Beragam Komunitas di Maluku Utara Geotrip ke Foramadiahi dan Kastela

Kegiatan geotrip yang berlangsung di Kelurahan Foramadiahi, Pulau Ternate, Kota Ternate, Sabtu (8/7) kemarin.

TERNATE, NUANSA – Beragam komunitas pemerhati satwa di Provinsi Maluku Utara turut memeriahkan Festival Korakora 2023 dengan melakukan geotrip di Kelurahan Foramadiahi dan Kelurahan Kastela, Pulau Ternate, Kota Ternate, pada Sabtu (8/7) kemarin.

Kegiatan ini memiliki tiga kegiatan geotrip yaitu trip pengenalan ilmu geologi, trip pemantauan burung dan trip pemantauan reptil dengan kolaborasi berbagai komunitas satwa yang terdiri dari Maluku Reptil Community, Halmahera Wildlife Photography (HWP) dan Badan Pengelola Aspiring Geopark Ternate.

Tema yang diangkat pada kegiatan geotrip kali ini adalah “Geotrip dan Birdwatching, Sharing Sessions Geology and Biodiversity”. Kegiatan ini juga mengajak mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Maluku Utara dan Universitas Khairun Ternate serta beberapa komunitas pemerhati lingkungan.

Kegiatan geotrip yang berlangsung di Kelurahan Foramadiahi, Pulau Ternate, Kota Ternate, Sabtu (8/7) kemarin.

Agenda pertama adalah pembelajaran ilmu geologi dasar yang dimentori langsung oleh Geologis Dedi Arif. Pada kesempatan itu Dedi mengatakan dipilihnya Foramadiahi sebagai sebagai lokasi geotrip karena kelurahan yang terletak 600 Mdpl ini adalah bagian dari fasies Gunung Gamalama tua yang merupakan satu titik usulan untuk dijadikan sebagai situs geologi.

“Di Kota Ternate ada 41 situs geologi yang disulkan, hal ini dilakukan agar lebih mengedepankan konservasi berbasis kearifal lokal serta waspada sebagai upaya mengurangi nilai risiko jika ada bencana,” papar Dedi.

Kata Dedi, kegiatan ini adalah bagian dari edukasi yang menjadi tujuan penting Badan Pengelola Aspiring Geopark Ternate diantaranya, edukasi, konservasi dan pengembangan ekonomi masyarakat sekitar. Dia juga berharap ke depan kegiatan geotrip ini dapat menjadi agenda rutin dengan mengusung kolaborasi antar berbagai komunitas satwa dan lingkungan di Maluku Utara.

Usai pengenalan geologi, kegiatan dilanjutkan dengan pemantauan burung hingga terdapat 8 jenis burung yang berhasil dipantau, antaranya Elang Bondol, Burung-geraja Erasia, Walet-sapi, Kipasan Kebun, Burung-madu Sahul, Burung-madu Hitam, Wiwik-rimba, dan Perkici Dagu Merah. Burung-burung tersebut terdapat di permukiman Kelurahan Foramadiahi.

Sekretaris HWP Dewi Ayu Anindita mengatakan, aktivitas pemantauan aktivitas burung dilakukan kurang lebih selama satu jam. Target dari pemantauan ini adalah meningkatkan rasa keingintahuan mahasiswa maupun masyarakat tentang jenis-jenis burung di Kota Ternate.

“Selain itu kami berharap agar keingintahuan itu menjadi kecintaan dan kepedulian masyarakat umum tentang keanekaragaman hayati di Maluku Utara dan habitatnya, kami juga berharap semoga pemerintah Kota Ternate lebih peduli lagi soal isu-isu lingkungan dan keanekaragaman hayati,” jelas Dewi.

Sementara itu pengamatan reptile dilakukan oleh beragam komunitas ini di Kelurahan Kastela. Di pesisir ini sekitar 7 tahun belakangan sebagian masyarakat sering mengambil dan mengonsumsi telur penyu sisik. Penyu sisik merupakan hewan yang dilindungi. Hal ini mendorong beberapa anak muda kelurahan Kastela dan Jambula berinisiatif membuat satu komunitas konservasi bernama Dodoku Dive Center.

Pemantauan reptil menemukan ada lima jenis hewan reptil, yaitu Soa Layar, Kadal Kebun, Ular Air, Biawak dan Penyu Sisik. Kastela sendiri dikenal sebagai habitat Soa Layard dan merupakan kawasan konservasi Penyu. (kep)