Mahasiswa KKN yang Joget ‘100 Juta’ di Kampus IAIN Ternate Dikecam

Riyanto Basahona. (Istimewa)

TERNATE, NUANSA – Sebuah video amatir yang beredar di media sosial, mempertontonkan sejumlah mahasiswa IAIN Ternate berjoget wayase lagu “100 Juta” mendapat kecaman dari berbagai pihak. Ini karena aksi joget tersebut berlangsung di Auditorium IAIN Ternate usai pelaksanaan penutupan pembekalan kuliah kerja nyata (KKN).

Alumni IAIN Ternate, Riyanto Basahona, mengaku sangat menyayangkan aksi tak terpuji itu. Menurutnya, mahasiswa KKN dituntut untuk produktif ketika hendak terjun di tengah masyarakat, bukan sebaliknya.

“Yang menjadi ketakutan saya jangan sampai joget-joget ini juga bagian dari program mereka yang mengatasnamakan diri sebagai mahasiswa IAIN. Tentu hal ini sangat disayangkan,” ujar Riyanto, Selasa (22/8).

“Mahasiswa IAIN Ternate dengan konsep moderasi beragamanya itu seharusnya benar-benar moderat, jangan kelihatan seperti ekstrem kiri sekali,” kata Riyanto menambahkan.

Selain itu, Riyanto mengaku prihatin dengan kondisi IAIN belakangan ini. Sebab, kondisi kampus yang makin hari makin tua dalam usianya, mahasiswanya bukan menjadi lebih dewasa, tetapi sebaliknya.

“Beberapa bulan yang lalu, kita saksikan bahwa ada sekelompok mahasiswa yang melakukan aksi refleksi dihalangi oleh Warek III dengan alasan mengganggu perkuliahan. Bukan hanya itu, ada juga kegiatan dari pihak kampus yang menggelar “konser mini” yang sudah tentu mengganggu proses perkuliahan,” kata dia.

Ia mengklaim, ini pertanda bahwa ada pergeseran budaya yang sangat signifikan. Bahkan pergeseran tersebut, kata dia, tidak mengarah pada hal-hal yang positif.

“Hal-hal yang tidak mendidik dibiarkan tumbuh subur di kampus. Sebaliknya, hal-hal yang mendidik seperti literasi, diskusi dan lain-lain yang mengarah untuk pembangunan kampus malah dibatasi habis-habisan,” ucap mantan Ketua SEMA FTIK IAIN Ternate itu.

Lebih lanjut, ia mengkritisi lokasi KKN dari tahun ke tahun yang hanya fokus di tiga kabupaten/kota di Maluku Utara dengan desa yang sama, yakni di Kota Ternate, Kota Tidore Kepulauan dan Kabupaten Halmahera Barat.

Padahal, lanjut dia, IAIN Ternate adalah salah satu kampus yang menampung beragam mahasiswa dari seluruh 10 kabupaten/kota di Maluku Utara.

“Padahal ada mahasiswa dari ujung Pulau Taliabu sampai ujung Pulau Morotai. Lalu kenapa tidak ada mahasiswa yang diturunkan di kabupaten tersebut,” tegasnya dengan nada tanya.

“Saya waktu pembekalan KKN pernah usul untuk KKN di tahun-tahun yang akan datang diterjunkan di Kabupaten Kepulauan Sula, karena saya lihat mahasiswa khususnya dari Sula dan Taliabu serta kabupaten lain juga mendominasi angka mahasiswa di IAIN Ternate. Namun, pengabdian IAIN Ternate tidak pernah menyentuh di wilayah-wilayah itu,” sambungnya.

Pihak kampus pun beralasan faktor anggaran. Padahal, tambah Riyanto, jika dibandingkan mahasiswa yang kuliah di kampus IAIN Ternate, tak berpikir anggaran kuliah didapatkan dari mana. Tetapi sebaliknya, pihak kampus justru terkesan memperhitungkan. (tan)