TERNATE, NUANSA – Dalam rangka persiapan menghadapi bulan suci Ramadan 1444 Hijriah, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TIPD) Kota Ternate, melakukan rapat koordinasi terkait sinergi untuk stabilisasi harga dan pasokan pangan.
Wali Kota Ternate, M. Tauhid Soleman, mengatakan pihaknya sudah melakukan langkah-langkah antisipasi dalam menghadapi bulan suci Ramadan.
“Jadi Pemda pasti melihat kembali seberapa jauh determinan dari APBD untuk setahun dan langkah-langkahnya untuk menghadapi inflasi dalam waktu dekat sebelum bulan puasa sampai Idulfitri,” katanya, Kamis (16/2).
Menurutnya, ini kebijakan penanggulangan inflasi secara nasional, karena ini bagian kerja TIPD Kota Ternate untuk perhatian saat inflasi. Antisipasi inflasi harus dilakukan pemerintah daerah karena akan berpengaruh kebutuhan yang lain, sebab inflasi dan stunting sebuah permasalahan satu tubuh.
“Jika terjadi persoalan harga untuk ketersediaan pasokan, harus dilakukan upaya maksimal dari pemerintah daerah dan OPD sebagai eksekutor untuk turun melakukan pengecekan. Misalnya harga beras naik, yang mana didahulukan dan mana yang menjadi kebutuhan masyarakat kota Ternate,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pertanian Kota Ternate, Thamrin Marsaoly, mengaku untuk stok ayam yang sudah dipotong ada 16 kontainer, sementara telur ayam sebanyak 18 kontainer
“Untuk pemotongan sapi dari Januari hingga Februari sudah mencapai 177 ekor. Bulan Febuari ini ada 98 ekor sapi siap tersedia, sehingga masuk dalam puasa nanti bisa mencukupi. Sekarang untuk ayam potong yang segar sebanyak 3.700 ekor yang dipelihara peternak,” jabarnya.
Selain itu, untuk tomat diprediksi akan panen sekitar 40 ton awal Ramadan, sementara untuk cabai keriting diproduksi kurang lebih 16,5 ton serta cabai merah yang saat ini lagi dikembangkan lalu panen perkirakan 6 ton.
Sementara itu, Kadis Perindag Kota Ternate, Muhlis S Djumadil, menambahkan untuk harga bahan pokok di pasar masih stabil, baik cabai maupun tomat.
“Harga bahan pokok ini masih turun. Bahan pokok naik itu apabila cuaca buruk dan ketersediaan pasokan dari luar daerah terlambat,” ujarnya.
Menurut dia, jika persoalan harga bahan naik, maka Disperindag juga melakukan operasi pasar untuk menjaga inflasi jelang Ramadan. Bahkan operasi pasar berlangsung hingga Idultitri 1444 H.
Terpisah, Kepala Perwakilan Maluku Utara Bank Indonesia, Eko Adi Irianto, mengatakan 4 pilar dari inflasi itu mulai dari pasokan dan risiko pasar.
“Secara umum ketika terjadi pasokan, kita bergantung kepada daerah sehingga BI lebih perkuat. Sebenarnya distribusi pasokan butuh kolaborasi antara OPD dan stakeholder vertikal untuk antisipasi ini, agar menjaga kelancaran distribusi,” imbuhnya.
Namun itu tidak cukup, pihaknya harus melihat bahwa ketika mendekati harga bahan pokok, keterjangkauan harga itu penting karena permintaan pasar sangat tinggi. Maka pemerintah daerah dan pihak Polres bersepakat melakukan operasi pasar untuk memantau secara rutin, agar masyarakat bisa mendapat kebutuhan pasokan di pasar.
“Kemudian juga komunikasi juga tidak kalah penting, karena kehadiran TIPD dan satgas pangan di pasar butuh komunikasi untuk menjaga harga, supaya tidak ada spekulasi dan tidak terjadi penimbunan bahan pokok,” pungkasnya. (udi/tan)