Daerah  

Jeje Kalaodi, Sosok Konten Kreator dari Kota Tidore yang menginspirasi

Jeje Kalaodi/Sukardi Baguna. (Istimewa)

TIDORE, NUANSA – Di era transformasi digital saat ini yang memberi dampak luas, tak terkecuali mereka yang bermukim di pelosok pedalaman sekalipun. Manusia digital menjadi keniscayaan dan terkoneksi antara sesama tanpa bersentuhan secara fisik antara satu dengan yang lain. Semua itu terjadi karena kemajuan teknologi dan transformasi digital yang begitu cepat berlangsung ke berbagai penjuru dunia melalui koneksi internet.

Berbagai platform digital yang tersedia saat ini, semakin memudahkan serta memberi ruang bagi para pengguna internet untuk menghasilkan berbagai wujud karya kreatif yang berdampak secara langsung maupun tidak langsung pada kelangsungan hidupnya dan masyarakat sekitarnya.

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tentunya akan dirasakan manfaatnya bagi mereka yang mampu beradaptasi dengan kemajuan zaman tersebut, yaitu mampu memanfaatkan berbagai platform digital bagi pemenuhaan kebutuhan dan kepentingan masing-masing orang yang tentunya berbeda antara satu dengan yang lain.

Berbagai platform digital yang dimaksud antara lain adalah Facebook, YouTube, Instagram, TikTok, dan lain-lain yang kebanyakan lebih diminati oleh kalangan milenial yang cenderung lebih bebas untuk mengeksplorasi berbagai isu dan informasi serta segi lainnya adalah untuk mengembangkan potensi dan segala sumber daya yang ada di sekitarnya sebagai konten dari platform yang digunakan seperti tentang keindahan alam, keunikan budaya, dan dinamika sosial politik ekonomi yang berlangsung di lingkungan sekitarnya.

Salah satu sosok yang dikenal cukup konsisten untuk menampilkan berbagai konten tematik akun TikTok-nya untuk mempromosikan kebudayaan dan masyarakat dari sebuah desa di atas awan Kalaodi, Kota Tidore Kepulauan, siapa lagi kalau bukan sosok pemuda kreatif yang lebih dikenal Jeje Kalaodi.

Melalui akun TikTok bernama Jeje Kalaodi dan Kalaodi Official, dirinya berupaya secara mandiri dan swadaya untuk mempromosikan kampung kelahirannya yang begitu istimewa baginya. Seolah merasa menyesal jika tak berbuat sesuatu bagi kampung tanah kelahirannya Kalaodi, sebuah kelurahan di kecamatan Tidore Timur, Kota Tidore Kepulauan.

Alam Kalaodi benar-benar menginspirasi diri Jeje yang sejak masa kanak-kanak hingga remaja, kini tetap mengagungkan keindahan alam Kalaodi yang begitu istimewa di matanya. Tak habis-habisnya Jeje mengungkapkan berbagai hal yang menjadikan Kalaodi berbeda dari yang lain. Salah satu kelebihan Kalaodi di matanya adalah ketika berada di Kalaodi, kita akan takjub melihat keindahan pulau Halmahera dan Kota Tidore ketika kita mengarahkan pandangan ke arah Timur.

Dari sini juga kita melihat Pulau Maitara dan Kota Ternate yang berada di seberang sana dari arah Barat. Alam pegunungan yang menawarkan panorama yang asri dan alami tanpa di rekayasa, seolah menawarkan kepada setiap orang untuk menemukan ketenangan hidup dari hiruk-pikuk dinamika kehidupan perkotaan. Terlebih lagi, keramahan penduduk yang selalu terbuka dengan lapang dada menerima kunjungan wisatawan baik domestik maupun asing.

Sampai sejauh ini, menurut pengamatan Jeje, para turis mancanegarapun berkunjung selain tamu domestik, antara lain Australia, Spanyol dan lain-lain. Maklum, kata Jeje bahwa kampungnya merupakan salah satu kampung tertua di Tidore, sehingga masyarakatnya masih mempertahankan adat-istiadat baik dalam interaksi sesama manusia maupun dengan alam lingkungan sekitar, sehingga dengan cara inilah alam menjadi terlestari dan manusianya hidup aman dan damai.

Para wisatawan yang berkunjung ke Kalaodi tidak hanya sekejab, melainkan ada yang menginap untuk beberapa hari meskipun belum tersedianya home stay, namun biasanya para tamu menginap di rumah warga yang dikenal karena hubungan pertemanan, keluarga atau kekerabatan.

Sebagai sosok milenial yang aktif di dunia digital, pria dengan nama lengkap Sukardi Baguna ini bergiat bersama pemuda sekampungnya untuk menjadikan Kalaodi sebagai salah satu destinasi baru di Kota Tidore Kepulauan. Melalui kolaborasi sesama pemuda, Jeje Kalaodi ditugaskan khusus untuk mempromosikan potensi alam dan budaya serta masyarakat Kalaodi ke dunia luar melalui platform digital akun miliknya. Mereka secara swadaya bekerja dengan pembagian tugas masing-masing melalui lembaga kepemudaan setempat yang di dalamnya terdiri atas pemuda, pelajar dan mahasiswa Kalaodi itu sendiri.

Dengan kerja keras bersama pemuda setempat, kini Kalaodi telah ramai dikunjungi. Kagiatan yang lazim dilakukan oleh para pecinta alam seperti camp pun turut dilakukan oleh para  pengunjung yang memilih bermalam dengan cara camping. Meskipun berbagai upaya masih bersifat swadaya, namun mereka mampu membuat Festival Buku se Dou dan Festival Paca Goya, yaitu semacam ungkapan syukuran kepada Sang Pncipta atas keberkahan yang dirasakan penduduk.

Kebiasaan untuk membuat konten pada akun Instagram yang dimulai sejak tahun 2019 dan akun TikTok-nya sejak tahun lalu merupakan sebuah keresahan yang bergejolak dalam diri Jeje Kalaodi yang merasa penting untuk lebih giat mempromosikan kebudayaan dan sejarah serta keindahan alam Kalaodi untuk lebih dikenal dan diketahui masyarakat luas.

Hal inilah yang menjadi alasan utama yang mendorong Jeje Kalaodi untuk lebih gencar mewujudkannya. Tak hanya bermodalkan keindahan panorama alam yang begitu memesona, dentuman musik tradisional sebagai backsound yang dipilih untuk mengiringi bait-bait puisi seolah menciptakan kesan kuat akan keagungan budaya para leluhur di negeri yang pernah menjadi incaran bangsa-bangsa Eropa, karena harum aroma rempahnya khususnya pala dan cengkih.

Patut pula disadari bahwa tak mudah untuk menekuni dunia digital bermodalkan konten yang dibagikan ke khalayak ramai. Sebagai pemuda yang bermodalkan semangat dan niat mulia tersebut, pria lulusan SMK Negeri 3 Tidore itu tak luput dari berbagai pandangan miring dan cibiran yang datang dari orang terdekatnya, seolah memandangnya dengan sebelah mata sembari berucap: “kerja hanya tindis-tindis (menekan) HP”. Jeje Kalaodi tetap menghadapi semua itu dengan sabar sembari terus berusaha untuk mengembangkan talentanya. Semua itu dilakukannya hanya semata-mata untuk kampung halamannya dan masyarakat banyak.

Kini, pemuda yang berusia 24 tahun tersebut secara bulat memutuskan untuk tetap konsisten di jalur yang telah digelutinya bertahun-tahun sebagai konten kreator untuk terus berkarya dan menginpirasi generasi muda di lingkungan sekitarnya untuk bersama-sama mempromosikan potensi pariwisata dan kebudayaan yang begitu berlimpah.

Ditanya soal peran pemerintah daerah untuk turut mendukung apa yang sedang giat dilakukan Jeje, dirinya hanya bergumam sembari merangkai harap menepis segala ragu untuk berkarya dan berkarya dan terus berkarya. (tan)