TERNATE, NUANSA – Ini kabar yang tidak menyenangkan bagi petani kopra di Maluku Utara. Betapa tidak, salah satu komoditi hasil bumi tersebut mengalami penurunan harga yang cukup signifikan.
Hal itu diakui salah seorang pengusaha toko UD Putra Daerah pada Nuansa Media Grup (NMG), Senin (23/5), bahwa anjloknya harga kopra sudah berlaku sejak 30 April 2022. Penurunan harga kopra, kata dia, pun sudah berlaku di sejumlah toko pengusaha hasil bumi, termasuk di toko UD Andika, kelurahan Gamalama, Kota Ternate.
“Harga kopra di pasaran, khususnya di Ternate sudah mengalami penurunan sejak akhir April kemarin. Sehingga dengan anjloknya harga kopra ini, tentu berdampak juga kepada para petani kopra di Maluku Utara,” katanya.
Menurut dia, hal ini tidak bisa dinafikan, karena harga kopra bersifat fluktuatif. Dengan kata lain, harga tersebut bisa saja mengalami penurunan drastis, lantaran permintaan industri mulai berkurang. Sehingga itu, dengan harga yang mulanya menyentuh angka Rp 11.000 per kilogram, kini turun pada angka Rp 8.000 per kilogram.
Meski begitu, pemilik toko yang tidak lain adalah perempuan berdarah Tiongkok itu berharap, harga kopra kembali melonjak, agar petani kopra tetap bersemangat dalam memproduksi kopra di Maluku Utara.
Senada, salah seorang pengepul di toko UD Andika menuturkan, pihaknya membeli kopra berdasarkan harga yang diterima oleh pihak pabrik. Menurutnya, untuk Kota Ternate dan Maluku Utara umumnya, harga kopra yang mulanya menyentuh pada kisaran Rp 11.000 per kilogram, kini menurun pada kisaran Rp 7.000 hingga Rp 8.000 per kilogram.
“Kalau di pabrik menaikkan dan menurunkan harga, maka pengepul juga akan melakukan hal yang sama. Intinya, semua rata-rata sudah berlaku harga yang demikian yaitu, harga kopra sekarang berada pada angka Rp 7.000 sampai Rp 8.000 per kilogram,” terangnya.
Selain itu, salah seorang pengepul cengkih dan pala di toko Harapan Jaya menuturkan, untuk harga komoditi cengkih dan pala masih bertahan pada angka sebelumnya. Di mana, harga cengkih masih menyentuh pada Rp 95 ribu hingga Rp 110 ribu per kilogram. Sedangkan biji pala yang kualitasnya baik, ditawarkan pada kisaran angka Rp 100 ribu hingga Rp 105 ribu per kilogram.
“Untuk biji pala dengan kualitas paling bawah yang sudah hancur, kami masih membeli dengan harga Rp 40 ribu sampai Rp 50 ribu per kilogram. Kalau kualitasnya yang agak sedikit bagus, kami membeli dengan harga Rp 60 ribu sampai Rp 65 ribu per kilogram. Jadi harga ini masih seperti harga sebelumnya,” jelasnya.
Lebih lanjut, dia menambahkan, untuk fuli harganya juga masih relatif normal. Di mana, harga fuli yang berkisar Rp 247 ribu per kilogram, saat ini pihaknya masih membeli dengan harga Rp 250 ribu per kilogram. Fuli adalah kulit dari biji pala. “Intinya harga cengkih dan pala masih aman,” pungkasnya. (tan)