JAILOLO, NUANSA – Puskesmas Bobaneigo, Kabupaten Halmahera Barat, telah melaksanakan pelatihan pemberian makanan tambahan (PMT) lokal bagi ibu hamil kek dan balita gizi kurang. Dalam pelatihan tersebut, pihak puskesmas mengundang kader posyandu dan ibu balita.
Kepala Puskesmas Bobaneigo, Sukarman, dalam arahannya menyampaikan PMT lokal diberikan sebagai makanan tambahan, bukan sebagai pengganti makanan utama. Karena itu, pihaknya berharap agar balita yang mendapatkan makanan tambahan dapat menghabiskannya, sehingga mempengaruhi kenaikan berat badan balita tersebut.
Petugas Gizi Puskesmas Bobaneigo, M Sadli Umasangaji, menambahkan balita yang mendapatkan bantuan PMT lokal diutamakan balita dengan status gizi kurang (BB/TB). Hal ini merupakan bagian dari sasaran program pencegahan balita stunting.
“Balita gizi kurang yang mengalami perlambatan kenaikan berat badan, turut berdampak pada pertambahan tinggi badan balita. Prioritas kami memang gizi kurang untuk menambah asupan makanan balita,” kata Sadli kepada Nuansa Media Grup (NMG), Sabtu (20/5).
Sadli menerangkan, konsep PMT lokal saat ini ada pemberian makanan lengkap, sekali makan dalam sehari. Sisa makanan utama lainnya tetap dari pihak keluarga. Pada dasarnya, PMT lokal merupakan makanan tambahan, bukan sebagai pengganti kesediaan makanan utama pada keluarga balita.
“Dalam PMT lokal ini, kami juga memberikan konsep dua protein hewani. Salah satu protein hewani yang prioritas dalam siklus menu kami adalah ikan. Di mana, untuk wilayah Maluku Utara ikan adalah pangan lokal yang mudah dijangkau,” jelasnya.
Menurut dia, pihaknya punya tantangan dalam PMT lokal tersebut, yakni bagaimana asupan makanan dapat memenuhi kebutuhan gizi balita. Karena kondisi balita dengan status gizi kurang juga kerap memiliki daya terima terhadap makanan kurang, baik dari sisi nafsu makan maupun kondisi keluarga dari kuantitas makanan dan sisi ekonomi keluarga.
Karena itu, dari program PMT lokal ini pihaknya berharap dapat menjadi contoh konsep pemberian makanan gizi seimbang pada balita. Jika makanan belum maksimal dihabiskan balita, kata Sadli, tetap ada proses edukasi dan pihaknya siap membantu dalam konteks bantuan sosial terhadap keluarga balita tersebut.
“Harapannya, memang balita dapat menghabiskan PMT lokal yang diberikan dan ada perubahan kenaikan berat badan sesuai kenaikan berat badan minimal atau bahkan perubahan status gizi menjadi gizi baik,” pungkasnya. (tan)