TERNATE, NUANSA – Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor parkir masih terbilang rawan mengalami kebocoran. Lihat saja, ujicoba 5 titik penagihan retribusi e-parkir di tepi jalan umum yang dilakukan PT. Intra Mulia Multiteknologi (IMM) selaku pihak ketiga tak masuk ke rekening Bank BPRS.
Bagaimana tidak, 5 titik potensi penagihan retribusi selama tahun 2022 hingga sekarang belum masuk dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Padahal retribusi tersebut memberi sumbangsih pendapatan yang cukup fantastis.
Kepala BP2RD Kota Ternate, Jufri Ali menuturkan, PT. IMM melakukan penagihan retribusi di tepi jalan langsung setor ke rekening kas umum daerah, yaitu di Bank BPRS. Pihaknya hanya menerima laporan realisasi penerimaan, sehingga kelima titik yang tidak masuk PAD tersebut tidak diketahui.
Direktur Bank BPRS Kota Ternate, Risdan Harly, mengaku pihaknya hanya mengelola rekening penerimaan, sehingga itu jika ada penyetoran pihaknya menerima, jika tidak berarti tak ada.
“Sejauh ini pihak ketiga (IMM) tidak menyetor hasil penagihan retribusi parkir tepi jalan umum sampai sekarang. Namun untuk urusan masuk atau tidaknya ke PAD, bukan ranahnya bidang kami. Karena kami hanya melaporkan kinerja selama tahun 2022,” jelasnya, Senin (6/3).
Sementara itu, Sekretaris Dishub Kota Ternate, Mochtar Hasyim, saat diwawancarai beberapa waktu lalu mengaku, hasil tagihan yang dilakukan PT IMM sejauh ini tidak masuk dalam PAD.
“Pihak IMM saat ini melakukan ujicoba. Tapi sesuai dokumen, ada lima titik yakni depan Selecta, Taman Nukila, Toko Amanah, Gloria dan depan Sate Maryam. Namun tidak di setor ke PAD,” katanya.
Mantan Camat Ternate Selatan itu menerangkan, pihaknya tengah merampungkan dokumen perjanjian kerja sama dengan PT IMM terkait lima titik retribusi tersebut. Lalu kemudian dokumennya disampaikan ke DPRD.
Terpisah, salah satu petugas juru parkir yang enggan disebut namanya mengaku, setiap kendaraan roda dua dan empat akan dilakukan scan plat nomor kendaraan.
“Kalau untuk kendaraan roda dua itu dikenakan Rp1.000 dan roda empat Rp2.000, dari hasil itu dikumpulkan kemudian dikasih ke koordinator,” katanya.
Namun untuk sistem setor hasil tagihan, pihaknya mengaku belum mengetahui hal tersebut. Tetapi dalam waktu satu hari bisa mencapai Rp500 ribu.
“Kami dibagi setiap lokasi dan disebarkan ke beberapa titik. Untuk pendapatan perhari dari hasil penagihan itu, yang paling besar di depan Toko Selekta dan depan Gloria. Kalau di Amanah ini pendapatan tergantung pengunjung,” terangnya.
“Kalau soal hasil tagihan retribusi yang tidak masuk di PAD kota itu saya tidak mengetahui, sebab itu ranahnya pimpinan. Tugas saya hanya melakukan penagihan, kemudian hasilnya saya setor ke kordinatoor,” sambungnya menutup. (udi/tan)