Oleh: Melky Molle
Akademisi Uniera
Pulau Obi, Halmahera Selatan, sungai sampai laut, air keruh berwarna merah kecoklatan. Para nelayan mulai sulit managkap ikan di laut dekat pemukiman warga dan daerah-daerah tempat biasa para nelayan kecil memancing. Apa penyebab air laut berubah? Industri nikel dari tambang di hulu sampai pabrik pengolahan di hilir ada di sana. Di pabrik smelter ini proses bahan mentah nikel untuk bahan baku baterai kendaraan listrik alasannya.
Sungai Toduku, di belakang pemukiman, masuk areal perusahaan, sudah penuh lumpur, bahkan meluap ke permukaan. Kondisi makin parah termasuk kondisi spesies-spesies dipinggiran sungai dan air laut, kala perusahaan bangun pabrik smelter tiga tahun belakangan. Sekitar Pulau Obi, Halmahera Selatan, dari sungai sampai laut, daerah yang sebelumnya menjadi sarang ikan bertelur, sudah ditercemar, dimana air keruh berwarna merah kecoklatan menjadi pemandangan dikala kita menyusuri jalanan pantai. Nelayan mulai sulit menangkap ikan di laut dekat pemukiman dan daerah-daerah tempat biasa nelayan kecil memancing.
Apa penyebab air laut berubah? Industri nikel dari tambang di hulu sampai pabrik pengolahan di hilir ada di sana. Di pabrik smelter ini para penggiat tambang biji nikel memproses untuk bahan baku baterai kendaraan listrik.
Sungai Toduku, jadi saksi membisu, di belakang pemukiman, aktifitas perusahaan untuk mobilitas truk-truk pengangkut material nikel berbalut tanah segar dan gemuk. Jika musim penghujan datang, sungai menjadi kabur kecoklatan keluar sampai ke hulu air. Air asin terlihat seram ikan pun takut menepi mencari makan seperti biasanya kala perusahaan belum masuk.
Atas penjelasan Gerson, nelayan Desa Kawasi biasa memancing di daerah-daerah Haul Sagu, Kane-Kane, Talaga sampai Lapar Bae. Ia terletak di sisi kanan kampung terapit beberapa pulau kecil. Daerah ini, jika ditelusuri, menjadi tumpuan harapan para nelayan kecil, tetapi sejak eksploitasi perusahaan pertambangan digalakan, para nelayan sudah tidak mendapatkan tangkapan ikan disekitar daerah ini. Ikan didaerah ini, semakin menjauh dan para nelayan merasa kesulitan jika memancing ikan, karena tempat (spot) ikan sudah tidak menentu, ikan semakin sulit ditangkap para nelayan kecil.
“Harita Group, salah satu pemain dalam industri nikel di Indonesia dengan wilayah operasi di Pulau Obi, Halmahera Selatan. Mereka punya tambang di hulu maupun kawasan industri di hilir dengan pabrik pengolahan sampai pembangkit batubara sebagai sumber energi ada di Obi. Pabrik smelter ini sudah resmi memasok bahan baku baterai untuk kendaraan listrik dengan fasilitas pengolahan dan pemurnian bijih nikel dengan teknologi high pressure acid leaching(HPAL).”.https://www.mongabay.co.id/2021/12/22″.
Konsekuensi kemajuan daerah atau negara pada eksploitasi alam, dilihat pada motiv pembangunan berkelanjutan, adalah fakta negara mengelola sumberdaya alamnya, berarti kita masih terjajah oleh pemikiran odrde baru yang sangat kolonialis. Karena demi alasan kemajuan suatu daerah, alam menjadi tumbal kapitalis kekuasaan daerah bahkan korporasi didalamnya pemerintah pusat.
“The impact of sustainable development thinking is very threatening to natural ecosystems in the area, for the exploitation of nature for reasons of development itself”.
Karena itu, pemerintah pusat dan daerah terlalu cepat terlena pada konsep pembangunan berkelanjutan tanpa belajar lebih dahulu dengan daerah-daerah lain bahwa pertambangan hanya menyisakan luka pedih bagi masyarakat lingkar tbang seperti yang terjadi di daerah-daerah lain.
Bisa dikatakan pemerintah, baik pemerintah pusat dan daerah, tanpa alasan memberi izin pada perusahan-perusahan pertambangan di Halmahera Selatan, karena konsep pemberdayaan masyarakat (masyarakat lingkar tambang) kebanyakan menjadi penonton ketika perusahaan itu beroperasi. Padahal, jika suatu daerah itu diberi izin beroperasinya pertambangan, maka pemerintah daerah sudah selayaknya telah lebih dahulu menyiapkan tenaga-tenaga lokal secara teknis untuk kompetensi yang dibutuhkan di pertambangan.
Jika perusahaan beroperasi dan mengabaikan sumber daya manusia di derah ( SDM lokal), saya kira ini ketidakadilan yang nyata. Jika perusahaan sudah tidak adil pada prosesnya, pemerintah daerahlah yang bertanggungjawab terhadap ketidakadilan itu. Jika sudah tidak adil, maka sudah selayaknya eksistensi perusahaan harus digugt oleh pemerintah daerah karena ruanglingkup masyarakat terancam dengan adanya smelter didaerah hilir dan hulu sungai. Saya mengharapkan kepada pemerintah daerah bertindak tegas terhadap perusahan-perusahan nakal seperti Harita Group di Obi Hlmahera Selatan, Maluku Utara. Salam suba jou. (*)