Opini  

Keluarga Sebagai Peletak Madrasah Moral

Rifan Basahona.

Oleh: Rifan Basahona

Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab IAIN Ternate Sekaligus Ketua Umum KAMMI Komisariat IAIN Ternate

 “Tidak ada pemberian ibu dan bapak yang paling berharga kepada anaknya daripada pendidikan ahlak mulia” (HR. Bukhari)

PENDIDIKAN memiliki posisi terpenting dalam hidup dan kehidupan, karena dengan pendidikanlah manusia dapat mengembangkan potensi-potensi dirinya sehingga ia bisa menjadi manusia paripurna yang sesuai dengan fitrahnya. Dalam proses pendidikan perlu adanya usaha orang dewasa yang lebih tau baik secara sengaja maupun tidak sengaja untuk mengarahkan ataupun membimbing serta mempengaruhi anak didiknya agar menuju kearah yang lebih baik. Jadi proses pendidikan bukan suatu kegiatan sepeleh yang dijalankan semena-mena butuh pengetahuan dan pengalaman yang tersistematis.

Dalam posisi ini keluarga juga memiliki peran yang sangat penting, karena awal mula terbentuknya pendidikan seorang anak adalah dari keluarganya sendiri, karena yang pertama ditemukan seorang anak pertama ketika ia hadir kemuka bumi adalah keluarga apalagi seorang ibu, Sebagaimana pendidikan seorang anak dalam pandangan Islam berawal dari seseorang lelaki dia memilih seorang istri untuk menjadi ibu dari anak-anaknya, karena fitrah seorang ibu sangat dekat dengan seorang anak.

Seorang anak merupakan amanah Allah SWT, yang harus dijaga, dipelihara, dirawat serta diperhatikan segala bentuk kebutuhanya baik kebutuhan jasmani maupun rohani. Adanya tanggungjawab orang tua terhadap anaknya karena mereka ketika hadir kemuka bumi dalam keadaan terbatas, mereka belum mengenal baik dan buruk, belum bisa dengan sendirinya mengolah potensi dirinya secara mandiri maka mereka membutuhkan orang lain dan yang pertama adalah keluarganya sendiri untuk mengolah hal itu, sebagaimana yang dikatakan oleh Jhon Luck bahwa manusia dilahirkan bagaikan kertas putih yang belum terkena tinta atau fitrah dalam bahasa agama.

Keluarga sebagai peletak pertama pendidikan bagi seorang anak suda seharusnya ada perhatian khusus yang dibangun dalam proses pengembanganya, salah satunya adalah aspek moralitas. Dewasa ini kita melihat bahwa berbagai macam ketimpangan yang terjadi adalah lebih merujuk pada persoalan moralitas yang semakin hari mengalami dekadensi yang sangat signifikan.

Tingginya ilmu pengetahuan manusia yang dibuktikan dengan semakin lajunya perkembangan teknollogi dan informasi seakan meredupnya moralitas yang menjadi fondasi penting dalam hidup dan kehidupan manusia, moralitas kini seakan tidak punya ruang peran dalam hubungan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga terjadi berbagai macam ketimpangan, kemajuan globalisasi mendorong persebaran dan pertukaran nilai budaya yang tidak mengenal batas geografis, hal ini menyebabkan transformasi peradaban dunia dalam proses modernisasi dan industrialisasi yang pekat yang menciptakan perubahan struktural masyarakat pada wilayah tertentu dan hilangnya kebiasaan adat dan budaya yang dianut masyarakat setempat.

Berbagaimacam budaya luar yang tidak koheren dengan budaya pribumi asli kini mulai tersebar dan membawa dampak buruk yang sangat signifikan dalam perubahan tingkahlaku, kebiasaan masyarakat pribumi yang telah menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan agama, makin hari generasi semakin meningalkan nilai budaya dan agama yang telah dianut sejak lama dengan mengantikan dengan budaya-budaya barat yang sangat melenceng dengan perinta sang Khaliq yankni Allah SWT.

Dengan demikian peran pendidikan seharusnya tidak sebatas pengembangan aspek intelktual semata akan tetapi aspek moral juga perlu diperhatikan sebagai penyeimbang sebagaimana yang dibahasakan oleh Wiliam Mc Gucken, seorang tokoh pendidikan katolik mengatakan bahwa pendidikan merupakan proses pengembangan dan kelengkapan dari kemampuan-kemampuan manusia baik moralitas, intelektual, maupun jasmani yang diorganisasikan, dengan atau untuk kepentingan individual atau sosial dan diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang bersatu dengan penciptanya sebagai tujuan akhirnaya.

Pendidikan bukan hanya membentuk manusia yang cerdas otaknya terampil dalam melksanakan tugasnya, akan tetapi pendidikan diharpkan dapat melahirkan manusia-manusia yang memiliki moralitas yang tinggi sehingga dapat menjalnkan tugasnya dengan baik. Maka dari itu pendidikan bukan hanya proses transformasi ilmu pengetahuan akan tetapi pendidikan juga merupakan transformasi moralitas dan nilai-nilai kemanusiaan.

Moralitas menjadi salah satu hal yang sangat penting yang harus diperhatikan dalam dunia pendidikan, pendidikan tidak boleh mengabaikan aspek moralitas karena walaupun kita memiliki kecakapan intelektual yang tinggi namun kalau tidak didasari oleh moralitas maka yang terjadi adalah kerusakan dimana-mana

Indonesia merupakan salah satu Negara yang menjunjung tinggi moralitas dan nilai-nilai kemanusiaan, dan keagamaan itu sendiri hal ini tercermin dalam berbagai praktek kebudayaan dan keagamaan yang ada sangat kental dengan aspek moralitas menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Dalam UU No 2 tahun 2003 pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional menjelaskan tentang mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Manusia Indonesia seutuhnya yang diamksud adalah manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, keperibadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Dengan demikian penanaman nilai-nilai moral itu harus diberlakukan sejak dini bagi anak-anak terutama kita sebagai keluarga, keluarga menjadi madrasa pertama bagi anak-anak karena dalam kehidupan keseharianya, anak banyak berkumpul dengan keluarga segala bentuk tingkalau dari pada keluarga itulah yang akan mewarnai kehidupan anaknya apalai orang tua, sebab anak adalah peniru yang ulung dan objek pertamanya adalah kedua orang tua.

Dalam sebuah hadis Nabi SAW, mengatakan bahwa “seorang anaka dialhirkan kemuka bumi dalam keadaan fitrah kedua orang tuanya yang menjadikan ia yahudi nasrani dan majusi” hadis ini menegaskan perilaku seorang anak itu tercerminan dari keluarganya, kedua orang tuanya saudaranya dan seluru kelompok atau invidu yang ada disekitarnya

Pendidikan moral sendiri tidak terlepas dari pendidikan agama, sebagaimana yang dikatakan oleh Zakiah Daradjat bahwa pendidikan moral yang paling baik sebenarya terdapat dalam agama karena nilai-nilai moral yang dapat dipatuhi dengan kesadaran diri sendiri tanpa ada paksaan dari luar, datanganya dari keyakinan beragama.

Sebagai seorang yang menjadi objek dari anak-anaknya dalam berpendidikan suda tentu nilai-nilai moral yang berbasis pada agama perlu dijunjung tinggi sebagai cara pandang dalam berkehidupan sehari-hari tidak hanya sebatas pada perkataan kita akan tetapi dibuktikan dalam aktifitas kita sehari-hari karenah fitrahnya seorang anak lebih mengikuti apa yang kita lakukan bukan apa yang ia dengarkan melalui lisan kita.

Keluarga perlu memperhatikan pendidikan anaknya aspek moral perlu diutamakan tanpa menafikan aspek-aspek yang lain semisalnya intlektual dan jasmani seorang anak, sikap kongnitif, afektif, dan psikomotorik harus dikembangkan secara berbarengan dengan fungsi kontrol yang secara tersistematis sehingga seorang anak dapat tumbuh berkembang sesui dengan pola kehidupan yang diinginkan secara bersama. (*)