Refleksi HUT RI, Hippmamoro Ajak Masyarakat Morotai Lestarikan Lingkungan

BP-Hippmamoro bersama Eco Bhinneka Muhammadiyah Ternate gelar bakti sosial. (Istimewa)

MOROTAI, NUANSA – Badan Pengurus Himpunan Pemuda Pelajar Mahasiswa Morotai (BP-Hippmamoro) Maluku Utara menggelar bakti sosial dalam rangka refleksi Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 RI. Bakti sosial ini menyasar di Pasar CBD dan area Pantai Armydok Morotai, Minggu, (13/8).

Bakti sosial bertajuk “Morotai Ceria” tersebut merekrut Pemkab Pulau Morotai dan Eco Bhinneka Muhammadiyah Ternate sebagai In Collaboration.

Ketua Umum BP-Hippmamoro Malut, Iffandi Pina, mengatakan refleksi menyambut datangnya hari kemerdekaan 17 Agustus ke-78 ini tidak sebatas bereuforia sepintas memajang bendera merah putih dan kembali diturunkan. Apalagi hanya pada slogan-slogan.

“Tentunya, dengan cara itu tidaklah cukup untuk kita menghayati dan menghormati perjuangan para pahlawan untuk merebut kemerdekan dengan penuh cucuran darah. Terlebih, adalah pengoreksian atas perilaku anomali kita yang kian menjadi-jadi. Sebab merdeka itu menghendaki kinerja, bukan hanya pemaknaan sekaligus pemborosan kata-kata,” ujar Iffandi.

Koordinator Kabid Lingkungan Hidup Eco Bhinneka Muhammadiyah Ternate itu menerangkan, pelestarian lingkungan yang dititahkan Tuhan dalam berbagai firman-Nya, harusnya meneladani dan mengimani dengan perbuatan agar kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh ulah manusia dapat dengan mudah diatasi.

“Sebab kita adalah pembina dari segala bentuk mahluk semesta yang ada di dunia ini,” kata dia.

Pihaknya pun mengajak kepada seluruh pengurus, masyarakat umumnya, terutama Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Morotai, agar lebih serius memperhatikan masalah mendasar semacam ini, bukan hanya masalah sampah yang terurai, tapi juga abrasi dan seluruh masalah lingkungan yang ada di Morotai.

“Terjadinya abrasi yang ada di Sangowo Kecil, tepatnya di Desa Sambiki Baru itu, menjadi satu-satunya contoh bukti tak terbantahkan bahwa DLH dan DPRD Morotai sekaligus turut serta merusak. Karena Kepala DLH dan DPRD tidak ada upaya serius dan tegas dalam pengawasan yang dilakukan untuk menertibkan praktik operasi penambangan pasir liar yang merusak lingkungan oleh salah satu perusahan besar di Morotai beberapa bulan belakangan,” tegasnya.

Menurutnya, pihak banyak belajar dari pengalaman, bahwa praktek merusak lingkungan bisa menjadi masalah hidup dan mati. Selain itu juga dapat belajar dari masyarakat umunya yang ada di Singapore.

“Selain giat mengampanyekan persoalan lingkungan, mereka itu rajin, disiplin, bahkan cerdas dalam memelihara dan melindungi lingkungan sekitar. Mereka tidak hanya diatur oleh aturan yang ketat, tapi memang mereka sadar betul akan hal ini agar tidak dapat membunuh lebih banyak sesama makhluk hidup,” tuturnya.

Olehnya itu, melestarikan lingkungan adalah tugas bersama yang mesti dilakukan setiap saat oleh setiap orang dengan cara sendiri mengiringi usaha bersama. Sebab kebersihan lebih dari estetika yang ideal. Ini yang mesti dipikirkan.

“DLD Morotai sebaiknya mengembangkan sosialisasi sadar sampah atau jika perlu buat program perilaku hidup bersih dan sehat sebagai bentuk perwujudan untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi yang kondusif bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku agar dapat menerapkan cara-cara menjaga, memilihara, melindungi dan bahkan meningkatkan kesehatan,” pungkas Iffandi. (tan)