SOFIFI, NUANSA – Penampilan duta STQ (Seleksi Tilawatil Qur’an) saat geladi baru-baru ini di Sofifi, mengundang reaksi publik. Pasalnya, gaya berpakaian sejumlah gadis cantik itu dianggap tidak sesuai dengan pakaian muslimah. Belakangan, informasinya pakaian duta STQ sudah disiapkan dan bernuansa muslimah, tidak seperti yang tampak saat geladi.
Publik Maluku Utara justru menganggap duta STQ menjadi korban buruknya koordinasi dan komunikasi panitia STQ. Akademisi Hendra Kasim meminta masyarakat agar tidak menyalahkan duta STQ saat geladi. Menurutnya, yang patut dikritisi adalah panitia. Ia menduga ada mis-komunikasi yang serius di internal panitia. “Saya yakin adik-adik duta STQ tidak tahu menahu dan mereka bertindak atas arahan panitia,” ujarnya.
Panitia kelihatannya tidak siap melaksanakan hajatan nasional yang besar ini. Panitia tidak bisa berbuat apa-apa, lantaran terlalu tertutup. Sejauh ini panitia dan Pemprov Maluku Utara pada umumnya tidak mau ada unsur non pemerintah untuk ikut meramaikan STQ. “Pemprov dan panitia harus hati-hati. Ini menyangkut nama baik Maluku Utara. Dan yang menjaga nama baik Maluku Utara adalah masyarakat secara kolektif, bukan Pemprov dan panitia STQ saja,” tegasnya.
Hendra juga mengingatkan Pemprov dan panitia STQ agar tidak menyalahgunakan anggaran puluhan miliar untuk hajatan STQ itu. Meskipun dialokasikan dana yang besar, kelihatannya panitia tidak siap.
Ia juga meminta Gubernur Maluku Utara Abdul Gani Kasuba dapat bertindak tegas dan memastikan pelaksanaan STQ tidak sekadar menggugurkan kewajiban syariat, sehingga terkesan asal jadi. Sebab, jika begitu yang terjadi, maka nantinya meninggalkan kesan buruk bagi setiap peserta.
“Atau jangan-jangan panitia ini diberi tanggung jawab masing-masing SKPD hingga saat ini tidak tahu apa yang mau mereka dikerjakan. Saya mengajak publik untuk terus buka mata. Setelah STQ selesai, penggunaan anggarannya harus ditelusuri supaya jelas apakah ada dugaan penyalahgunaan atau tidak,” tutupnya. (rii)