SANANA, NUANSA – Balai Guru Penggerak Provinsi Maluku Utara menggelar implementasi kurikulum merdeka (IKM) kepada puluhan guru di Kabupaten Kepulauan Sula, bertempat di Hotel Beliga, Desa Fagudu, Kecamatan Sanana, Jumat (25/8).
Kegiatan pelatihan ini diikuti berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 63 Tahun 2022 tentang Penetapan Daerah Tertinggal tahun 2020-2024, yakni Kepulauan Sula dan Pulau Taliabu.
Kepala Balai Guru Penggerak Malut, Subagiyana, mengatakan program pemanfaatan awan penggerak ini pertama kali dilaksanakan di Kepulauan Sula dari 10 kabupaten/kota. Karena pelatihan ini dikhususkan untuk guru penggerak di daerah terluar, tertinggal terpencil (3T).
“Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada guru di daerah-daerah terpencil, terluar dan tertinggal dalam memanfaatkan awan penggerak untuk mendukung proses pembelajaran yang lebih efektif dan inovatif dalam memahami kurikulum merdeka,” ujarnya.
Melalui pemanfaatan awan penggerak ini, pihaknya berharap guru-guru dapat mengakses dan mengolah sumber pembelajaran yang kaya dan berkualitas. Tentu, melalui awan penggerak juga akan memungkinkan guru bisa mengembangkan konten-konten pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing daerah.
“Jadi keunggulan kurikulum merdeka ini lebih sederhana, mendalam dan terfokus pada materi esensial. Sehingga, proses belajar bermakna, tidak terburu-buru serta menyenangkan karena tidak dikejar oleh waktu belajar dan lebih merdeka,” jelasnya.
Adanya penerapan kurikulum merdeka ini, kata dia, para guru pun dituntut untuk memberi keleluasaan mengajar sesuai dengan tahap capaian dari peserta didik tersebut. Selain itu, sekolah juga diberikan kewenangan mengembangkan dan mengelola kurikulum belajar sesuai karakteristrik satuan pendidikan bagi peserta didik.
“Proses belajar lebih interaktif, artinya pembelajaran melalui kegiatan proyek dengan memberi kesempatan lebih luas kepada peserta didik. Kemudian sesuai prosedurnya itu, proses kegiatan proyek didesain oleh gurunya sendiri. Contohnya seperti isu lingkungan, kesehatan dan sebagainya yang nantinya diajarkan kepada peserta didik untuk mengembangkan karakter mereka,” terangnya.
Sehingga, siswa tersebut tidak hanya cerdas dan pintar, tetapi memiliki karakter yang kuat seperti pencemaran lingkungan yang bisa dijadikan tema untuk diproyekan. Sebenarnya, lanjut dia, tugas dari Balai Guru Penggerak lebih mengarah pada pengembangan dan pemberdayaan tenaga pendidik yang di dalamnya ada kepala sekolah, pengawas, serta guru di daerah terpencil yang mengalami kendala dalam mengakses platform merdeka secara mandiri yang tidak ada jaringan internet.
Karena itu, digagaslah oleh awan penggerak untuk mencari solusi atau metode belajar meskipun tidak ada jaringan internet di wilayah setempat. Sehingga para guru juga bisa mengaplikasikan berupa konten, view serta kemewahan dari merdeka belajar tersebut.
Ketua Pokja Balai Guru Penggerak Malut, Wilsa Dieastuty Khusus menambahkan, sekolah yang diundang untuk mengikuti pelatihan ini berlokasi di daerah sulit jaringan yang terdiri atas 15 sekolah, yakni 5 jenjang SMA dan 10 sekolah tingkat SD dan SMP. (ish/tan)