Karena Sampah, Perairan Ternate Tercemar Unsur Berbahaya

Sampah berhamburan di tepi pantai Kota Ternate.

TERNATE, NUANSA – Program penanganan sampah yang dicetuskan Pemerintah Kota (Pemkot) Ternate akhir-akhir, kelihatannya hanya isapan jempol. Lihat saja,  tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) bersama Solidaritas Aksi Mahasiswa Untuk Rakyat Indonesia (Samurai) Maluku Utara, menemukan fakta pencemaran di perairan Ternate.

ESN dan Samurai melakukan kegiatan pengambilan sampel air di empat lokasi, yakni di perairan Kelurahan Kampung Makasar Timur, Kelurahan Soa-sio, Kelurahan Sangaji dan Kelurahan Dufa-dufa. “Ke empat lokasi itu sudah tercemar klorin, karena tidak ada pengolahan limbah cair domestik di kelurahan Kota Ternate, sehingga menyebabkan perairan di kota ini tercemar phospat, klorin dan logam berat mangan,” ujar Koordinator Advokasi Samurai, Risman Adam pada Nuansa Media Grup (NMG), Selasa (25/10).

Suasana pengambilan sampel atas bahaya sampah.

Sementara Tim Peneliti ESN, Prigi Arisandi menjelaskan, tim Samurai dan tim ESN menguji kualitas air tersebut dengan menggunakan alat portable dan mengukur 10 parameter kualitas air, sehingga tampak melebihi baku mutu. “Paramater kualitas air yang melebihi baku mutu adalah phospat, di mana menurut baku mutu PP 22/2021 kadar phospat tak boleh lebih dari 0,3 ppm. Namun, keempat lokasi itu rata-rata 1,6 ppm, sedangkan lokasi yang paling tercemar adalah di Soa Sio, karena kadar Phospatnya 3,8 ppm,” jelas Prigi.

Menurutnya, standar kadar klorin tidak boleh lebih dari 0.03, sedangkan pada lokasi penelitian di Ternate ditemukan lokasi tertinggi kadar klorin ada di Ake Ga’ale Kelurahan Sangaji sebesar 0,21 ppm yang berada di tengah pemukiman. Sementara kadar klorin terendah terdapat di Makassar Timur sebesar 0.11 ppm.

Sampah di tepi pantai.

“Tingginya kadar phospat dan klorin ini berasal dari limbah cair domestik penduduk Kota Ternate yang tidak diolah. Untuk kadar phospat tinggi itu berasal dari detergen, sedangkan klorin berasal dari pembesih lantai, pemutih, dan cairan pembunuh kuman yang banyak digunakan rumah tangga atau pemukiman,” terangnya.

Lebih lanjut, Prigi menuturkan bahwa dampak tingginya kadar klorin dan phospat tersebut menurunkan kadar air yang bisa dilihat dari rendahnya kadar oksigen dalam air (DO) hingga 0,1 ppm.  “Perairan di Ternate saat ini miskin oksigen, bahkan di Kelurahan Soa Sio itu kadarnya hanya 0,1 ppm, padahal ikan membutuhkan DO sebesar 2,8 ppm, sedangkan baku mutu air kelas 2 mensyaratkan DO dalam air sebesar 4 ppm, sehingga rendahnya DO dalam air menyebabkan matinya ikan dan bau yang tidak sedap,” tuturnya panjang lebar.

Karena itu, ia mendorong Pemkot Ternate untuk melakukan pengolahan limbah cair domestik secara komunal, sehingga limbah penduduk tidak menurunkan kualitas air. “Kami meminta Pemkot Ternate untuk membersihkan sampah plastik yang ada dipermukaan yang menurunkan estetika sungai dan rentan kontaminasi mikroplastik,” pungkasnya. (tan/rii)