di Indonesia (MKBI)-Maluku Utara’ dan akan berlangsung dari tanggal 10 hingga 12 Juli 2025 di Zero Point. Ia menambahkan, acara ini merupakan aksi nyata peduli akan habitat burung migran di Maluku Utara, khususnya di Kabupaten Halmahera Selatan. Sebagai langkah awal, akan dilakukan pembersihan habitat burung migran dari sampah plastik yang berlokasi di Desa Labuha pada Kamis (3/7) besok.
Kegiatan ini sejalan dengan peringatan hari bebas sampah plastik sedunia, dan akan melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), jurnalis, universitas, dan komunitas pemerhati lingkungan.
Festival Satwa Liar Maluku Utara tahun ini juga akan menyuguhkan berbagai perlombaan dan kuis berhadiah, seperti pameran foto keanekaragaman hayati, lomba mewarnai dunia burung untuk anak-anak, expo organisasi pemuda pemerhati lingkungan, literasi lingkungan, serta kewirausahaan konservasi.
“Selain itu, akan ada kuis bertema lingkungan dan keanekaragaman hayati untuk siswa SMA di Pulau Bacan, lomba baca puisi tingkat SD, talkshow tentang pelestarian keanekaragaman hayati, pemutaran film terkait, serta Eco Youth Camp,” jelas Ikram, Rabu (2/7).
Kegiatan publik ini menyasar masyarakat umum di Ibukota Halmahera Selatan dan diharapkan dapat mengedukasi dan menginspirasi lebih banyak orang untuk berperan aktif dalam pelestarian lingkungan. Diharapkan pula, keikutsertaan Pemda, komunitas pemerhati lingkungan, LSM, jurnalis, universitas, serta organisasi pemuda dan mahasiswa Sylva Universitas Nurul Hasan dapat semakin mendorong gerakan konservasi di wilayah ini. (rul/tan)