Oleh: Irawan Abae
MALUKU Utara adalah salah satu provinsi di Indonesia. Maluku Utara resmi terbentuk pada tanggal 4 Oktober 1999, melalui UU RI Nomor 46 Tahun 1999 dan UU RI Nomor 6 Tahun 2003. Sebelum resmi menjadi sebuah provinsi, Maluku Utara merupakan bagian dari Provinsi Maluku, yaitu Kabupaten Maluku Utara dan Kabupaten Halmahera Tengah.
Kalau kita lihat Provinsi Maluku Utara sudah berumur 24 tahun, yang dimana sudah pada usia dewasa, selain sebagai daerah yang dikenal dengan negeri para raja atau empat kerajaaan besar di timur Indonesia, Maluku Utara juga dikenal dengan provinsi paling bahagia di Indonesia versi Badan Pusat Statistik.
Bagaimana dengan kondisi ekonomi Maluku Utara?
Ekonomi merupakan aspek penting yang dapat menunjang kemajuan suatu bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menumbuhkan dan memajukan sektor ekonomi baik sektor formal maupun informal, untuk memperhatikan pemerataan pendapatan bagi warga negaranya. Terus bagaimana dengan ekonomi di tingkat ragional? Apakah sudah memberikan efek pada masyarakatnya? Berikut ini adalah gambaran pertumbuhan ekonomi Maluku Utara mulai dari tahun 2013 sampai 2023.
Maluku Utara termasuk salah satu provinsi di Indonesia yang mengalami fluktuasi angka laju pertumbuhan ekonominya. Menurut Badan Pusat Statistik, dalam tahun 2013 laju pertumbuhan ekonomi Maluku Utara yaitu sebesar 6,38%, Di dalam tahun 2014 pertumbuhan ekonomi Maluku Utara melambat dengan angka sebanyak 5,49%. Dan dalam tahun 2015 tingkat pertumbuahan ekonomi Maluku Utara barulah sedikit mengalami kenaikan menjadi 6,10%. Pada tahun 2016 Provinsi Maluku Utara mengalami penurunan laju pertumbuhan ekonomi kembali menjadi 5,77%, tetapi di tahun 2017 tingkat pertumbuhan ekonomi Maluku Utara mulai naik menjadi 7,67% dan dalam 2018 juga naik menjadi 7,86%. Di tahun 2019 angka pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku Utara menurun menjadi 6,25%, Dalam tahun 2020 angka pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara kembali turun ke angka 5,35%. Pada tahun 2021 Provinsi Maluku Utara berhasil mengalami kenaikan angka pertumbuhan ekonomi sebanyak 16,40%, sedangkan pada tahun 2022 mengalami kenaikan angka pertumbuhan sebesar 22,94%.
Dari paparan data di atas, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara ini termasuk yang terbesar di antara seluruh provinsi di Indonesia. Dari angka-angka tersebut, apakah memberikan efek kepada masyarakat Maluku Utara? Apakah masyarakat Maluku Utara telah sejahtera? Apakah tingkat kemiskinan dan pengangguran sudah teratasi? Apakah tingkat pendidikan Maluku Utara sudah baik? Apakah tingkat kesehatan di Maluku Utara sudah terjamin? Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang muncul ketika kita melihat presentasi pertumbuhan ekonomi Maluku Utara.
Pertumbuhan ekonomi Maluku Utara tidak berkualitas
Pertumbuhan ekonomi Maluku Utara ditopang oleh tingginya akselerasi pertumbuhan dari sektor pertambangan dan industri pengolahan sejalan dengan tingginya realisasi produksi ore nikel yang dihilirisasi, dapat kita lihat bahwa yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi maluku utara yaitu pada sektor pertambangan. Bukan pada sektor pertanian apalagi sektor perikanan. Padahal luas wilayah perairan laut, yaitu seluas 106.977,32 km² (76,27%). Lebih besar dari pada luas daratannya yaitu seluas 33.278 km² (23,73%), yang jika dilihat seharusnya sub sektor perikananlah yang menjadi perhatian pemerintah dalam proses pemanfaatannya dan pengelolahannya dapat memberikan efek pada pertumbuhan ekonomi Maluku Utara.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku Utara (Malut) mencatat jumlah penduduk miskin di Maluku Utara mencapai 82,13 ribu orang per September 2022. Angka ini tercatat mengalami kenaikan 2,26 ribu orang dibandingkan Maret 2022 atau jika dipresentasekan naik 6,37 persen. Sedangkan pada tahun yang sama 2022 pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan angka sebesar 22,94%. Artinya pertumbuhan ekonomi tidak memberikan dampak yang baik bagi kemiskinan.
Di tahun 2022 jumlah kemiskinan di Halmahera Tengah meningkat 507 555,00. Padahal kita ketahui bahwa Halmahera Tengah adalah daerah pertambangan yang di mana menjadi sektor peyumbang pertumbuhan ekonomi Maluku Utara terbesar di sektor Pertambangan, seharusnya pertumbuhan ekonomi memberikan efek pada kesejahteraan masyarakat.
Dari 38 Pemprov, 4 provinsi di wilayah Jawa mendominasi pendapatan-pendapatan terbesar. Keempat Pemprov tersebut, yaitu DKI Jakarta mencatat pendapatan terbesar senilai Rp65,57 triliun pada 2021, Jawa Barat Rp36,99 triliun, Jawa Timur Rp34,28 triliun, dan Jawa Tengah Rp26,66 triliun. Secara nasional, Maluku Utara tidak terlalu diperhitungkan dalam penyumbang pendapatan terhadap negara, artinya kualitas pertumbuhan ekonomi Maluku Utara tidak terlalu berefek.
Kita bisa melihat bagaimana kondisi kesehatan Maluku Utara, berapa jumlah rumah sakit, berapa jumlah tenaga medisnya, apa lagi di sektor pendidikan Maluku Utara, berapa jumlah tenaga pengajarnya, dari 34 provinsi Maluku Utara diurutan 3 setelah Papua, Papua Barat dengan Indeks Pembangunan Manusia terendah.
Dalam buku Ekonomi Pembangunan (2018) karya Christea Frisdiantara dan Imam Mukhlis, dijelaskan bahwa pembangunan ekonomi yang berhasil tidak hanya ditandai dengan pendapatan masyarakat yang meningkat. Tetapi juga terpenuhinya pemenuhan kebutuhan hidup pada bidang kesehatan dan pemenuhan pada bidang pendidikan. Jadi, pertumbuhan ekonomi yang berhasil akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang terdiri dari tiga hal, yaitu pendapatan yang meningkat, terpenuhinya pemenuhan kebutuhan hidup pada bidang kesehatan, dan terpenuhinya pemenuhan kebutuhan hidup pada bidang pendidikan. (*)