Siswi SMPN 6 Ternate Mengaku Diancam Penjara Hingga di-Do dari Sekolah

Korban saat dirawat di rumah sakit. (Karno/NMG)

TERNATE, NUANSA – Seorang siswi kelas VIII SMP Negeri 6 Kota Ternate berinisal S (15 tahun) terpaksa harus dirawat di rumah sakit setelah menjadi korban kekerasan dari gurunya, H. Informasi yang diperoleh, insiden tersebut terjadi pada Sabtu (15/7).

Pada Senin (31/7), S menceritakan, mulanya ia mendapat kekerasan dari sang guru lantaran membela adiknya yang mendapatkan kekerasan verbal (bullying) dari rekan sekelasnya berinisial Z.

“Masalah itu di hari Jumat, cuma adik saya baru kasih tahu di hari Sabtu kalau dia di-bully oleh temannya. Saya ke sana bilang ke temannya, kecil itu jangan lancang, langsung dia dorong saya dan akhirnya kami berdua baku pukul,” ucapnya.

Z lalu di bawah ke kantor sekolah, sedangkan S diamankan oleh kakak kelasnya di sebuah pangkalan ojek tak jauh dari sekolah. Tak berselang lama, seorang guru memanggil S masuk ke kantor sekolah. Di dalam kantor sudah ada nenek dan orang tua Z. Nenek Z adalah salah satu guru di sekolah tersebut.

Kemudian, S meminta untuk memanggil ibunya, namun pihak sekolah menolak dengan alasan kehadiran ibu S akan memperpanjang masalah. Setelah itu, seorang guru menanyakan pokok permasalahannya. S pun menceritakan kronologisnya.

“Saya sudah ceritakan semuanya. Cuman Z bilang ke mamanya kalau kami keroyok pukul dia, padahal tidak. Sampai di situ, saya tiba-tiba dihampiri pak guru H dan angkat dagu saya dan langsung tampar. Saya rasa pusing,” ujarnya.

Mirisnya lagi, nenek Z yang notabene salah satu guru di sekolah tersebut pun mengeluarkan nada ancaman yang membuat psikologi dan batin S tertekan. Di mana S diancam dipenjara dan akan dikeluarkan atau drop out (DO) dari sekolah.

“Belum tanya bae-bae, dia pe nene bilang, ngana ini harus kaluar dari sekolah, lepas seragam dan ibu so tara mau lihat lagi ngana di SMPN 6. Besok hari Senin harus keluar dari sekolah. Ngana ini pantas dapa penjara dua tahun,” jelasnya meniru ucapan nenek Z.

Ibu S, Susan Tomagola, sangat menyayangkan sikap guru yang bertindak premanisme kepada anaknya itu. Menurutnya, pihak sekolah terkesan mengkambinghitamkan anaknya. Bahkan oknum guru tersebut juga menolak biaya pengobatan yang diminta ibu S saat somasi di Polres Ternate, Minggu (23/7) kemarin.

“Awalnya, saya mau damai karena sudah ditangani polisi. Di satu sisi, saya junjung tinggi anak saya masih mau sekolah dan ini mediasi pihak polisi. Saya minta biaya pengobatan Rp2,5 juta kepada guru yang bersangkutan, tapi dia tidak sanggup,” ujarnya.

“Saya berharap anak saya benar-benar sembuh, karena kami belum tahu kapan dia mengalami seperti ini. Karena saat itu, dia masih terlihat baik-baik saja, entah dia takut saya, guru atau polisi. Tapi pada hari Selasa subuh dia muntah,” sambungnya.

Sementara, Kepala Sekolah SMPN 6 Ternate, Astuti Jumati, saat dikonfirmasi atas perihal tersebut enggan memberikan komentar lebih jauh.

“Yang jelas saya no koment, karena sementara ini kami lagi selesaikan (masalah),” singkatnya.

Sekadar diketahui, pada pukul 12.30 WIT tadi, pihak sekolah baru bergegas menjenguk S sekaligus membayar uang pengobatannya. (ano/tan)