TERNATE, NUANSA – Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Yustika Rahma Maluku Utara hadir di Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. Kampus baru tersebut terletak di Jalan Baru Koloncucu, Nomor 576 Kelurahan Toboleu, Kecamatan Ternate Utara. Kehadiran kampus yang didirikan oleh Dr. Kasman Hi. Ahmad di bawah Yayasan Pendidikan Gema Yustika Rahma Malut tersebut adalah untuk menjawab kebutuhan masyarakat Maluku Utara.
Tim Visitasi LLDIKTI Wilayah XII Maluku dan Maluku Utara di bawah pimpinan Dr. Jance E.Lekatompessy, turun melakukan pengecekan lapangan terkait kesiapan, baik dokumen pendirian ITB Yustika Rahma maupun sarana prasana serta kelengkapan syarat lainnya. Kegiatan yang berlangsung selama dua hari yakni Rabu, (31/8) hingga Kamis, (1/9) ini dalam rangka pengusulan pendirian Perguruan Tinggi Baru, Institut Teknologi Dan Bisnis (ITB) Yustika Rahma Maluku Utara.
Kepala LLDIKTI Wilayah XII Maluku dan Maluku Utara Dr. Jance e. Lekatompessy kepada sejumlah wartawan usai visitasi mengatakan, bahwa pendirian ITB Yustika Rahma sebagai PTS baru ini dilakukan melalui dua tahap, yakni tahap pertama untuk memperoleh rekomendasi, sedangkan tahap kedua untuk memperoleh Surat Keputusan Kementerian.
“Untuk perolehan rekomendasi dari LLDIKTI Wilayah Xll itu butuh ada dokumen, misalnya dokumen studi kelayakan, rekam jejak yayasan, analisis tingkat kejenuhan dan analisis tingkat keberlanjutan,” jelas Jance.
Dari dokumen tersebut, kata Jance, sudah lengkap. Hanya saja, tinggal menambah catatan dari tim. Karena itu, tim akan segera mengeluarkan rekomendasi dengan tetap mengikuti proses pengaplotan di Siaga (Sistem Administrasi Kelembagaan).
“Untuk sementara waktu di Wilayah XII Maluku-Maluku Utara belum di buka.
Yang ada sekarang Siaga untuk pendirian itu baru di buka di Wilayah XIV Papua dan Papua Barat,” katanya.
Kemudian dari sisi dokumen, lanjut dia, untuk nanti memperoleh perolehan SK dari aspek kriteria kurikulum, dosen dan unit pengelola program studi pada ITB Yustika Rahma sudah aman. “80 persen sudah aman, artinya sudah bagus hanya yang perlu dipoles adalah di kurikulum, karena keunikannya ada program studi kekinian” tuturnya.
Lebih lanjut, Jance berkata, aspek kurikulum harus disesuaikan dengan keunikan lokal, sebab memperhatikan visi dari yayasan dan visi dari ITB yang di basiskan pada Agromaritim tersebut perlu diperhatikan. Sementara pembahasan di kurikulum 1.1 keunikan baru muncul satu, sehingga perlu ditambahkan dan sedapat mungkin dikonektingkan dengan analisis dan kebutuhan pada kriteria lainnya.
“Bagi saya rekomendasi sudah aman, hanya saja kita lagi menunggu kalau pendirian di Siaga itu sudah dibuka full, baru bisa kita sampaikan rekomendasi,” katanya.
Untuk memenuhi syarat-syarat lain, Jance berharap kepada pihak yayasan untuk segera mempercepat melengkapi dokumen-dokumen yang dibutuhkan, karena masih butuh perbaikan agar dapat memperoleh rekomendasi.
“Rekomendasi belum kita keluarkan karena mengapa? Karena faktor Siaga atau sistem di kementerian masih belum di buka, sebab semua pendirian dan pembukaan prodi semua lewat situ,” ucapnya.
Menurut dia, untuk program studi sudah aman. Hal itu karena pembukaan kampus baru dan sistem sudah membuka LLDIKTI menyurat ke yayasan langsung memberikan rekomendasi. Pihaknya juga tidak bisa mengintervensi kementerian sebab saat ini hanya tinggal menunggu.
Terpisah, Pendiri Yayasan dan Kampus ITB Yustika Rahma Maluku Utara, Dr. Kasman Hi. Ahmad mengucapkan terima kasih kepada LLDIKTI Wilayah XII Maluku Maluku Utara yang telah hadir di kantor Yayasan untuk melakukan visitasi pendirian kampus ITB.
“Sebagaimana disampaikan bahwa kami sudah bisa, dimana dokumen kami sudah mencapai 80 persen dan sisa 20 persen masih dalam perbaikan, dan kami akan segera melakukan penyesuaian,” ujar Kasman.
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Maluku Utara itu mengatakan, berdasarkan karakteristik Wilayah Maluku Utara, ITB dibasiskan pada agromaritim. “Karena fokusnya adalah agromaritim, maka masih ada yang akan dikembangkan lagi misalnya, Sistem logistik di daerah kepulauan, soal ketahanan dan keberlanjutan ekonomi dan bisnis pada masyarakat di daerah pulau-pulau dan lain-lain,” paparnya.
“Dan ini akan dimasukkan apakah dalam wujud mata kuliah atau dalam bentuk kajian yang akan dikembangkan,” sambungnya.
Kasman yang juga Alumni IAIN Ternate itu juga bakal memasukkan satu mata kuliah yaitu Pendidikan Anti Korupsi. Mata kuliah tersebut akan dimasukkan dalam kurikulum dan dikembangkan di kampus. “Kurikulum Ini menjadi anjuran bahkan kewajiban dari Kementerian yang harus kita masukkan untuk membentuk karakter anti korupsi di Indonesia dan khususnya di Maluku Utara,” terangnya.
ITB, sambung Kasman, adalah kampus pertama di Maluku Utara yang juga membuka tiga program studi baru yaitu Bisnis Digital, Manajemen Retail dan Teknologi Informasi. Dari ketiga program studi tersebut, belum ada di kampus-kampus ternama di Maluku utara.
“Kami akan segera mengikuti aturan dan masukan-masukan dari Kepala LLDIKTI Wilayah XII Maluku Maluku utara dalam visitasi ini,” katanya.
Tokoh Pendidikan Maluku Utara ini juga menjelaskan, apabila masih menggunakan Simlimkerma, maka ITB sudah diberi izin. Namun, karena terjadi peralihan dari Simlekerma ke Siaga, maka pihaknya harus bersabar dan terus berproses. Pihaknya tetap menyesuaikan dengan aturan-aturan yang ada.
Di dalam analisis keberlanjutan, Prodi yang nanti dibuka tersebut dikemukakan data dari Kominfo dan Menko Perekonomian bahwa pada 2030, Indonesia membutuhkan 9 juta generasi yg bertalenta digital dan melek teknologi. Sedangkan pada 2045, dibutuhkan kurang lebih 30 juta bertalenta digital dan melek teknologi.
Sementara dalam rilis laporan East Ventuters Digital Competitiveness Index (EV-DCI) tahun 2022, terlihat data antar provinsi selama tiga tahun berturut-turut, Provinsi Maluku Utara merupakan Provinsi yang menduduki peringkat 31 dari 34 Provinsi di Indonesia dalam persaingan bisnis dengan menggunakan sistem digital. Hal ini menunjukkan bahwa Provinsi Maluku Utara masih sangat rendah dari persaingan bianis digital.
“Kami berharap dengan upaya keras dan dukungan dari LLDIKTI, dukungan masyarakat Malut untuk menyiapkan lulusan ITB yang bertalenta digital dan melek teknologi. Sesuai tuntutan kebutuhan dan tantangan yang di hadapi, maka disini ITB merupakan salah satu sumbangan terbesar di Maluku Utara,” pungkas Ketua ICMI Orwil Maluku Utara ini. (tan)