Daerah  

Mengenal Lebeno Morotai, Minuman Tradisional yang Punya Banyak Khasiat

Lebeno Morotai saat dipamerkan dalam Morotai Festival 2025. (Zunajar/NMG)

DARUBA, NUANSA – Morotai Festival 2025 menjadi ajang promosi produk kearifan lokal masyarakat Pulau Morotai. Salah satu produk lokal itu adalah Lebeno Morotai, sebuah minuman tradisional setempat yang memiliki banyak khasiat, terutama untuk kebugaran dan kesehatan fisik.

Minuman tersebut dipamerkan bersama produk lokal lainnya di stan UMKM bersama Desa Daeo Majiko, Daeo, Sabala, Sabatai Tua dan Sabatai Baru, Kecamatan Morotai Selatan.

Ketua Koperasi Taruna Selatan Desa Daeo Majiko, Nos Bungan, menjelaskan bahwa kata ‘Lebeno’ diambil dari bahasa daerah setempat yang memiliki arti sama dengan pohon aren (pohon enau). Kata tersebut dipakai untuk menghilangkan stigma buruk lantaran sumber dan proses pembuatannya hampir mirip dengan minuman tradisional beralkohol seperti captikus. Hanya saja, terdapat beberapa campuran bahan herbal di dalamnya yang biasa digunakan untuk kepentingan pengobatan tradisional.

Cara pembuatan Lebeno Morotai ini dimulai dari pengambilan air nira dari pohon aren. Air nira tersebut kemudian difermentasikan hingga menjadi captikus seperti pada umumnya. Hasil fermentasi itu kemudian dicampur dengan beberapa jenis akar rotan, kayu, kulit kayu, hingga tali-talian pilihan dari hutan.

Kemudian, beberapa jenis kayu tersebut direndam ke dalam hasil fermentasi air nira pohon aren hingga minimal selama satu bulan. Setelah sampai waktu yang ditentukan, airnya langsung disaring untuk menghilangkan serat-serat kayu tersebut.

“Kalau yang ini ada kurang lebih 28 jenis kayu yang dicampur. Ini khasiatnya bisa untuk kesehatan, misalnya menambah stamina, kemudian kalau kita sakit juga bisa diminum. Jadi kalau orang sakit TBC atau tipes, ini sebenarnya cukup bagus,” ujar Nos kepada Nuansa Media Grup (NMG), Sabtu (20/7) malam.

Nos mengaku, sudah mulai mengembangkan produk tersebut sejak 2018, namun belum pernah dipamerkan dalam event-event sebelumnya. Di Festival Morotai 2025 ini menjadi kesempatan baginya untuk memperkenalkan produk dan kearifan lokal tersebut. Kini, pihaknya tengah berupaya melakukan uji laboratorium untuk kelayakan produk Lebeno Morotai ini.

“Nanti tanggal 24 kita mau ke Manado mau uji di lab untuk kelayakannya. Tapi secara tradisi ini sudah ratusan tahun, kalau dulu orang sakit, obatnya ini, ada yang mereka rebus, ada juga yang rendam seperti ini,” jelasnya.

“Kalau saya sendiri sudah memulai dari 2018. Kalau tampil di event-event belum pernah, nanti ini baru pertama kali, tapi waktu masih Menteri Pariwisata yang lama itu, kita pernah kasih oleh-olehnya ini,” sambungnya.

Nos menambahkan, Lebeno Morotai ini merupakan antitesis dari captikus yang lebih berdampak buruk. Sehingga itu, di 2022 pihaknya berupaya membuat izin anak produk lokal tersebut.

“Kalau di koperasi ini sudah ada pengesahan dari Kemenkumham bahwa produk ini sudah bisa berdasarkan hasil destilasi minuman beralkohol, itu KBLI-nya sudah muncul, cuma begitu kita proses ke OSS itu harus menunggu uji lab. Saya sudah konfirmasi ke lab di Manado dan mereka setuju untuk uji,” terangnya.

“Kita berharap pemerintah daerah bisa mendorong, karena dengan ini kita punya sesuatu yang berbeda dari daerah lain. Sebab, kalau bicara kearifan lokal, harusnya ini yang diangkat karena dari dulu kita sudah kenal ini,” pungkasnya. (ula/tan)