TERNATE, NUANSA – Sejumlah pedagang asal Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara, yang berjualan di kawasan pusat kuliner belakang Jatiland Mall, Kota Ternate, akhirnya angkat bicara terkait video viral yang disampaikan mantan Kepala Disperindag Kota Ternate, Muchlis S Djumadil.
Mereka mengaku, informasi yang beredar lewat video yang bernuansa rasisme tidak benar. Sebab tidak ada komentar dari Muchlis terkait mengusir pedagang Tobelo di area setempat.
Koordinator Pedagang Tobelo Pasar Gamalama Ternate, Ilyas Kaeli, mengatakan tersebarnya video Muchlis mulanya membuat ia kecewa, lantaran video tersebut baru pertama kali terjadi.
“Memang pada saat penertiban saya berada di Tobelo, tapi pedagang yang berjualan ini juga merupakan masyarakat Kota Ternate,” katanya, Selasa (30/5).
Terkait dengan pernyataan Muchlis dalam video tersebut, ia pun meminta maaf, sebab awal tersebarnya video tersebut berasal dari pedagang setempat.
“Saya beserta pedagang meminta maaf. Tidak ada desakan apapun, kita para pedagang meminta maaf dan sebaliknya menerima permintaan maaf dari kepala dinas (Muchlis),” ujarnya.
Salah satu pedagang Tobelo di Pasar Gamalama Ternate yang merekam ucapan Muchlis pun mengaku, informasi video yang tersebar itu tidak benar.
“Pak kadis tidak bermaksud begitu (mengusir pedagang asal Tobelo), mereka datang hanya ingin melakukan penertiban saja. Bahkan kami diberikan uang sebesar Rp100 ribu untuk membeli gorengan,” akunya.
Menurut dia, bukan baru pertama Muchlis melakukan penertiban di lapangan, terutama di kawasan belakang Jatiland Mall.
“Pak kadis datang dan marah-marah itu bukan baru satu kali, tujuan dari marah ke pedagang ini agar ada penertiban di pasar. Jadi seperti perkataan pak kadis dalam video itu hanya basedu (bercanda) ke pedagang saja,” jelasnya.
Senada, pedagang lain yang berada di lokasi setempat menambahkan, saat melakukan penertiban bukan hanya pihak Disperindag yang ada di lokasi. Namun, ada juga Satpol PP Ternate dan pihak terkait yang sementara memperbaiki pembangunan di pasar belakang Jatiland Mall.
“Saat itu saya saksikan pak kadis berbicara, beliau itu baik. Tidak ada maksud untuk mengusir pedagang, bahkan kehadiran beliau untuk penertiban pedagang,” terangnya.
Selain itu, pihaknya sebagai pedagang yang sudah lama berjualan di pasar Gamalama merasa kecewa karena video tersebut dipotong kemudian disebarkan.
“Kami meminta maaf sebagai pedagang di sini. Karena kami tahu pak kadis paling baik. Saya ini jualan kelapa muda di depan Pasar Sabi-sabi tapi bisa jualan juga di belakang Jatiland Mall dan baru pertama kali lihat kaya begini,” ujarnya.
Muchlis kembali mengucapkan permintaan maaf kepada pedagang Tobelo. Sebab, ada ucapan yang telah dipelintir.
“Kemarin saya dapat telepon dari koordinator dari pedagang Tobelo, bahwa kalau boleh kita duduk bersama dan saling meminta maaf atas beredarnya video tersebut. Tidak ada tujuan untuk mendiskriminasi terhadap pedagang Tobelo, mungkin secara spontan kalimat yang dikeluarkan, saya secara terbuka minta maaf,” ucap Muchlis.
“Para pedagang yang berjualan di pasar beraktivitas seperti biasa. Namun beraktivitas pada tempat yang telah ditentukan oleh pemerintah, agar tidak menjadi persoalan di kemudian hari. Dan tidak ada tujuan rasis kepada pedagang asal Tobelo,” timpalnya. (udi/tan)