Opini  

Pemanasan Global dan Ancaman Kelestarian Bumi

Fadila Syahril.

Oleh: Fadila Syahril

Pengurus Eco Bhinneka Muhammadiyah Ternate

AKHIR-Akhir ini, suhu panasnya matahari tidak seperti biasanya. organisasi meteorologi dunia (world meteorological organization) dan program copernicus mencatat suhu permukaan bumi naik drastis, rata-rata 23 hari pertama bulan Juli 2023 dicatat mencapai 16,95’ derajat celcius melebihi suhu terpanas global di bulan Juli tahun 2019 sebesar 16,63’ derajat celcius.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, bahwa sekarang ini pemanasan bumi telah berakhir tiba bumi mendidih. Secara umum kita ketahui pemanasan global atau disebut dengan istilah global warming adalah bentuk ketidakseimbangnya ekosistem yang mengakibatkan terjadinya peningkatan suhu di atas atmosfer, kenaikan tinggi air laut dan perubahan iklim.

Pemicu pemanasan bumi dikarenakan pembakaran bahan fosil semakin meningkat, kenaikan suhu dapat dicegah dengan peningkatan aksi iklim di seluruh level terutama oleh negara G20 yang bertanggung jawab atas 80% emisi kenaikan karbon agar tercapai target net zero emission di tahun 2050 tercapai.

Selain dari pembakaran fosil yang menjadi pemicu pemanasan global, ada beberapa faktor juga yang menjadi penyebabnya, yaitu kerusakan fungsi hutan yang disebabkan oleh penebangan pohon secara ilegal dan kontruksi hutan yang kian marak terjadi. Selain itu, ada penumpukan sampah yang menyebabkan pembusukan yang dapat menghasilkan gas metana dan etilen yang dapat menyumbang terhadap efek rumah kaca yang dapat merusak kerusakan lapisan ozon. Sampah plastik pun mengeluarkan gas metana dan etilen ketika terkena sinar matahari.

Pemanasan global dan kerusakan keseimbangan ekosistem bumi yang melanda kita hari ini dan itu disebabkan oleh ulah dari manusia itu sendiri, fungsi kontrol dari segala bentuk makhluk yang ada di alam semesta ini terletak pada kita sebagai manusia itu sendiri.

Ada beberapa hal sederhana yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kenaikan suhu bumi, yakni tidak membuang sampah sembarangan, memilah sampah atau memisahkan sampah organik dan non organik, menghemat penggunaan listrik dan BBM. Salah satu contoh cara menghemat listrik, yaitu dengan mematikan lampu dan peralatan elektronik yang sudah tidak dipakai.

Untuk menghemat BBM, kita dapat menggunakan kendaran umum yang mengangkut banyak orang sebagai sarana transportasi. Kita juga dapat meminimalisir penggunaan plastik sekali pakai sebagai pembungkus. Sampah organik dapat juga kita olah menjadi pupuk kompos, dan tetap menjaga kelestarian lingkungan ekosistem bumi. (*)