Mahasiswa di Ternate tak Ditemui Pemkot dan Dibubarkan Paksa

Situasi di lokasi demonstrasi jelang massa aksi dibubarkan.

TERNATE, NUANSA – Apes benar nasib mahasiswa di Kota Ternate. Lihat saja, sudah beberapa kali menggelar aksi menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), malah dianggap remeh Pemerintah Kota (Pemkot) Ternate. Tercatat, hanya aksi pertama saja mahasiswa ditemui Sekretaris Kota (Sekkot) Ternate di depan kantor Wali Kota. Pada aksi jilid II dan III, massa aksi sama sekali tidak anggap oleh Pemkot Ternate.

Kondisi yang dialami mahasiswa di Kota Ternate ini berbeda dengan di kabupaten/kota lain di Maluku Utara, di mana kepala daerah mendatangi massa aksi untuk menyerap aspirasi dan berjanji akan menindaklanjuti ke pemerintah pusat. Di Kota Ternate, bukan hanya tidak anggap oleh Pemkot Ternate, tetapi bahkan dibubarkan paksa oleh aparat kepolisian.

Pada aksi jilid III yang berlangsung di ruas jalan PT. Pertamina, Fuel Terminal Ternate, Kelurahan Jambula, Kecamatan Pulau Ternate, atau lebih tepatnya di depan depot utama Pertamina Ternate, Kamis (21/4), massa yang tergabung dalam Komite Berjuang Bersama Masyararakat (KBBM) dibubarkan secara paksa oleh aparat kepolisian.

Mahasiswa dibubarkan lantaran bertahan hingga jelang waktu berbuka puasa. Saling kejar antara mahasiswa dan polisi terjadi di lokasi demonstrasi. Sedikitnya tiga mahasiswa diamankan polisi. Masyarakat yang berada tepi jalan menyaksikan aksi berlangsung, sempat dilarang agar tidak merekam ketika terjadi saling kejar antara polisi dengan mahasiswa.

Beberapa orator menyampaikan, mereka ingin berdialog dengan pemerintah daerah. Jika utusan pemerintah hadir di tengah-tengah massa aksi, maka mereka akan menyampaikan aspirasi secara terbuka. Bukan hanya Wali Kota atau utusan Pemprov Maluku Utara, justru anggota DPRD provinsi dapil Ternate-Halmahera Barat dan anggota DPRD Kota Ternate pun tidak berada di lokasi aksi.

Sebelum terjadi insiden saling kejar, massa aksi lebih dulu disemprotkan dengan water canon. Massa aksi juga sempat membalas semprotan tersebut dengan lemparan benda tumpul.

Kapolres Ternate, AKBP Andik Purnomo Sigit mengatakan, lebih dari pukul 18.00 WIT, pihaknya masih memberikan ruang kepada massa aksi untuk menyelesaikan masalah yang menurut mereka belum selesai. “Karena ini obyek vital, sehingga kita tidak mau berspekulasi. Kami mengambil tindakan terarah tapi soft,”katanya.

Menurutnya, sebelum pembubaran dilakukan, pihaknya lebih dulu melakukan komunikasi dan bernegosiasi dengan massa aksi. Hingga massa dapat diarahkan mundur kurang lebih 50 meter dari lokasi aksi. “Namun massa masi padat, kemudian kita kasih tambahan semprotan air,” terangnya.

Kapolres berjanji akan berkoordinasi dengan mahasiswa dan OKP terkait, untuk menjembatani aspirasi mahasiswa agar bisa tersampaikan ke pemerintah. “Muda-mudahan apa yang mereka suarakan bisa kami sampaikan kepada stakeholder yang mereka maksud,” katanya berjanji.

Tidak Hambat Distribusi BBM

Kapolres menambahkan, aksi mahasiswa tersebut  tidak menghambat pendistribusian BBM di setiap SPBU. “Pertamina dari sejak awal kegiatan distribusi BBM dan lain-lain tidak terganggu,” ujar Kapolres saat diwawancara sejumlah wartawan usai pembubaran aksi unjuk rasa.

Menurutnya, sebelum aksi unjuk rasa digelar, pihaknya telah melakukan antisipasi untuk kegiatan pendistribusian BBM ke setiap SPBU. Sehingga selama aksi unjuk rasa berjalan, tidak menghambat proses pendistribusian.

“Jadi untuk kegiatan pendistribusian dan keamanan sudah pulih dan tidak ada gangguan penditribusian BBM yang ada di Kota Ternate,” tandasnya. Sekadar diketahui, aksi unjuk rasa penolakan kenaikan harga BBM yang digelar ratusan mahasiswa di kantor PT. Pertamina, Fuel Terminal Ternate, ini dengan menduduki jalur mobil tangki pengangkut minyak yang ada di Kelurahan Jambula, Kecamatan Pulau Ternate. (tox/rii)