Kisah Pedagang Sayur di Ternate, Sekolahkan Anak hingga Sarjana

Nuryati, pedagang sayur di Ternate yang berhasilkan mengantarkan anaknya hingga meraih gelar sarjana kedokteran di Unkhair Ternate. (Karno/NMG)

TERNATE, NUANSA – Nuryati Abdurrahman (51), salah seorang pedagang sayur di Kota Ternate ini sukses mengantarkan anaknya, Nandia Muhammad (22) menyandang gelar sarjana kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Khairun Ternate, pada Sabtu (18/3) kemarin.

Ibu empat anak ini diketahui sudah lama ditinggal suaminya 2013 lalu. Demi kehidupan dan masa depan anak-anaknya, ia rela menghabiskan separuh usianya menjadi pedagang sayur guna membiayai kebutuhan anak-anaknya dalam menempuh pendidikan.

Tentu sangat berat bila memikul tanggung jawab sepenuhnya. Karena selain menjadi ibu, perempuan paruh baya itu juga berperan sebagai tulang punggung keluarga.

Nuryati saat disambangi Nuansa Media Grup (NMG) menceritakan, betapa berat perjuangannya berdiri kokoh bertindak sebagai ibu sekaligus seorang ayah yang berusaha keras mengabulkan mimpi Nandia menempuh pendidikan kedokteran di Unkhair Ternate.

Ia mengaku, ini bukan pertama kalinya menguliahkan anaknya. Sebelumnya, Nuryati telah mengantarkan anak sulungnyanya, Juliyana Muhammad (24) meraih gelar Sarjana Hukum (SH) di Unkhair Ternate pada tahun 2017.

Nuryati yang kini bermukim di Kelurahan Foramadiahi, Kecamatan Ternate Pulau, Kota Ternate itu, terpaksa meninggalkan rumah sebelum fajar menyingsing dari pukul 03.00 WIT dan kembali ke rumah pukul 07.00 WIT. Pekerjaan ini sudah dilakoni kurang lebih 20 tahun lebih.

“Saya menjadi pedagang sayur sudah sekitar 28 tahun, sudah dua orang anak yang saya kuliahkan hingga sarjana, anak tertua saya yang Sarjana Hukum (SH) dan saat ini bekerja di PT IWIP lantaran belum memiliki biaya melanjutkan studi S2. Sedangkan anak kedua saya (Nandia), besok akan diwisuda menjadi sarjana kedokteran,” kata Nuryati saat ditemui wartawan NMG di Pasar Barito, Jumat (17/3).

Lebih lanjut, Nuryati menambahkan, biaya masuk kuliah Nandia sejak 2018 sebesar Rp80juta dengan biaya persemester Rp22,5 juta. Setidaknya biaya sebesar itu dihasilkan hanya melalui jualan sayur di Pasar Barito Kota Ternate.

Selain itu, ia mengaku tak pernah merasa beban karena rezeki telah diatur sang pencipta. Ia berharap agar seluruh orang tua jangan berpandangan bahwa hanya orang berada sajalah yang bisa menyekolahkan anak-anaknya terutama di bidang ilmu kedokteran. Menurutnya apapun besar biayanya, selama ada kemauan untuk berusaha, maka akan dicapai dengan mudah.

“Saya ini jual sayur saja, jualan sayur adalah hidup saya. Jadi bagi orang-orang tua yang senasib, jangan sekali-sekali merasa tidak mampu kase kuliah anak-anak. Selama ada kemauan, pasti ada jalan karena rezeki sudah diatur Allah,” tutupnya. (ano/tan)