Oleh: Raihun Anhar, S.Pd
Pemerhati Umat
TAK terasa sudah memasuki tahun 1445 Hijriah. Namun kaum muslim masih tetap berada pada kejahiliyaan modern, yakni hidup dalam sistem kapitalisme yang berasas pada sekuler (pemisahan agama dari kehidupan, politik, dan negara). Muslim berbondong-bondong merayakan tahun baru masehi dibanding dengan hijriah.
Begitulah potret kehidupan kaum muslim dalam naungan kapitalisme. Muslim sibuk dengan urusan dunia yang menggoda dan menyenangkan sesaat, lupa akan kewajibannya pada Sang Pencipta. Mengaku muslim namun shalat fardu saja masih bolong-bolong. Kewajiban yang sejak kecil sudah diajarkan saja masih lalai, terlebih lagi kewajiban yang besar yakni menerapkan syariat Islam secara keseluruhan. Tentu hal ini sangat disayangkan.
Berbicara soal tahun hijriah tidak akan lepas dari peristiwa hijrah Rasulullah Saw dari Makkah ke Madinah. Banyak pelajaran berharga yang dilewati kebanyakan muslim dalam peristiwa hijrah. Mereka memahami hijrah hanya sekadar berpindah tempat dan tidak melihat lebih jauh lagi tentang hijrah. Untuk itu perlu untuk kita memahami peristiwa hijrah dengan baik.
Memaknai Peristiwa Hijrah
Hijrah adalah memindahkan diri dari tempat yang satu ke tempat yang lebih baik. Hal ini pernah dicontohkan oleh Rasulullah Saw dan para sahabat, tatkala mereka yang telah memeluk Islam dipukuli saat shalat dan dihukum karena keluar dari agama nenek moyang mereka. Kemudian mereka diminta Rasulullah Saw untuk hijrah ke Habasiyyah sekarang Ethiopia. Di sana Rajanya adalah seorang Nasrani, namun dikenal akan keadilannya saat memimpin, sehingga mereka bisa shalat tanpa dipukul di sana sembari bisa berdakwah. Kemudian peristiwa hijrah yang selanjutnya adalah hijrahnya Rasulullah Saw dan para sahabat ke Madinah.
Kedua peristiwa hijrah di atas memberikan pelajaran kepada kita bahwa apabila tempat kita tinggal tidak membantu kita untuk taat maka hijrah/pindah. Sebagaimana para sahabat pindah dari Makkah ke Habasiyyah karena di sana diberikan kebebasan untuk shalat. Kemudian Rasulullah Saw hijrah ke Madinah karena masyarakat Madinah bersedia menerapkan Islam sebagai ideologi mereka. Rasul hidup di sana hingga wafat di sana, karena telah berdakwah di Makkah 13 tahun tidak membuahkan hasil. Namun Mus’ab bin Umair diutus Rasul untuk dakwah di Madinah setahun mereka siap menerima Islam. Walhasil Rasulullah Saw lebih memilih Madinah sebagai tempat tinggalnya walau Beliau Saw sangat mencintai Makkah. Masyarakat Yastrib/Madinah membaiat Rasulullah Saw sebagai Nabi dan Pemimpin negara.
Peristiwa hijrah Rasulullah Saw ke Madinah adalah perintah Allah SWT. Di sana Beliau Saw mengatur kehidupan masyarakat secara keseluruhan dan mendakwahkan Islam ke seluruh Jazirah Arab. Beliau mengajak para Raja di Romawi dan Kaisar Persia untuk masuk Islam. Kemudian membebaskan negeri-negeri kufur dengan jihad. Sehingga seluruh Jazirah Arab masuk dalam wilayah negara Islam. Mereka hidup damai, tidak lagi saling membunuh karena kekuasaan. Kaum Muhajirin dan Anshar dipersaudarakan oleh Rasulullah Saw.
Setelah Nabi Saw wafat, para sahabat melanjutkan perjuangannya. Mereka membaiat Abu Bakar Assidiq pemimpin Rasulullah Saw dalam negara digantikan dengan Abu Bakar. Abu Bakar disebut sebagai khalifatul Rasulullah. Beliau mengawali kepemimpinan dengan memerangi kaum muslim yang tidak mau mengeluarkan zakat. Kemudian beliau mengutus para pasukan untuk menjalankan misi Rasulullah Saw yaitu membebaskan negeri-negeri kufur dengan Islam.
Selama Rasulullah Saw hidup, beliau pernah ikut berperang melawan kekufuran yakni pada perang Badar, Uhud, dan perang terakhir Beliau ikut adalah perang Tabuk. Beliau Saw sebelum wafat berpesan kepada kaum muslim untuk berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah. Allah SWT berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah ayat 208).
Sementinya kaum muslim menjalankan pesan Baginda Nabi yang merupakan perintah Allah, agar Beliau bahagia dan kita mendapatkan syafaatnya. Selain itu akan didapati kehidupan yang diberkahi sebagaimana firman Allah :
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Araf ayat 96).
Hari ini kita hidup dalam sistem kapitalisme sekuler sebagaimana dahulu Rasulullah Saw hidup di Makkah. Saat ini riba dan zina dianggap biasa sama seperti dimasa Jahiliyah. Maka dapat dikatakan bahwa kehidupan hari ini adalah Jahiliyah Moderen. Dahulu Makkah menyembah berhala, sekarang manusia menyembah pemikiran-pemikiran manusia (pemahaman kufur) seperti sekularisme, demokrasi, kapitalisme, liberalisme, pluralisme dan sebagainya.
Oleh sebab itu kita harus hijrah menuju pada Islam kaffah. Bertujuan agar terciptanya kehidupan yang diberkahi Allah SWT seperti kehidupan masyarakat Madinah. Hidup bahagia dalam ketaatan kepada Allah SWT dan akan mendapatkan kehidupan akhirat yang baik juga. Wallahu alam bishawab. (*)