TERNATE, NUANSA – Aksi demostrasi di sekitar gedung DPRD Kota Ternate, Senin (1/9) berakhir ricuh. Aparat kepolisian mengamankan 14 orang yang diduga terlibat dalam kericuhan tersebut. Ketegangan pecah ketika terjadi aksi saling dorong antara mahasiswa dengan aparat kepolisian yang berjaga di kantor DPRD. Situasi kian memanas setelah massa melempar batu ke barisan polisi. Aparat pun merespons dengan memperketat barisan pengamanan.
Polisi terpaksa menembakkan gas air mata setelah beberapa menit terjadi saling lempar batu dengan mahasiswa. Langkah polisi ini berhasil memukul mundur mahasiswa.
“Untuk massa yang diamankan awalnya lima orang, kemudian yang kedua menjelang sore itu sembilan orang. Yang diamankan ini belum diketahui peran mereka, sedangkan anggota kami terluka sebanyak tiga orang, termasuk Kasat Samapta bibirnya pecah terkena lemparan batu, tapi hanya luka ringan karena masih pulih untuk beraktivitas,” jelas Kapolres Ternate, AKBP Anita Ratna Yulianto, kepada wartawan.
Dalam aksi tersebut, massa aksi menyampaikan beberapa tuntutan, salah satunya menyesuaikan dengan tuntutan aksi nasional, yakni menuntut Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dicopot. Selain itu, massa aksi juga mengingatkan ke wakil rakyat Kota Ternate supaya tidak memamerkan kehidupan mewah di saat kemiskinan di Maluku Utara belum terasi dengan baik.
Massa aksi juga tidak sepakat jika gaji DPR RI dan DPRD provinsi serta kabupaten/kota dinaikkan. Alasannya, situasi perekonomian di Indonesia tidak stabil, jumlah pengangguran masih tinggi dan kemiskinan kian bertambah.
Pada aksi ini, massa dari mahasiswa sempat saling dorong dengan ratusan polisi yang berjaga-jaga di kantor DPRD. Bermula dari saling dorong, kedua pihak terbawa emosi hingga terjadi saling lempar batu. Polisi melepaskan tembakan gas air mata. Akibat kericuhan tersebut, tiga massa aksi terluka di bagian pelipis dan bibir. (udi/tan)