JAILOLO, NUANSA – Rencana pembangunan Pelabuhan Feri di Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat (Halbar), Provinsi Maluku Utara (Malut), terkendala dengan anggaran. Untuk perencanaan saja, anggaran tak kunjung dicairkan, padahal sudah diploting melalui APBD induk 2022. Belum lama ini konsultan telah menyelesaikan studi darat dan laut, selanjutnya dilakukan penyusunan dokumen, tetapi masih menunggu anggaran. Ini disampaikan Kepala Dinas Perhubungan Halmahera Barat, Marten Baura pada Nuansa Media Grup (NMG).
Dinas Perhubungan sudah mengusulkan anggaran untuk penyusunan dokumen yang nantinya dipresentasikan di Kementerian Perhubungan RI, tetapi pihak keuangan beralasan belum ada anggaran. Studi kelayakan laut dan darat dianggarkan Rp 500 juta lebih melalui APBD induk 2022. Tetapi hingga kini pencairan 50 persen saja tak kunjung dilakukan oleh BPKAD. “Jasa pihak ketiga yang melakukan survei itu belum dibayarkan, masih menunggu pencairan 50 persen untuk tahap pertama. Lokasi yang nanti dibangun Pelabuhan Feri di Desa Galala adalah milik salah satu warga. DPR dan Balai sudah membicarakan dengan pemilihan lahan. Pemilk lahan sudah bersedia untuk melepas lahannya itu,” kata Marten.
Menurutnya, masyarakat di Desa Galala juga merespons baik rencana pembangunan Pelabuhan Feri tersebut. Masyarakat yakin, jika Pelabuhan Feri sudah aktif, maka perputaran ekonomi di desa tersebut akan tumbuh. Lokasi itu masuk are water front city atau bagian kota yang berbatasan dengan air. Sehingga konsultan telah dimintakan untuk mendesain pelabuhan yang mendukung konsep pengembangan kota water front city. “Pelabuhan Feri ini harus dibangun, karena di Sidangoli itu tidak bisa menampung Feri kapasitas besar,” pungkas Marten. (adi/tan)