TERNATE, NUANSA – Ada yang menarik dengan pernyataan Sultan Ternate, Hidayatullah Syah pada kegiatan Hari Pendidikan Fitri yang digagas Kampung Basudara Melanesia Nusantara di Kedaton Kesultanan, Selasa (3/5).
Menurut Sultan, tugas Kesultanan adalah menjaga terjaminnya hal dasar di tengah-tengah masyarakat Maluku Utara, seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lainnya. Kesultanan juga harus ikut mendukung dan mendorong kesejahteraan masyarakat agar tetap terjamin. Fungsi sosial itu menjadi penting diperankan Kesultanan. Atas dasar itulah, Kesultanan Ternate mendukung gerakan kembali ke sekolah yang digagas Kampung Melanesia.
Sultan Hidayatullah mengatakan, sejauh ini dirinya tidak memiliki niat untuk terjun ke dunia politik. Sekalipun ia diberi dana Rp 1 triliun untuk bertarung pada pemilihan Gubernur Maluku Utara pada 2024, Sultan tegaskan, tetap ia tolak. Dirinya lebih memilih menjadi seorang Sultan, karena Kesultanan tidak mengenal batas geografis, batas administrasi pemerintahan dan lainnya. Kesultanan memiliki fungsi pada menumbuhkan kemanusiaan yang lintasan kewenangan kemanusiaan tidak dibatasi administrasi pemerintahan.
Sultan Ternate mengingatkan kepada semua pihak agar fokus pada tupoksi masing-masing. “ASN fokus dengan bidangnya, politisi dengan bidangnya, Kesultanan fokus dengan tugasnya. Jangan campur aduk. Kalau Kesultanan sudah ikut campur hal lain, maka akan menurunkan legitimasi Kesultanan sebagai sumber inspirasi perubahan sosial,” ujarnya menegaskan.
Pernyataan Sultan Ternate tersebut mendapat apresiasi Om Pala Melanesia, Dr Mukhtar Adam bahwa Sultan Ternate lagi mengajarkan kepada semua piahk tentang betapa pentingnya peran kesultanan dalam dimensi kemanusiaan dan kemaslahatan. Karena itu, Sultan perlu terus menjaga dan tidak tergiur dengan dunia politik dan kekuasaan, terlalu banyak fakta pemimpin sosial yang bergeser ke politik hanya merusak tatanan sosial, rebutan kekuasaan politik telah menurunkan darajat dari kesultanan sebagai institusi sosial.
Sekadar diketahui, gagasan Hari Pendidikan Fitri itu dalam rangka menggalang kepekaan semua pihak untuk peduli terhadap anak-anak putus sekolah, sehingga dikembalikan kembali ke sekolah. Kegiatan dilakukan dalam suasana Idulfitri dan hari pendidikan nasional.
Begini bunyi hal yang mendasari gagasan itu dilaksanakan, sebagaimana diedarkan panitia. Bermula dari komitmen membangun manusia sebagai refleksi atas keterbelakangan dan sulitnya Indonesia menuju ke pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Ini karena dipengaruhi oleh sumberdaya alam yang melimpah, tetapi dukungan sumberdaya manusia yang rendah. Karena itu, dalam semangat gerakan reformasi secara gradual memasukan reformasi pendidikan dengan alokasi 20 persen di sektor pendidikan sebagai solusi mengatasi keterbelakangan SDM.
Faktanya, saat ini, setelah 30 tahun reformasi masih, ternyata banyak anak usia sekolah tidak melanjutkan sekolah. Wajib belajar 9 tahun hanya jadi dokumen yang dibaca, tapi tak selesai di halaman lanjutan, berhenti di atas nama pendidikan formal. Deretan anak putus sekolah membentuk barisan wajah pendidikan negeri ini, nampak di perayaan pendidikan Fitri, masih banyak anak putus sekolah dengan berbagai alasan yang tak tertangani.
Di luar sana, deratan Aparatur Sipil Negara (ASN) memanfaatkan anggaran untuk meraih gelar yang tinggi pada jenjang pendidikan tinggi seperti Magister, Doktor dan bahkan merebut meraih Profesor. Para serdadu-serdadu pemburu gelar seolah dahaga yang tak tersampaikan, memanfaatkan anggaran pendidikan meraih gelar tinggi yang pekerjaanya hanya mengikuti juknis, juklak, dan lain-lain, yang bisa diatasi dengan pendidikan vokasi, namun lihat deretan gelar para pejabat ASN menjadi pemanis di depan nama, untuk mempertontonkan kepada anak-anak putus sekolah. Begitulah cara kita mengelola pendidikan ?
Rasanya ada yang salah kita berburu gelar pada pekerjaan juknis dan juklak, hanya membuat gelar menjadi mubazir karena bekerja mengikuti Standar Operasional Prosedure yang sudah paten, yang diajarkan di sekolah kejuruan sudah selesai takbhutih gelar yang tinggi, lalu kenapa APBD menghabiskan uang bagi ASN uang berburu gelar di tengah deretan anak putus sekolah ? Ayooo bersama menjawab untuk solusi Bonus Demograsi di hari pendidikan fitri. (kep)