Pemkab Halmahera Selatan Usir Warga Dari Perumahan

Suasana di lokasi Perumahan Habibi, Halmahera Selatan. (istimewa)

LABUHA, NUANSA – Tega. Kata ini layak dialamatkan ke Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel). Bagaimana tidak, 16 Kepala Keluarga (KK) dari 50 KK yang menempati perumahan Habibi di Desa Labuha, dipaksa keluar. Padahal, 16 KK menempati perumahan tersebut berdasarkan Surat Keputusan (SK) mantan Bupati Bahrain Kasuba.

Satu KK dari 16 KK yang dipaksa mengosongkan perumahan tersebut adalah H. Irwan M. Zen, mantan pemain Persiter Ternate. Sejak Selasa (8/3) hingga Rabu (9/3), rumah Irwan didatangi petugas dari Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (Perkim) Halmahera Selatan dan Satpol PP.

Atika, istri Irwan M. Zen mengaku, ia pernah didatangi Kepala Disperkim Halmahera Selatan, Muksin Bendar dan memintanya untuk mengosongkan rumah yang mereka tempati sekarang. Kepada wartawan Nuansa Media Grup (NMG), Atika menegaskan, ia dan keluarganya menempati rumah tersebut berdasarkan SK Bupati sebelumnya, sehingga bagaimanapun bentuk perlakuan pemerintah era sekarang, Atika mau tidak mengosongkan rumah tersebut.

Atika, istri Irwan M. Zen saat diwawacarai wartawan.

 

“Saya ini bingung. Saya kaget tiba-tiba pegawai Perkim dan Satpol PP datang ke rumah suruh saya keluar dari rumah ini. Mereka usir saya, tetapi saya tidak mau keluar, karena saya tinggal rumah ini sesuai SK Bupati. Sampai mati pun saya tidak akan keluar dari rumah ini. Sekalipun mereka palang rumah,” tegas Atika, meneteskan air mata.

Atika mempertanyakan apa alasannya sehingga mereka harus mengosongkan perumahan tersebut. Sayangnya, petugas yang turun ke lapangan itu tidak mampu memberikan penjelasan. Bahkan, siapa saja yang diharuskan keluar dari perumahan, pun tidak dibocorkan petugas Perkim dan Satpol PP ke Atika. “Kenapa hanya saya yang mereka ngotot untuk usir. Saya dengan dengan H. Irwan (suaminya) ini salah apa, sehingga kalian perlakukan kami seperti ini,” tuturnya dengan nada tanya.

Selama diwawancarai, Atika terus menangis. Ia bahkan merasa bingung kenapa diperlakukan sejahat itu oleh pemerintah daerah. Kepala Disperkim yang dihubungi wartawan via telepon, enggan menjawab. Ia bahkan menolak telepon dari wartawan NMG. (rul/kep)